Logo
>

Arsjad Rasjid: Pemerataan Pertumbuhan Ekonomi Wajib ke Pelosok

Arsjad Rasjid sebut pertumbuhan ekonomi inklusif, regulasi, dan human capital jadi kunci daya saing Indonesia menuju target 08.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Arsjad Rasjid: Pemerataan Pertumbuhan Ekonomi Wajib ke Pelosok
Pengusaha sekaligus Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC), Arsjad Rasjid, press conference kick-off of the Indonesia Economic Summit (IES) 2026 di Jakarta, Selasa, 26 Agustus 2025. (Foto: KabarBursa/Hutama Prayoga)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pengusaha sekaligus Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC), Arsjad Rasjid menyebut program pembangunan ekonomi Indonesia harus bersifat inklusif agar tidak terjadi tumpang tindih. 

    Arsjad mengatakan pertumbuhan ekonomi sebisa mungkin tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di pusat, namun harus juga dirasakan masyarakat daerah. 

    "Dan juga menciptakan yang namanya kesejahteraan bukan hanya untuk yang atas, tapi sampai seluruh rakyat Indonesia harus mendapatkan kenikmatan dari kesejahteraan itu," ujar dia dalam press conference kick-off of the Indonesia Economic Summit (IES) 2026 di Jakarta, Selasa, 26 Agustus 2025.

    Arsjad menuturkan jika pemerintah periode saat ini memiliki visi dengan simbol "08". Dalam hal ini arti 0 menggambarkan nol persen kemiskinan, dan 8 menggambarkan delapan persen pertumbuhan. 

    Ia menjabarkan arti dari 08 tersebut adalah sebuah harapan tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang hidup miskin dan dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. 

    "Nah ini dua hal yang menjadi penting dan kalau dilihat adalah kita bisa definisikan itu sebagai ekonomi Pancasila," ungkapnya. 

    Di sisi lain, Arsjad juga menyampaikan perihal competitiveness atau daya saing dari Indonesia. Menurutnya, Indonesia saat ini tengah bersaing dengan banyak negara seperti ASEAN, Asia, hingga global. 

    Ia mengatakan daya saing harus didukung oleh beberapa faktor, salah satunya adalah regulasi. Menurutnya, daya saing tidak akan lahir tanpa regulasi yang tepat. 

    "Karena yang membawa uang investor itu memilih, bisa memilih Indonesia atau tempat yang lain," tuturnya. 

    Cost of doing business dinilai juga bisa menjadi penopang daya saing serta kunci dari investasi. Arsjad menyampaikan jika para investor selalu melihat cost of doing business dari suatu negara. 

    "Lalu bukan hanya cost of doing business, tapi ease of doing busines, kemudahan daripada melakukan usaha yang juga menjadi kunci. Karena dia (investor) akan membandingkan negara Indonesia dan negara lain," ungkapnya. 

    Lebih jauh, Arsjad membeberkan jika daya saing juga harus didukung oleh human capital yang dibutuhkan industri. Dalam hal ini, seseorang tidak bisa hanya bermodalkan bakat, namun harus dibarengi dengan adaptasi yang baik. 

    "Nah apalagi terhadap yang namanya perkembangan teknologi. Karena teknologi akan menjadi kunci utama untuk higher productivity dan efficiency," terangnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.