Logo
>

BI Sebut Investor Kabur ke Negara Maju Selain Amerika

Stabilitas makroekonomi dan respons kebijakan yang tepat dari otoritas keuangan menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan investor terhadap Indonesia.

Ditulis oleh Deden Muhammad Rojani
BI Sebut Investor Kabur ke Negara Maju Selain Amerika
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG, mengalami tekanan signifikan dengan koreksi hingga 7 persen pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025. Tekanan tersebut menyebabkan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah trading halt sementara untuk meredam volatilitas pasar.

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, menanggapi situasi ini dengan menyatakan bahwa tekanan yang terjadi di pasar saham tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga terjadi di pasar global, termasuk Amerika Serikat dan kawasan Asia. Namun, ia mencatat bahwa sebagian besar investor kini mengalihkan portofolio mereka ke negara-negara maju di luar AS.

    “Untuk saham, kita lihat di Amerika juga terjadi penurunan harga saham, begitu juga di regional Asia. Investasi portofolio ini lebih banyak mengalir ke negara maju selain Amerika,” kata Perry dalam konferensi pers pasca Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Rabu, 19 Maret 2025.

    Perry menegaskan bahwa meskipun terjadi tekanan di pasar saham dan arus modal keluar, fundamental ekonomi Indonesia masih berada dalam kondisi solid. Ia menyebutkan bahwa berbagai instrumen keuangan domestik seperti Surat Berharga Negara (SBN), saham, serta Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masih memiliki daya tarik bagi investor.

    “Kami tetap meyakini bahwa aset keuangan Indonesia masih menarik secara fundamental. Pertumbuhan ekonomi kita tetap tinggi dengan perkiraan berada di kisaran 4,7 hingga 5,2 persen, sementara stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga,” jelasnya.

    Selain itu, Perry menjelaskan bahwa tekanan terhadap rupiah lebih banyak disebabkan oleh faktor teknikal yang berkaitan dengan ketidakpastian ekonomi global, termasuk kebijakan tarif perdagangan serta volatilitas di pasar keuangan internasional. Ia menegaskan bahwa dalam kondisi ini, BI akan terus melakukan intervensi guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

    Optimisme BI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

    Lebih lanjut, Perry menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi domestik masih berada di jalur positif. Menurutnya, sejumlah indikator seperti indeks konsumsi dan ekspektasi pendapatan masih menunjukkan optimisme yang cukup tinggi.

    “Indeks survei konsumen masih berada di atas level 100, menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi tetap baik. Selain itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) di sektor manufaktur juga masih dalam zona ekspansi,” ujarnya.

    Ia juga menyoroti faktor musiman seperti panen raya dan kebijakan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) oleh pemerintah yang dapat memberikan dorongan bagi perekonomian pada kuartal pertama tahun ini.

    “Dengan berbagai indikator tersebut, kami masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan tetap berada dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen,” tutup Perry.

    Meski demikian, pasar masih akan terus mencermati kebijakan moneter global dan pergerakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang berpotensi mempengaruhi arus modal masuk dan keluar dari pasar domestik. Dalam situasi ini, stabilitas makroekonomi dan respons kebijakan yang tepat dari otoritas keuangan menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan investor terhadap Indonesia. 

    IHSG Syok

    Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti, mengakui bahwa pasar saham mengalami koreksi yang cukup dalam sejak akhir 2024. Menurutnya, kondisi ini merupakan dampak dari sentimen ekonomi global, termasuk kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

    Destry menjelaskan bahwa pelemahan IHSG yang terjadi bersifat sementara akibat respons pasar terhadap kebijakan-kebijakan global yang mengejutkan. Dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, hari ini, ia mengungkapkan bahwa sejak Januari hingga Maret 2025, terjadi arus modal keluar (outflow) dari pasar saham Indonesia sebesar Rp22 triliun. 

    Namun, di sisi lain, instrumen investasi lain seperti surat berharga negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) justru mengalami arus masuk modal (inflow) sebesar Rp25 triliun secara year to date (ytd). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pasar saham tengah tertekan, investor masih melihat potensi fundamental yang kuat pada aset keuangan Indonesia.

    Gubernur BI Perry Warjiyo, turut menyoroti bahwa koreksi harga saham tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia. Ia mencatat adanya pergeseran investasi yang beralih ke negara-negara maju lainnya. 

    Meski demikian, Perry menegaskan bahwa instrumen keuangan Indonesia, seperti SBN, saham, dan SRBI, tetap memiliki daya tarik secara fundamental. Ia juga menilai bahwa secara ekonomi, nilai tukar rupiah seharusnya cenderung menguat karena fundamental ekonomi Indonesia yang solid.

    Untuk merespons kondisi ini, BI terus melakukan intervensi di pasar guna menjaga stabilitas rupiah. Perry optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap tinggi dengan inflasi yang terjaga rendah serta defisit neraca pembayaran yang terkendali. 

    Selain itu, BI juga berupaya memastikan bahwa imbal hasil aset keuangan Indonesia tetap menarik bagi investor, baik domestik maupun asing.

    Dalam pernyataannya, Perry Warjiyo menyampaikan pesan khusus kepada investor agar tetap menanamkan modalnya di Indonesia. Ia menegaskan bahwa BI akan memastikan stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga daya tarik investasi di pasar keuangan Indonesia, terutama melalui SBN dan SRBI. 

    Menurutnya, imbal hasil aset Indonesia akan tetap kompetitif dibandingkan dengan negara emerging markets lainnya seperti India.

    Anjloknya IHSG pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025 cukup signifikan, dengan penurunan sebesar 420,97 poin atau 6,58 persen ke level 6.046. Kondisi ini bahkan membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan sementara atau melakukan trading halt pada pukul 11.19 WIB. Perdagangan baru kembali dibuka 30 menit kemudian pada pukul 11.49 WIB.

    Kendati mengalami tekanan, BI optimistis bahwa dengan intervensi yang dilakukan, pasar keuangan Indonesia akan tetap stabil dan menarik bagi investor dalam jangka panjang. 

    Perry Warjiyo menekankan bahwa pihaknya akan terus memperbanyak instrumen investasi untuk memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi investasi yang kompetitif di tengah dinamika ekonomi global.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Deden Muhammad Rojani

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.