KABARBURSA.COM — Bank Sentral China (People’s Bank of China) mengindikasikan kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan yang saat ini berada di level 1,5 persen.
Menurut laporan Reuters, sebagaimana dilansir Financial Times pada Jumat, 3 Januari 2025, otoritas moneter tersebut menyatakan langkah ini akan dilakukan “pada waktu yang tepat” sepanjang 2025. Kebijakan ini diambil untuk memprioritaskan peran penyesuaian suku bunga dibandingkan pendekatan berbasis target kuantitatif dalam pertumbuhan pinjaman. Perubahan ini mencerminkan transformasi signifikan dalam pendekatan kebijakan moneter China.
Langkah tersebut diperkirakan akan mendukung pertumbuhan kredit yang lebih terarah sekaligus memberikan ruang bagi penyesuaian kebijakan fiskal untuk merespons tantangan ekonomi domestik dan global. Peralihan strategi ini mencerminkan upaya Bank Sentral untuk memperkuat efektivitas kebijakan di tengah volatilitas ekonomi yang tinggi.
Perubahan pendekatan kebijakan moneter oleh Bank Sentral China, yang menitikberatkan pada penyesuaian suku bunga, tidak hanya bertujuan untuk mendukung pertumbuhan kredit yang lebih efektif, tetapi juga memberikan dorongan baru bagi sektor-sektor yang masih menghadapi tekanan, seperti properti.
Sektor tersebut, yang telah mengalami krisis berkepanjangan sejak 2021, menjadi salah satu fokus utama kebijakan stimulus pemerintah dalam beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga rumah baru pada Desember, meskipun tipis, mencerminkan dampak awal dari langkah-langkah tersebut sekaligus menegaskan perlunya kebijakan yang konsisten untuk memulihkan kepercayaan pasar.
Harga Rumah Baru di China Naik Tipis pada Desember
Harga rumah baru di China menunjukkan kenaikan tipis pada Desember, mengindikasikan sektor properti yang masih berjuang pulih dari krisis berkepanjangan meski didukung sejumlah kebijakan stimulus.
Berdasarkan survei China Index Academy, harga rata-rata rumah baru di 100 kota naik sebesar 0,37 persen dari bulan sebelumnya, sedikit lebih tinggi dibandingkan kenaikan 0,36 persen pada November. Secara tahunan, harga tersebut meningkat 2,68 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan 2,40 persen pada bulan sebelumnya.
Meski kenaikan ini menunjukkan stabilisasi, pemulihan sektor properti masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Sejak September, pemerintah telah menerapkan berbagai langkah dukungan, seperti pemotongan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), penurunan uang muka minimum, hingga insentif pajak untuk mendorong daya beli masyarakat. Data resmi terkait harga rumah, yang dijadwalkan dirilis oleh Biro Statistik China pada 17 Januari, akan menjadi indikator penting untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan ini.
Sektor properti China mengalami tekanan berat sejak 2021 akibat kampanye pemerintah menekan pengembang dengan utang tinggi. Upaya pemulihan yang intensif diharapkan dapat memulihkan kepercayaan investor dan konsumen terhadap pasar properti.
Aktivitas Manufaktur China Melambat, Sektor Jasa Pulih
Kebijakan stimulus yang diterapkan sejak September, termasuk pemotongan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan insentif pajak, mulai menunjukkan hasil positif dalam sektor properti, tetapi pemulihan penuh masih membutuhkan waktu.
Di sisi lain, perlambatan manufaktur yang terlihat dalam indeks Indeks Manajer Pembelian (PMI) menjadi pengingat bahwa sektor ini tetap terpengaruh oleh lemahnya permintaan domestik dan tekanan global. Meski demikian, sektor jasa dan konstruksi yang menunjukkan pemulihan memberikan sinyal positif, menegaskan bahwa dorongan kebijakan moneter dan fiskal mulai membawa hasil yang berbeda di setiap sektor ekonomi.
Aktivitas manufaktur China tumbuh mendekati stagnan pada Desember, sementara sektor jasa dan konstruksi mencatat pemulihan. Berdasarkan survei resmi dari Biro Statistik Nasional (NBS), PMI manufaktur turun tipis menjadi 50,1 dari 50,3 pada bulan sebelumnya, tetap di atas ambang batas 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi. Namun, angka ini berada di bawah ekspektasi median 50,3 dari survei Reuters.
Meskipun demikian, ada beberapa tanda pemulihan. Sub-indeks pesanan baru dalam PMI manufaktur meningkat ke level 51,0, tertinggi dalam delapan bulan terakhir, meski ekspor baru dan harga pabrik masih tertekan. Sementara itu, PMI non-manufaktur yang mencakup sektor jasa dan konstruksi naik menjadi 52,2, menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dibandingkan 50,0 pada November. Sektor keuangan, telekomunikasi, dan perjalanan menjadi pendorong utama pemulihan ini.
Stimulus kebijakan fiskal dan moneter yang diterapkan pemerintah mulai memberikan dampak positif. Namun, dengan ekonomi senilai $18 triliun yang masih berjuang pulih dari dampak pandemi, konsumsi lemah, dan krisis properti yang berlarut-larut, risiko ekonomi masih menjadi perhatian utama.
Risiko Ekonomi dan Tantangan Global di Depan
Di tengah upaya stabilisasi ekonomi, sejumlah analis memperingatkan risiko jangka panjang yang dapat menghambat pemulihan China. Langkah-langkah dukungan seperti pelonggaran pembatasan pembelian properti dan skema pertukaran barang konsumen dinilai belum cukup untuk memberikan dampak signifikan. Tantangan eksternal juga muncul dari kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
Presiden AS terpilih, Donald Trump, berjanji memberlakukan tarif 10 persen pada barang-barang China untuk membatasi perdagangan bahan kimia yang digunakan dalam produksi fentanil. Ancaman tarif tambahan hingga 60 persen dapat memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi China sebagai eksportir terbesar dunia.
Di sisi domestik, pemerintah China berencana meningkatkan defisit anggaran, menerbitkan lebih banyak utang, dan melonggarkan kebijakan moneter guna mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi. Namun, Bank Dunia mengingatkan bahwa rendahnya kepercayaan rumah tangga dan bisnis, ditambah dengan tantangan di sektor properti, akan menjadi hambatan besar di tahun-tahun mendatang.
“Stimulus perlu berkelanjutan untuk mendukung ekonomi,” ujar Gabriel Ng, ekonom dari Capital Economics. Namun, ia menekankan bahwa kebijakan ini hanya efektif dalam jangka pendek, sementara ketidakseimbangan struktural dan ancaman eksternal tetap menjadi tantangan utama bagi ekonomi China. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.