Logo
>

BI Pangkas Penyerapan SRBI di Tengah Tekanan Rupiah

Untuk tenor 9 bulan dan 6 bulan, imbal hasil ikut melemah ke 4,80 persen dan 4,76 persen, dari sebelumnya 5,07 persen dan 5,06 persen

Ditulis oleh Pramirvan Datu
BI Pangkas Penyerapan SRBI di Tengah Tekanan Rupiah
Ilustrasi kantor Bank Indonesia. Foto: dok KabarBursa.com

KABARBURSA.COM - Bank Indonesia memangkas penyerapan Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada lelang Jumat, 19 September, menjadi Rp14 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding Rp15 triliun pada lelang sebelumnya.

Penurunan tersebut diiringi turunnya imbal hasil yang dimenangkan, sejalan dengan keputusan BI memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,0 persen dalam Rapat Dewan Gubernur pekan lalu.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menuturkan imbal hasil SRBI tenor 12 bulan terkoreksi menjadi 4,78 persen dari posisi 5,08 persen sepekan sebelumnya. Untuk tenor 9 bulan dan 6 bulan, imbal hasil ikut melemah ke 4,80 persen dan 4,76 persen, dari sebelumnya 5,07 persen dan 5,06 persen.

Rully menjelaskan, langkah ini tak terlepas dari tekanan pelemahan rupiah yang berlanjut hingga akhir pekan. Pada Jumat, 19 September, kurs rupiah ditutup melemah 0,5 persen ke level Rp16.588 per dolar AS, bersamaan dengan penguatan indeks dolar ke posisi 97,64.

Investor asing pun masih terlihat mengurangi kepemilikan di instrumen SRBI.

Rully menambahkan, depresiasi rupiah terjadi seiring tekanan yang juga dialami sejumlah mata uang utama dunia. Dalam tiga hari terakhir perdagangan pekan lalu, Euro mencatat depresiasi kumulatif 1 persen, sementara Poundsterling melemah lebih dalam hingga 1,3 persen.

Pengaruh Pernyataan Ketua The Fed

Mata uang rupiah ditutup melemah sebesar 74 poin di level Rp16.602 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 19 September 2025.

Analis mata uang, Ibrahim Assuabi mengatakan pelemahan rupiah terjadi dipengaruhi oleh statement Ketua The Fed, Jerome Powell yang menekankan tidak ada dukungan luas untuk pemotongan suku bunga sebesar 50 bps.

"Powell juga menyatakan bahwa setiap keputusan The Fed bergantung pada data, bukan atas tekanan dari pihak lain," ujar dia dalam keterangannya.

Ibrahim menyampaikan, data ekonomi AS menunjukkan bahwa klaim pengangguran awal mingguan menurun menjadi 231 ribu pada pekan yang berakhir pada 13 September 2025, di bawah ekspetasi 240 ribu. Sementara pekan sebelumnya direvisi naik menjadi 264 ribu daro 263 ribu.

Di sisi lain, ia menyebut menyusutnya rupiah hari ini juta tidak lepas dari fokus pasar yang tertuju pada sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap minyak Rusia dan pembeli utama.

"Setelah Presiden Donald Trump mengakui bahwa upaya gencatan senjata lebih keras dari yang diantisipasi sebelumnya, dikarenakan meningkatnya permusuhan antara Rusia dan Ukraina memicu spekulasi akan adanya gangguan pasokan lebih lanjut di Moskow," ujarnya.

Ibrahim memandang sentimen juga datang dari ketidakpastian ekonomi global yang saat ini masih tinggi imbas dari kebijakan perang tarif AS. Menurutnya, berbagai indikator menunjukkan perlambatan ekonomi di sebagian besar negara, disertai disparitas pertumbuhan antar negara.

"Perlambatan itu, mencerminkan pelemahan daya beli masyarakat serta meningkatnya pengangguran," katanya

Dengan ketidakpastian ekonomi global, Ibrahim khawatir gebrakan Rp200 triliun Menteri Keuangan gagal untuk mengerek pertumbuhan ekonomi.

"Saat ini, pengusaha masih gamang dalam memanfaatkan kredit perbankan. Apalagi perbankan sangat berhati-hati dalam menggelontorkan kredit untuk sektor riil," ungkapnya.

Adapun untuk perdagangan Senin, 22 September 2025, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah.

"Melemah di rentang Rp16.600 - Rp16.660," pungkas dia.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Pramirvan Datu

Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.