KABARBURSA.COM – Bank Indonesia (BI) meluncurkan Blueprint Pendalaman Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing Indonesia 2030 (BPPU). BPPU 2030 merupakan roadmap untuk menavigasi arah pendalaman pasar uang dan pasar valuata asing (PUVA) yang modern dan maju untuk periode 2025-2030.
Gubernur (BI) Perry Warjiyo mengatakan, kejalasan navigasi arah PUVA 2025-2030 adalah untuk mendukung transmisi kebijakan moneter, stabilitas sistem keuangan dan pembiayaan ekonomi nasional. Peta jalan ini juga sebagai implementasi mandate dan kewenangan BI dalam UU No 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK).
“BPPU 2030 adalah kelanjutan dari Blueprint Pengembangan Pasar Uang 2025 (BPPU 2025), yang telah berhasil menjadi acuan strategis dalam membangun fondasi PUVA yang modern dan maju,” kata Perry, dikutip Minggu, 1 Desember 2024.
Perry mengungkapkan bahwa selama periode 2021-2024, implementasi BPPU mengukirkan berbagai capaian dalam pengembangan produk yang variatif dan likuid, harga yang efisien, pelaku yang kompeten dan berintegritas dan infrastruktur pasar keuangan yang andal dan terintegrasi.
Perry menuturkan bahwa PUVA Indonesia dihadapkan kepada potensi dan tantangan baru, baik yang mencakup ketegangan geopolitik dan fragmentasi perdagangan dunia serta pergeseran spasial pola pertumbuhan ekonomi dunia ke AS dan India yang mengakibatkan ketidakpastian global.
“Di sisi domestik, diperlukan mitigasi dampak rambatan global terhadap kenaikan inflasi, stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta proses pemulihan ekonomi nasional. PUVA yang berkembang dan efisien akan mampu memfasilitasi manajemen likuiditas dan kebutuhan lindung nilai (hedging) terhadap risiko suku bunga dan nilai tukar bagi dunia usaha dan pembiayaan perekonomian,” kata Perry.
Ia berharap BPPU 2030 dapat menjadi paduan strategis dalam memperkuat peran keuangan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Perry mengajak semua pihak yang terlibat berkontribusi mewujudkan PUVA yang modern dan maju serta terintegrasi dengan operasi moneter pro market.
“Dengan kerja sama yang kokoh dan komitmen bersama, kita optimis bahwa Indonesia akan mampu menghadapi tantangan global dan domestik serta mencapai cita-cita pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.
Likuiditas Perekonomian Indonesia
Sebelumnya, BI melaporkan jumlah uang beredar atau likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2) pada Oktober 2024 mencapai Rp9.078,6 triliun. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 6,7 persen (year-on-year/yoy).
“Lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,2 persen yoy,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan tertulis, Jumat, 22 November 2024.
Perkembangan M2 tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,1 persen yoy dan uang kuasi sebesar 4,2 persen yoy.
Dalam laporan BI disebutkan komponen M1 dengan pangsa pasar 55,3 persen dari M2, pada Oktober 2024 sebesar Rp5.022,2 triliun atau tumbuh sebesar 7,1 persen atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 6,9 persen yoy.
Sementara perkembangan M1 disebabkan oleh perkembangan uang kuartal di luar bank umum, BPR dan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu.
Sementara uang kartal yang beredar di masyarakat pada bulan lalu sebesar Rp970,1 triliun. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 12,4 persen lebih tinggi dibandingkan periode September 2024 yang mencapai 10,6 persen yoy.
Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu, dengan kontribusi sebesar 46,3 persen terhadap M1, mencapai Rp2.324,5 triliun pada Oktober 2024, tumbuh 6,0 persen secara tahunan (yoy). Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, giro rupiah tercatat sebesar Rp1.727,6 triliun dengan pertumbuhan 5,7 persen yoy, sedikit melambat dari pertumbuhan 6,1 persen yoy pada bulan sebelumnya.
Bank Indonesia juga melaporkan bahwa pada Oktober 2024, uang kuasi yang menyumbang 43,5 persen terhadap M2 tercatat sebesar Rp3.946,5 triliun, tumbuh 4,2 persen yoy, melambat dari pertumbuhan 5,3 persen yoy pada September 2024.
Dalam komponen uang kuasi, simpanan berjangka dan tabungan lainnya masing-masing tumbuh 4,6 persen yoy dan 4,9 persen yoy, sementara giro valas tumbuh sebesar 2 persen.
Ramdan mengatakan, perkembangan M2 pada Oktober 2024 dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat. Penyaluran kredit pada Oktober 2024, lanjut dia, tumbuh sebesar 10,4 persen yoy, stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.
“Tagihan bersih kepada pemerintah pusat terkonstraksi sebesar 0,1 persen yoy, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 12,3 persen yoy. Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 1,6 persen setelah terkonsentrasi sebesar 0,1 persen, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 12,3 persen yoy. Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 1,6 persen yoy setelah terkontraksi sebesar 0,3 persen yoy pada September 2024,” ujarnya.(*)