KABARBURSA.COM – Bursa saham London menguat pada perdagangan Senin, 20 Oktober 2025, dipimpin kenaikan saham sektor pertahanan dan pertambangan.
Meredanya ketegangan dagang global mendorong minat risiko investor, meski saham pengembang properti melemah setelah survei menunjukkan harga rumah stagnan.
Indeks utama FTSE 100 naik 0,6 persen ke 9.412,71 poin setelah sehari sebelumnya turun 0,9 persen. Sementara itu, indeks FTSE 250 yang berfokus pada saham menengah naik 0,4 persen.
Sentimen global membaik seiring meredanya kekhawatiran investor terhadap stabilitas bank regional di AS. Fokus pasar kini beralih pada laporan laba emiten dan data inflasi yang akan dirilis pekan ini.
Indeks saham sektor dirgantara dan pertahanan Inggris naik 2 persen, mengikuti penguatan di pasar Eropa. Saham Babcock melonjak 2,3 persen, sedangkan Rolls-Royce naik 2,6 persen, keduanya termasuk top performer di FTSE 100.
Sektor penambang logam mulia juga menguat 1,5 persen, seiring kenaikan harga emas di pasar global. Di sisi lain, indeks sektor perbankan naik 0,7 persen setelah pulih dari tekanan pekan lalu yang dipicu kekhawatiran terhadap kualitas kredit bank regional AS.
Namun, sektor properti justru tertekan. Indeks pengembang perumahan turun 1,2 persen, dipimpin penurunan saham Persimmon sebesar 1,5 persen.
Data dari situs properti Rightmove menunjukkan harga jual rumah di Inggris hanya naik 0,3 persen dalam empat minggu hingga 11 Oktober, lebih rendah dari rata-rata musiman. Biasanya, harga rumah di Inggris meningkat pada musim gugur sebelum melambat menjelang Natal.
Saham ritel juga tertekan. Indeks sektor ritel ditutup turun hampir 1,5 persen setelah saham B&M anjlok sekitar 22 persen, penurunan harian terburuk dalam sejarah perusahaan.
Diskon retailer itu memangkas proyeksi laba tahunannya akibat kesalahan pencatatan akuntansi dan mengumumkan pengunduran diri CFO Mike Schmidt.
Sementara itu, saham Secure Trust Bank turun 2,3 persen setelah perusahaan menyatakan akan menambah provisi sekitar 16 juta poundsterling menjadi total 21 juta poundsterling untuk mengganti kerugian pelanggan akibat skandal penjualan produk pembiayaan kendaraan secara keliru. (*)