Logo
>

Apa Dampak Government Shutdown AS yang Lama bagi Investor?

Jefferies memperingatkan bahwa penutupan pemerintah AS sejak 1 Oktober dapat berlangsung lebih lama.

Ditulis oleh Syahrianto
Apa Dampak Government Shutdown AS yang Lama bagi Investor?
Penutupan pemerintah (government shutdown) Amerika Serikat (AS) yang dimulai pada 1 Oktober berpotensi berlangsung lebih lama. (Foto: Dok. U.S. Departement Defense)

KABARBURSA.COM – Penutupan pemerintah (government shutdown) Amerika Serikat (AS) yang dimulai pada 1 Oktober berpotensi berlangsung lebih lama dan lebih mengganggu dibandingkan periode sebelumnya. 

Jefferies menyebut kebuntuan politik yang semakin tajam dapat meningkatkan risiko bagi investor.

Ini merupakan penutupan pemerintah ke-15 sejak 1980 dan kelima yang berdampak pada seluruh lembaga federal. Penutupan terlama terjadi pada masa jabatan pertama Donald Trump, yang berlangsung selama 35 hari dan menyebabkan kerugian sekitar USD18 miliar pada belanja federal serta penurunan sebesar USD3 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB), menurut perkiraan Congressional Budget Office.

Pasar umumnya pulih dengan cepat setelah periode penutupan, seperti indeks S&P 500 yang kembali menguat usai penutupan 2018–2019. 

Namun, para ahli strategi Jefferies memperingatkan bahwa sektor-sektor yang sensitif terhadap kebijakan biasanya menghadapi volatilitas tinggi selama periode tersebut, terutama jika kebuntuan berlangsung lama.

Setidaknya, terdapat empat risiko government shutdown jika berlangsung lama terhadap para investor.

Sektor Sensitif terhadap Suku Bunga

Penghentian publikasi data pemerintah, termasuk indeks harga konsumen (CPI), PDB, dan laporan ketenagakerjaan, dapat menciptakan kekosongan data menjelang rapat Federal Reserve pada 28–29 Oktober.

Tanpa data tersebut, bank sentral mungkin akan mengambil sikap yang lebih hati-hati. Jefferies menambahkan bahwa meskipun survei swasta masih berjalan, ketiadaan data resmi dapat menyebabkan salah tafsir terhadap laju ekonomi. 

Hal ini berpotensi meningkatkan volatilitas di pasar Treasury, surat berharga berbasis hipotek, dan valuta asing.

Sektor yang bBergantung pada Regulasi

Lembaga seperti Securities and Exchange Commission (SEC), Food and Drug Administration (FDA), dan Environmental Protection Agency (EPA) diperkirakan menghentikan sebagian besar kegiatan, sehingga menunda proses penawaran saham perdana (IPO), persetujuan obat, dan izin lingkungan.

Jefferies menilai bahwa perusahaan bioteknologi, farmasi, dan pasar modal yang tengah mengajukan persetujuan atau membutuhkan pendanaan sensitif waktu akan terdampak paling besar.

“Beberapa perusahaan mungkin diuntungkan dari berkurangnya pengawasan, namun yang lain bisa menghadapi penundaan signifikan dalam peluncuran produk atau penghimpunan dana,” tulis para analis Jefferies. 

Mereka menambahkan bahwa investor perlu memantau perusahaan yang menunggu persetujuan atau tenggat kepatuhan, karena keterlambatan dapat memengaruhi valuasi dan pipeline transaksi.

Kontraktor Pemerintah

Ketidakpastian juga menyelimuti sektor kontraktor pertahanan, layanan kesehatan, dan teknologi informasi karena belum ada pembaruan rencana darurat. 

Dokumen sebelumnya menunjukkan potensi pemberhentian besar-besaran, termasuk dua pertiga pegawai IRS dan 42 persen staf Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS).

Pemerintahan Trump disebut berencana melakukan pemangkasan yang lebih dalam, yang bisa mengganggu jadwal pembayaran proyek. 

“Meskipun sebagian besar pembayaran biasanya akan diganti kemudian, retorika politik yang menekankan pengurangan layanan federal dapat menambah volatilitas,” ujar analis Jefferies.

Kontraktor besar seperti Lockheed Martin, Boeing, dan General Dynamics menjadi pihak yang memiliki eksposur signifikan terhadap belanja pemerintah federal.

Sektor Asuransi Kesehatan (Managed Care)

Perselisihan terkait kredit pajak premi dalam Undang-Undang Perawatan Terjangkau (Affordable Care Act) juga menimbulkan risiko langsung. 

Partai Demokrat mendorong perpanjangan sepuluh tahun, sementara Partai Republik menginginkan resolusi jangka pendek tanpa ketentuan kesehatan tambahan.

Jika kredit pajak berakhir selama periode pendaftaran terbuka, premi dapat meningkat dan cakupan asuransi menurun, yang berpotensi melemahkan kinerja penyedia layanan kesehatan akibat turunnya pendaftaran dan keterlambatan pembayaran.

Bahkan jika kompromi jangka pendek dicapai, Jefferies memperingatkan bahwa ketegangan politik ini tetap dapat menekan saham-saham kesehatan dalam waktu dekat.

Para analis juga menyarankan investor untuk mencermati panduan dari Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) serta Kongres, apakah akan ada kebijakan sementara atau langkah kompensasi yang dibahas. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.