Logo
>

Angka Pengangguran AS Naik Menjadi 4,1 Persen YoY

Ditulis oleh Yunila Wati
Angka Pengangguran AS Naik Menjadi 4,1 Persen YoY

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Angka pengangguran di Amerika Serikat naik menjadi 4,1 persen atau setara dengan 7 juta jiwa, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berada di 3,8 persen atau sekitar 6,4 juta jiwa.

    Namun, jika dilihat secara bulanan (MoM), pada Oktober 2024, tingkat pengangguran tetap stabil di angka 4,1 persen. Biro Statistik Tenega Kerja AS menyampaikan, meskipun sektor kesehatan dan pemerintahan terus menunjukkan pertumbuhan, terjadi penurunan lapangan kerja di layanan tenaga kerja sementara serta sektor manufaktur akibat aktivitas pemogokan.

    Sementara, total lapangan pekerjaan nonpertanian di Amerika Serikat hanya sedikit berubah dengan peningkatan sebesar 12.000 pekerjaan.

    Mengutip Forex Factory, Sabtu, 2 November 2024, tingkat pengangguran pada kelompok usia dewasa pria (3,9 persen), wanita dewasa (3,6 persen), remaja (13,8 persen), serta kelompok ras dan etnis utama seperti kulit putih, kulit hitam, Asia, dan Hispanik, semuanya tidak menunjukkan perubahan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya.

    Jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaan secara permanen meningkat menjadi 1,8 juta, sementara mereka yang dirumahkan sementara tetap stabil di angka 846.000.

    Pengangguran jangka panjang (lebih dari 27 minggu) juga tidak banyak berubah pada 1,6 juta, meningkat dibandingkan tahun lalu yang sebesar 1,3 juta. Pengangguran jangka panjang ini mencakup 22,9 persen dari total pengangguran.

    Tingkat partisipasi angkatan kerja berada di 62,6 persen, dan rasio penduduk yang bekerja tetap di 60 persen, angka ini tidak banyak berubah sepanjang tahun ini.

    Selain itu, jumlah pekerja paruh waktu yang ingin bekerja penuh waktu namun tidak bisa menemukan pekerjaan atau mengalami pengurangan jam kerja tercatat sebesar 4,6 juta.

    Pertumbuhan Pekerjaan Lesu

    Peningkatan lapangan kerja di sektor nonpertanian sangat kecil pada Oktober, hanya bertambah 12.000, jauh di bawah rata-rata bulanan yang mencapai 194.000 selama 12 bulan terakhir.

    Sektor kesehatan mencatat penambahan 52.000 pekerjaan, terutama di layanan kesehatan rawat jalan dan fasilitas perawatan residensial. Sektor pemerintahan juga mencatat pertumbuhan sebesar 40.000 pekerjaan, dengan sebagian besar peningkatan berasal dari pemerintahan negara bagian.

    Namun, sektor jasa tenaga kerja sementara mengalami penurunan signifikan dengan kehilangan 49.000 pekerjaan. Sejak mencapai puncaknya pada Maret 2022, sektor ini telah kehilangan 577.000 pekerjaan.

    Sektor manufaktur mengalami penurunan lapangan kerja sebesar 46.000, dengan 44.000 dari penurunan tersebut berasal dari sub-sektor manufaktur peralatan transportasi, yang terdampak oleh aktivitas pemogokan besar-besaran.

    Di sisi lain, sektor konstruksi menunjukkan sedikit perubahan dengan pertambahan 8.000 pekerjaan, jauh di bawah rata-rata bulanan yang mencapai 20.000 pekerjaan selama 12 bulan terakhir.

    Peningkatan terbanyak berasal dari kontraktor spesialis perdagangan non-residensial yang menambahkan 14.000 pekerjaan.

    Berbicara tentang rata-rata penghasilan per jam bagi karyawan sektor nonpertanian swasta, meningkat sebesar 13 sen atau 0,4 persen, menjadi USD35,46 pada bulan Oktober.

    Jika dilihat secara tahunan, pendapatan per jam naik 4 persen. Rata-rata jam kerja tetap stabil di angka 34,3 jam per minggu, sementara di sektor manufaktur sedikit berubah pada 39,9 jam, dengan lembur turun sebesar 0,1 jam.

    Revisi Data Pekerjaan

    Revisi data untuk bulan Agustus dan September menunjukkan penurunan jumlah pekerjaan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Angka pekerjaan di Agustus dikoreksi turun dari 159.000 menjadi 78.000, dan di September dari 254.000 menjadi 223.000.

    Revisi ini menunjukkan bahwa penciptaan lapangan kerja selama dua bulan tersebut berkurang sebanyak 112.000 dibandingkan laporan awal.

