KABARBURSA.COM – Pasar kripto global tengah bergulat dengan volatilitas harga, namun di balik hiruk pikuk perdagangan, muncul sinyal baru dari Washington.
Sejumlah analis menilai Amerika Serikat (AS) berpotensi meluncurkan Strategic Bitcoin Reserve (SBR) lebih cepat dari perkiraan, sebagai bagian dari kebijakan aset digital nasional.
Alex Thorn, Head of Firmwide Research Galaxy Digital, menyebut peluang tersebut nyaris diabaikan pelaku pasar. Ia menilai pengumuman resmi pemerintah AS soal kepemilikan Bitcoin sebagai aset strategis bisa terjadi sebelum akhir 2025.
“Pasar tampaknya sangat meremehkan kemungkinan pengumuman semacam itu,” ujar Thorn dalam unggahannya di X pekan ini.
Kebijakan Kripto Trump dan Momentum Legislasi
Pada Maret lalu, Presiden Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang mengesahkan pembentukan Strategic Bitcoin Reserve dan US Digital Asset Stockpile. Walau strategi rinci belum diumumkan, aktivitas legislatif menunjukkan adanya pergerakan.
Pekan ini, sekelompok anggota parlemen mengajukan rancangan undang-undang agar Departemen Keuangan AS mengevaluasi aspek teknis dan strategis pembentukan cadangan tersebut.
Laporan kebijakan kripto Gedung Putih yang dirilis Juli hanya menyinggung sekilas soal SBR, tetapi sumber internal menegaskan inisiatif ini tetap menjadi prioritas.
Meski begitu, ada suara skeptis. Dave Weisburger, mantan chairman CoinRoutes, menilai realisasi cadangan lebih mungkin terjadi pada 2026.
Ia berpendapat pemerintah akan memilih mengakumulasi Bitcoin secara diam-diam sebelum membuat deklarasi publik.
Risiko Tertinggal dan Tren Global
Kekhawatiran keterlambatan juga disampaikan CEO Jan3, Samson Mow, yang menekankan risiko AS tertinggal dari negara lain.
Beberapa yurisdiksi mulai menunjukkan langkah konkret. Kyrgyzstan baru saja meloloskan regulasi untuk cadangan kripto nasional, sementara kelompok advokasi Bitcoin di Indonesia dilaporkan bertemu pejabat pemerintah untuk mengusulkan strategi serupa.
Tren ini memperkuat spekulasi bahwa kompetisi antarnegara dalam membangun cadangan Bitcoin akan semakin intensif.
Korporasi AS Terus Tambah Portofolio BTC
Di tengah ketidakpastian kebijakan negara, sektor swasta justru semakin agresif menambah kepemilikan BTC. Perusahaan milik Michael Saylor, Strategy, kini menguasai 636.505 BTC, jauh di atas pesaing korporasi lainnya.
MARA Holdings berada di posisi kedua dengan 52.477 BTC setelah menambah 705 BTC pada Agustus. Pendatang baru XXI, perusahaan milik CEO Strike Jack Mallers, sudah mengoleksi 43.514 BTC. Sementara itu, Bitcoin Standard Treasury Company memegang 30.021 BTC.
Sejumlah nama lain juga masuk daftar pemilik besar, mulai dari Bullish (24.000 BTC), Metaplanet (20.000 BTC), hingga perusahaan publik seperti Riot Platforms, Trump Media & Technology Group, CleanSpark, dan Coinbase.
Fenomena akumulasi ini menambah spekulasi soal potensi supply shock. Dengan hanya sekitar 5,2 persen dari total 21 juta Bitcoin tersisa untuk ditambang, permintaan korporasi diyakini bisa mengerek harga lebih tinggi.
Beberapa pemain bahkan menargetkan lonjakan kepemilikan besar pada 2027, seperti Metaplanet Jepang dengan target 210.000 BTC dan Semler Scientific di AS dengan target 105.000 BTC.
Dengan tren global yang semakin kompetitif, kepastian strategi AS akan menjadi penentu besar di pasar kripto internasional.
Jika pengumuman resmi benar-benar keluar pada 2025, momentum harga Bitcoin berpotensi terdorong oleh kombinasi akumulasi korporasi dan langkah negara. (*)