Logo
>

Batu Bara Kehilangan Tenaga, Empat Negara Kunci Turunkan Permintaan

Harga batu bara turun 0,9 persen ke USD108,9 per ton setelah reli tiga hari. Meski permintaan Asia melemah, stok menipis dan cuaca ekstrem berpotensi menjaga tren pemulihan harga.

Ditulis oleh Yunila Wati
Batu Bara Kehilangan Tenaga, Empat Negara Kunci Turunkan Permintaan
Ilustrasi batu bara usai ditambang. Foto: Adobe Stock.

KABARBURSA.COM – Setelah tiga hari reli beruntun, harga batu bara akhirnya kehilangan tenaga. Mengutip Refinitiv, harga batu bara ditutup di level USD108,9 per ton pada Kamis, 30 Oktober 2025, turun 0,9 persen. 

Pelemahan ini sekaligus memutus tren kenaikan tiga hari terakhir yang sempat mengangkat harga sekitar 2 persen. Juga, menjadi sinyal bahwa pasar batu bara global tengah menghadapi keseimbangan baru antara pemulihan harga dan tekanan permintaan yang mulai terasa di Asia.

Faktor utama penurunan harga datang dari merosotnya volume impor di empat negara kunci, yaitu China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Keempat negara tersebut secara kolektif menyumbang sebagian besar permintaan batu bara termal dunia. 

Data DBX Commodities menunjukkan, keempatnya mencatat penurunan kedatangan kargo pada Oktober dibandingkan September, menandakan sinyal pendinginan permintaan pasca kenaikan harga yang berlangsung sejak pertengahan tahun.

Di China, impor batu bara termal lewat laut pada Oktober diperkirakan turun ke 28,17 juta ton dari 28,43 juta ton pada bulan sebelumnya. Penurunan ini tampak sejalan dengan strategi pembelian hati-hati setelah harga melonjak dari titik terendah empat tahun di awal Juni. 

Tren serupa juga terjadi di India, yang menurunkan impor menjadi 13,35 juta ton dari 13,76 juta ton pada September, dan Jepang yang turun dari 10,44 juta ton menjadi 9,52 juta ton. 

Korea Selatan, meski masih menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun lalu, turut memangkas pembelian menjadi 6,45 juta ton dari 8,19 juta ton.

Penurunan tersebut sebenarnya wajar jika dilihat dari sisi siklus musiman dan harga. Setelah sempat anjlok ke level USD65–70 per ton di pertengahan tahun, harga batu bara mulai pulih secara bertahap sejak Juli. 

Di pasar Asia, batu bara termal Australia dengan kalori 5.500 kcal/kg kini berada di kisaran USD76,34 per ton, naik 16 persen dari level terendah empat tahun, sementara batu bara Indonesia 4.200 kcal/kg juga menguat ke USD45,26 per ton, naik sekitar 12 persen dari titik terendah Juli lalu.

Namun, kenaikan harga tersebut datang dengan konsekuensi, di mana sebagian besar importir kini menahan pembelian untuk menunggu harga lebih stabil. Permintaan dari Jepang dan Korea Selatan, misalnya, juga turun akibat masuknya periode “shoulder season”, yaitu masa di antara musim panas dan dingin di mana kebutuhan listrik relatif lebih rendah. 

Dengan demikian, pasar batu bara Asia saat ini terbagi dua, yaitu kelompok pembeli yang sensitif terhadap harga seperti China dan India, serta kelompok yang permintaannya lebih ditentukan oleh faktor musiman seperti Jepang dan Korea Selatan.

Pasokan China dan India Turun ke Level Terendah

Meski tekanan permintaan jangka pendek cukup terasa, prospek jangka menengah masih memperlihatkan sinyal positif, terutama dari sisi pasokan. Di China dan India, stok batu bara kokas di tambang-tambang utama dilaporkan turun ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir. 

Kondisi ini memicu kenaikan aktivitas pencarian kargo baru oleh pabrik baja dan trader menjelang musim dingin. Permintaan yang meningkat untuk pengiriman November–Desember menandakan adanya potensi pemulihan harga di segmen coking coal, terutama jika gangguan pasokan dari Australia dan Mongolia berlanjut akibat cuaca buruk dan kendala logistik.

Pasar baja Asia menjadi faktor penentu penting dalam hal ini. Produksi baja di India terus meningkat, sementara China masih menunjukkan permintaan solid untuk kebutuhan infrastruktur dan manufaktur meski sektor propertinya belum sepenuhnya pulih. 

Laporan Sxcoal menyebut harga batu bara domestik China tetap kokoh karena tingginya konsumsi dari sektor listrik dan industry. Ini menjadi dua motor utama penyerapan batu bara di ekonomi terbesar Asia tersebut.

Secara keseluruhan, koreksi harga batu bara saat ini lebih mencerminkan fase penyesuaian sehat ketimbang pembalikan tren. Kenaikan harga sejak pertengahan tahun telah mengundang reaksi alamiah berupa penundaan pembelian di pasar ekspor Asia, tetapi fundamental jangka menengah masih ditopang oleh penurunan stok dan permintaan musiman yang segera meningkat. 

Dengan stok menipis, cuaca ekstrem di negara produsen, dan aktivitas industri yang mulai pulih menjelang musim dingin, harga batu bara berpeluang kembali stabil di kisaran USD105–110 per ton. Ini yang menjadikan pelemahan saat ini sebagai jeda, bukan akhir dari tren pemulihan yang sudah berjalan sejak pertengahan 2025.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79