KABARBURSA.COM - PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) mungkin menjadi salah satu penerima manfaat dari kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, yang membebaskan bea masuk atas impor bibit dan benih.
Langkah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 41 Tahun 2024 ini diharapkan dapat mendorong pengembangan industri pertanian, termasuk sektor kelapa sawit yang menjadi andalan JARR.
Di tengah stimulus ini, laporan keuangan terbaru perusahaan mencerminkan dinamika yang menarik, yaitu ada sinyal positif yang bisa membuka peluang baru bagi JARR, meski tantangan tetap ada.
Lalu, bagaimana detail performa keuangan perusahaan milik raja batu bara Kalimantan Haji Isam ini?
PT Jhonlin Agro Raya Tbk atau JARR adalah sebuah perusahaan terbatas yang bergerak dalam sektor perkebunan dan pengolahan minyak kelapa sawit terpadu. Perusahaan ini memiliki fokus utama pada hilirisasi usaha perkebunan kelapa sawit, yang mencakup keseluruhan proses dari pengelolaan lahan hingga produksi bahan campuran biodiesel. Dengan lahan perkebunan kelapa sawit yang luas, mencapai 17.020,26 hektar, Perseroan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang kemudian diolah menjadi produk biodiesel.
Pabrik Biodiesel yang dimiliki oleh Perseroan memiliki kapasitas produksi harian mencapai 1.500 ton dan berlokasi di Batulicin, Kecamatan Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Pabrik ini mulai dibangun sejak tahun 2019 dan resmi beroperasi pada September 2021. Peresmian pabrik ini dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober 2021, menandai langkah penting dalam ekspansi perusahaan. Pengapalan perdana produk utama Perseroan, Fatty Acid Methyl Ester (FAME), dilakukan pada September 2021 dengan mengirimkan hampir 5.000 kiloliter ke Pertamina Wayame.
Dari sisi struktur kepemilikan, mayoritas saham Perseroan dikuasai oleh PT Eshan Agro Sentosa yang mengendalikan 86,64 persen saham. Masyarakat non-WARKAT memiliki 13,24 persen saham, sementara PT Sinar Bintang Mulia dan masyarakat WARKAT memegang porsi yang sangat kecil dari keseluruhan saham, masing-masing 0,07 persen dan 0,05 persen. Jumlah pemegang saham juga mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2024, dengan peningkatan signifikan pada akhir Juli 2024, menunjukkan peningkatan kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan.
Laba Bersih JARR
Pada kuartal pertama tahun 2024, PT Jhonlin Agro Raya Tbk atau JARR mencatat laba bersih sebesar Rp30 miliar. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023 yang hanya mencatatkan Rp21 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencatatkan Rp80 miliar, kinerja tahun ini masih berada di bawah pencapaian dua tahun lalu.
Pada kuartal kedua tahun 2024, perusahaan berhasil meraih laba bersih Rp58 miliar, ini merupakan peningkatan yang cukup baik jika dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp162 miliar pada kuartal kedua tahun 2023. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan laba Rp68 miliar pada kuartal yang sama di tahun 2022.
Secara tahunan, laba bersih perusahaan diproyeksikan mencapai Rp176 miliar pada tahun 2024, yang meningkat lebih dari dua kali lipat dari Rp77 miliar pada tahun 2023, dan jauh lebih tinggi dibandingkan Rp42 miliar di tahun 2022. Dalam periode 12 bulan terakhir (Trailing Twelve Months atau TTM) hingga kuartal kedua 2024, laba bersih tercatat sebesar Rp144 miliar, meningkat signifikan dari Rp77 miliar di tahun 2023 dan Rp42 miliar di tahun 2022.
Sementara, rasio harga terhadap laba (Price to Earnings Ratio atau PE) saat ini berada pada angka 12,71 kali berdasarkan laba tahunan yang diestimasikan (annualized) untuk tahun 2024. Sedangkan berdasarkan laba dalam 12 bulan terakhir (TTM), rasio PE berada di angka 15,52 kali. Ini menunjukkan bahwa valuasi perusahaan masih cukup menarik, dengan harga saham yang tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan laba yang dihasilkan.
Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales Ratio) berada di angka 0,54 kali, yang berarti harga saham diperdagangkan hanya setengah dari total penjualan perusahaan. Rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value Ratio) berada di angka 1,46 kali, menunjukkan harga saham sedikit lebih tinggi dari nilai buku perusahaan.
Laba Per Saham
Laba per saham (Earnings Per Share atau EPS) untuk 12 bulan terakhir tercatat sebesar Rp15,59, dengan laba per saham tahunan yang diproyeksikan mencapai Rp19,03. Ini menunjukkan bahwa setiap saham PT Jhonlin Agro Raya Tbk menghasilkan laba yang signifikan, memberikan indikasi positif bagi pemegang saham.
Pendapatan per saham (Revenue Per Share) tercatat sebesar Rp451,93, sementara nilai buku per saham mencapai Rp165,69. Ini menandakan bahwa setiap saham perusahaan memiliki dasar nilai yang cukup kuat di atas Rp100 miliar dalam bentuk aset bersih.
Sementara, rasio lancar (Current Ratio) perusahaan berada di angka 4,36 kali, yang menandakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang tersedia. Rasio cepat (Quick Ratio) yang berada di angka 3,29 kali juga menunjukkan tingkat likuiditas yang baik, dengan aset lancar yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa harus menjual persediaan.
Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) berada di angka 1,23 kali, yang masih dalam batas aman meskipun menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan sebagian utangnya untuk mendanai operasional dan ekspansi.
Return on Assets (ROA) perusahaan tercatat sebesar 3,94 persen, menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Return on Equity (ROE) tercatat sebesar 9,41 persen, yang berarti laba bersih perusahaan cukup baik dibandingkan dengan modal ekuitas yang diinvestasikan.
Margin laba kotor (Gross Profit Margin) perusahaan mencapai 12,38 persen, sedangkan margin laba operasi (Operating Profit Margin) sebesar 10,15 persen. Ini menunjukkan bahwa dari setiap Rp100 pendapatan, perusahaan menghasilkan laba kotor Rp12,38 dan laba operasi Rp10,15. Sementara itu, margin laba bersih (Net Profit Margin) perusahaan tercatat sebesar 6,46 persen.
Laporan Laba Rugi
Pendapatan perusahaan dalam 12 bulan terakhir tercatat sebesar Rp4,17 triliun, dengan laba kotor mencapai Rp463 miliar. EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) tercatat sebesar Rp513 miliar, yang merupakan indikator kuat dari profitabilitas operasional perusahaan. Laba bersih dalam periode yang sama tercatat sebesar Rp144 miliar.
Kas perusahaan pada kuartal ini tercatat sebesar Rp234 miliar, dengan total aset mencapai Rp3,65 triliun. Liabilitas perusahaan, atau total kewajiban, tercatat sebesar Rp2,12 triliun, dengan utang jangka pendek sebesar Rp88 miliar dan utang jangka panjang sebesar Rp1,79 triliun. Total utang perusahaan tercatat sebesar Rp1,88 triliun, dengan ekuitas mencapai Rp1,52 triliun. Dengan demikian, utang bersih perusahaan tercatat sebesar Rp1,65 triliun.
Selama 12 bulan terakhir (TTM), JARR mencatat arus kas dari operasi sebesar Rp381 miliar. Angka ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari aktivitas operasional utamanya. Namun, arus kas dari investasi menunjukkan pengeluaran sebesar Rp257 miliar, yang berarti perusahaan telah menginvestasikan sejumlah besar uang untuk pengembangan atau pembelian aset baru.
Dari sisi pembiayaan, arus kas yang dihasilkan mencapai Rp89 miliar, menunjukkan bahwa perusahaan menerima dana dari kegiatan pendanaan seperti penerbitan utang atau ekuitas. Di sisi lain, belanja modal (Capital Expenditure) tercatat sebesar Rp89 miliar, yang mengindikasikan investasi perusahaan dalam pembelian aset tetap atau untuk pengembangan proyek baru. Setelah memperhitungkan semua ini, arus kas bebas (Free Cash Flow) tercatat sebesar Rp292 miliar, yang merupakan kas bersih yang tersedia setelah membayar untuk operasi dan pengeluaran modal.
Pertumbuhan JARR
Jika melihat pertumbuhan pendapatan (Revenue Growth), terdapat penurunan sebesar 4,85 persen pada kuartal tahun ke tahun (YoY) dan penurunan sebesar 13,60 persen untuk tahun berjalan (YTD) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami tantangan dalam meningkatkan pendapatan selama periode ini. Secara tahunan, pendapatan juga mengalami penurunan sebesar 4,31 persen.
Namun, di sisi lain, laba bersih (Net Income) menunjukkan peningkatan luar biasa, dengan pertumbuhan sebesar 35.642,47 persen pada kuartal tahun ke tahun, dan peningkatan sebesar 314,00 persen untuk tahun berjalan. Secara tahunan, laba bersih meningkat sebesar 85,37 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun pendapatan mengalami penurunan, perusahaan berhasil meningkatkan laba bersihnya secara signifikan, yang bisa jadi karena pengurangan biaya atau efisiensi operasional.
Pertumbuhan laba per saham (EPS) juga menunjukkan tren yang sama, dengan peningkatan sebesar 31.350,00 persen pada kuartal tahun ke tahun, 259,25 persen untuk tahun berjalan, dan 85,41 persen secara tahunan.
Performa Harga Saham
Di sisi performa harga saham, dalam satu minggu terakhir, harga saham PT Jhonlin Agro Raya Tbk mengalami penurunan sebesar 1,63 persen. Selama satu bulan terakhir, harga saham turun lebih jauh sebesar 11,03 persen. Penurunan lebih tajam tercatat dalam tiga bulan terakhir, yaitu sebesar 32,02 persen. Namun, jika dilihat dalam periode enam bulan terakhir, harga saham justru menunjukkan pemulihan dengan peningkatan sebesar 13,08 persen.
Untuk performa tahunan, harga saham meningkat sebesar 31,52 persen, menunjukkan adanya tren positif jangka panjang meskipun terdapat volatilitas dalam jangka pendek. Sejauh ini, kinerja harga saham dari awal tahun menunjukkan penurunan sebesar 2,42 persen.
Tercatat juga harga tertinggi saham dalam 52 minggu terakhir berada di Rp580,00, sementara harga terendahnya berada di Rp143,00. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.