    Meskipun terdapat peningkatan pekerjaan di sektor kesehatan dan pemerintahan, secara keseluruhan pasar tenaga kerja AS mengalami stagnasi pada Oktober 2024.

    Penurunan signifikan di sektor tenaga kerja sementara dan manufaktur, yang disebabkan oleh aktivitas pemogokan, menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh pasar tenaga kerja saat ini. Di sisi lain, peningkatan upah yang stabil memberikan sedikit harapan bagi para pekerja meski lapangan kerja baru terbatas.

    Pasar tenaga kerja AS menghadapi kombinasi antara pertumbuhan terbatas di beberapa sektor dan penurunan lapangan kerja di sektor-sektor lain, yang menandakan periode ketidakpastian yang dapat mempengaruhi prospek ekonomi dalam beberapa bulan mendatang.

    Terus Menekan Greenback

    Stagnasi ketenagakerjaan AS pada Oktober 2024 tentu saja menekan Greenback dengan sempurna. Diketahui, salah satu pengaruh terbesar terhadap nilai tukar dolar AS adalah kebijakan moneter yang diterapkan oleh Federal Reserve (bank sentral AS).

    Dalam situasi di mana pasar tenaga kerja menunjukkan stagnasi, seperti yang terjadi pada Oktober 2024, Federal Reserve mungkin merasa tertekan untuk menahan diri dari menaikkan suku bunga atau bahkan mempertimbangkan penurunan suku bunga jika pertumbuhan ekonomi melambat lebih jauh.

    Suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat mata uang suatu negara kurang menarik bagi investor asing, karena memberikan hasil yang lebih rendah pada aset berbasis dolar. Ini bisa menyebabkan penurunan permintaan terhadap dolar AS, yang pada akhirnya melemahkan kursnya.

    Dari sisi lain, penurunan lapangan kerja di sektor manufaktur yang terkait dengan pemogokan, terutama dalam industri peralatan transportasi, dapat memberikan sinyal negatif mengenai kondisi ekonomi di AS.

    Pemogokan yang meluas dan penurunan produksi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi AS.

    Ketika kepercayaan terhadap ekonomi AS menurun, investor internasional mungkin menarik investasinya dari aset dolar AS, termasuk obligasi, saham, atau investasi lainnya, yang menyebabkan melemahnya nilai dolar.

    Begitu pula dengan revisi data pekerjaan untuk Agustus dan September 2024 yang menunjukkan penurunan penciptaan lapangan kerja lebih besar dari perkiraan, memperkuat persepsi bahwa ekonomi AS sedang melambat.

    Data ketenagakerjaan yang mengecewakan sering kali mencerminkan melemahnya konsumsi domestik dan investasi, yang merupakan komponen penting dari pertumbuhan ekonomi.

    Saat data ketenagakerjaan yang buruk diumumkan, sentimen pasar terhadap ekonomi AS bisa memburuk, yang menyebabkan penurunan permintaan terhadap dolar di pasar forex.

    Mempengaruhi Pasar Obligasi

    Tidak hanya menekan kurs Dolar AS, situasi ketenagakerjaan yang stagnan juga dapat memengaruhi pasar obligasi. Jika investor melihat tanda-tanda pelemahan ekonomi, mereka bisa saja beralih dari aset berisiko ke aset yang lebih aman.

    Dalam banyak kasus, dolar AS dianggap sebagai mata uang safe-haven. Namun, jika prospek pertumbuhan AS terus memburuk, investor bisa beralih ke obligasi negara lain yang menawarkan imbal hasil lebih menarik, menurunkan permintaan dolar AS dan menyebabkan kursnya melemah.

    Sekali lagi, dengan turunnya daya tarik obligasi AS, modal asing mungkin keluar dari pasar keuangan AS, yang bisa memperburuk pelemahan dolar.

    Jika stagnasi ketenagakerjaan berlanjut dalam jangka panjang, sementara upah terus meningkat seperti yang terlihat di bulan Oktober, hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan inflasi.

    Federal Reserve harus menyeimbangkan antara menjaga inflasi dan mendorong pertumbuhan lapangan kerja. Jika inflasi naik tetapi Federal Reserve tidak segera menaikkan suku bunga karena kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja, nilai dolar dapat terus melemah di pasar global.

    Stagnasi ketenagakerjaan di AS, terutama karena pemogokan di sektor manufaktur dan penurunan pekerjaan di beberapa sektor lainnya, memperkuat sentimen negatif terhadap prospek ekonomi AS.

    Jika kondisi ini mengarah pada ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve atau pelemahan ekonomi yang lebih dalam, nilai tukar dolar AS bisa anjlok karena investor mungkin mengurangi eksposur terhadap aset dolar, memilih alternatif dengan potensi hasil lebih baik.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79