KABARBURSA.COM - Bank Sentral Jepang (BOJ), tetap pada keputusan untuk tidak mengubah suku bunga acuan meskipun ada harapan dari beberapa pihak untuk kenaikan lebih lanjut. Setelah menaikkan suku bunga pada Juli lalu, yang mengakibatkan penguatan tajam yen dan kegoncangan di pasar dunia, keputusan ini dinilai sebagai langkah untuk menenangkan pasar dan menjaga stabilitas ekonomi domestik dan global.
Keputusan tersebut terjadi hanya dua hari setelah Federal Reserve Amerika Serikat menurunkan suku bunganya untuk pertama kalinya sejak pandemi COVID-19.
Hari ini, 20 September 2024, BOJ memilih untuk mempertahankan suku bunga di level 0,25 persen, langkah yang banyak diprediksi oleh pasar mengingat dampak signifikan dari kenaikan sebelumnya. Langkah BoJ kali ini juga dipengaruhi oleh data inflasi terbaru yang menunjukkan kenaikan seperti yang diharapkan pada Agustus.
Sebenarnya bukan menjadi hal yang aneh ketika Bank of Japan mengambil jalur kebijakan moneter yang sangat berbeda dengan negara lain. Jepang telah berusaha mencapai target inflasi sebesar 2 persen yang didorong oleh peningkatan permintaan dan kenaikan upah.
Namun, meskipun inflasi telah berada di atas target sejak April 2022, dengan sedikit kenaikan menjadi 2,8 persen pada Agustus, BOJ mempertanyakan apakah inflasi ini lebih disebabkan oleh faktor sementara, misalnya karena dampak dari perang di Ukraina.
Pejabat BOJ mengindikasikan bahwa keputusan untuk tidak menaikkan suku bunga lebih lanjut bertujuan untuk menjaga stabilitas pasar, mengingat dampak negatif dari langkah sebelumnya pada Juli. Saat itu, kenaikan suku bunga yang tidak terduga memicu penguatan yen dan menyebabkan aksi jual besar-besaran di pasar global, terutama di Nikkei 225 Tokyo, yang anjlok lebih dari 12 persen pada 5 Agustus 204 dan menjadikannya sebagai hari terburuk sejak Black Monday 1987.
Reaksi Pasar dan Proyeksi Ekonom
Langkah BoJ untuk mempertahankan suku bunga ini didukung oleh beberapa ekonom. Masamichi Adachi dan Go Kurihara dari UBS menyatakan bahwa tidak ada alasan bagi BoJ untuk menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat. Mereka mengingatkan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut bisa mengejutkan pasar dan masyarakat, terutama ketika sentimen pasar masih dalam kondisi hati-hati.
Namun, sekitar 70 persen ekonom yang disurvei oleh BloombergInternational memperkirakan bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga lagi pada Desember 2024. Sementara itu, Capital Economics memproyeksikan kenaikan berikutnya akan terjadi pada Oktober, mengingat inflasi diperkirakan akan tetap mendekati target 2 persen BOJ hingga awal 2025.
Stefan Angrick, ekonom di Moody's Analytics, memperingatkan bahwa meskipun BoJ berencana menaikkan suku bunga, kondisi pasar saat ini belum sepenuhnya mendukung langkah tersebut. Ia menyoroti bahwa selama setahun terakhir, metrik harga yang lebih mendalam justru melambat, menandakan minimnya tekanan harga yang disebabkan oleh permintaan konsumen.
Menurutnya, kenaikan suku bunga lebih lanjut dapat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi dan dalam skenario terburuk memicu penurunan yang lebih luas.
Dampak Terhadap Pasar dan Ekonomi Global
Keputusan BOJ untuk tidak menaikkan suku bunga saat ini memiliki implikasi besar bagi pasar global, mengingat posisi yen sebagai salah satu mata uang yang digunakan dalam perdagangan global. Kenaikan suku bunga pada Juli mendorong penguatan yen, yang menyebabkan aksi jual besar-besaran di pasar saham global.
Banyak investor yang menggunakan yen dalam "carry trade," yaitu strategi di mana mereka meminjam mata uang dengan suku bunga rendah, seperti yen untuk membeli aset dengan imbal hasil lebih tinggi.
Penguatan yen memaksa para investor untuk menutup posisi mereka, yang pada gilirannya menimbulkan gejolak di pasar finansial. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa BOJ lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Selain itu, dengan AS yang baru saja memangkas suku bunganya, setiap langkah dari BOJ akan dipantau secara ketat oleh pasar global. BOJ harus menemukan keseimbangan antara menjaga stabilitas ekonomi domestik dan mencegah fluktuasi besar di pasar global.
Prospek Kebijakan Suku Bunga BOJ
Meskipun tidak ada perubahan suku bunga pada pertemuan kali ini, BoJ telah memberikan sinyal bahwa kebijakan moneter dapat mengetat lebih lanjut jika inflasi tetap bertahan di atas target. Kenaikan harga yang konsisten di Jepang dapat menjadi indikasi bahwa inflasi bukan sekadar fenomena sementara, melainkan hasil dari dinamika ekonomi yang lebih mendalam.
Namun, tantangan utama bagi BoJ adalah bagaimana menjaga inflasi tetap terkendali tanpa mengganggu stabilitas pasar finansial. Dengan sentimen pasar yang masih berhati-hati dan tanda-tanda perlambatan di ekonomi global, BoJ harus tetap waspada terhadap dampak dari setiap langkah kebijakan moneter yang diambil.
Keputusan Bank of Japan untuk tidak menaikkan suku bunga saat ini mencerminkan kehati-hatian yang tinggi di tengah gejolak pasar global dan ketidakpastian ekonomi. Meskipun inflasi berada di atas target, BoJ tampaknya ingin menghindari kejutan besar di pasar seperti yang terjadi pada bulan Juli. Ke depan, meskipun sebagian besar ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga lebih lanjut, BoJ kemungkinan akan menunggu kondisi pasar yang lebih stabil sebelum membuat keputusan besar.(*)