KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2024 tercatat sebesar 2,12 persen. Angka ini menunjukkan penurunan tipis dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,13 persen. Meskipun mengalami penurunan kecil, inflasi ini tetap berada dalam rentang target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan sesuai dengan ekspektasi pasar.
Menurut survei analis, inflasi Indonesia pada bulan Agustus diperkirakan mencapai 2,12 persen. Bank Indonesia (BI) menetapkan target inflasi untuk tahun ini berada dalam kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen.
Secara bulanan, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen pada Agustus 2024, yang merupakan deflasi keempat sepanjang tahun ini. Penurunan harga bulanan ini terutama disebabkan oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami penurunan harga sebesar 0,52 persen.
Menjelang siang pada Senin, 2 September 2024, harga emas spot tercatat turun menjadi USD2.494,76 per ounce.
Pada awal pekan ini, Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaporkan lonjakan harga beberapa komoditas pangan. Data yang dihimpun pada pukul 07.30 WIB menunjukkan bahwa harga berbagai bahan pokok mengalami peningkatan signifikan. Bawang merah, cabai rawit merah, daging sapi, dan daging ayam ras mengalami kenaikan hingga Rp6.240, menjadikan harga daging ayam ras mencapai Rp40.990 per kilogram.
Harga Pangan 2024
Menurut informasi dari Antara, Panel Harga Bapanas mencatat bahwa harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional mengalami kenaikan. Bawang merah melonjak hingga 17,78 persen atau Rp4.460 menjadi Rp29.540 per kilogram. Sementara itu, bawang putih meningkat 12,74 persen atau Rp5.040, mencapai Rp44.600 per kilogram.
Harga cabai merah keriting naik 0,80 persen atau Rp320, menjadi Rp40.530 per kilogram. Cabai rawit merah juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 6,49 persen atau Rp3.080, mencapai Rp50.520 per kilogram.
Daging sapi murni naik 1,30 persen atau Rp1.750, menjadikannya Rp136.660 per kilogram. Di sisi lain, daging ayam ras mengalami kenaikan mencolok sebesar 17,92 persen atau Rp6.230, mencapai Rp34.400 per kilogram. Telur ayam ras juga mengalami kenaikan harga sebesar 7,59 persen atau Rp2.150, menjadi Rp30.470 per kilogram.
Harga kedelai biji kering (impor) tercatat naik 1,18 persen atau Rp140, sehingga harganya menjadi Rp12.000 per kilogram. Gula konsumsi mengalami lonjakan signifikan sebesar 15,02 persen atau Rp2.680, menjadi Rp20.520 per kilogram.
Harga minyak goreng kemasan sederhana meningkat 10,72 persen atau Rp1.930, menjadi Rp19.940 per kilogram. Sebaliknya, harga minyak goreng curah turun 2,97 persen atau Rp480, menjadi Rp15.670 per kilogram.
Harga tepung terigu curah turun 2,25 persen atau Rp230, menjadi Rp9.990 per kilogram, sementara tepung terigu non-curah meningkat 13,40 persen atau Rp1.770, mencapai Rp14.980 per kilogram.
Harga jagung di tingkat peternak melonjak 12,63 persen atau Rp750, menjadi Rp6.690 per kilogram. Garam halus beryodium juga mengalami kenaikan 10,75 persen atau Rp1.230, menjadikannya Rp12.670 per kilogram.
Harga ikan kembung tercatat naik 11,22 persen atau Rp4.140, menjadi Rp41.030 per kilogram. Ikan tongkol juga naik 11,24 persen atau Rp3.550, menjadi Rp35.120 per kilogram, sementara ikan bandeng mengalami kenaikan dramatis sebesar 25,67 persen atau Rp8.460, mencapai Rp41.420 per kilogram.
Di sisi lain, harga beras premium mengalami penurunan sebesar 2,64 persen atau Rp410, menjadi Rp15.130 per kilogram. Beras medium turun 2,42 persen atau Rp330, menjadi Rp13.250 per kilogram. Sementara itu, beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog turun tipis 1,43 persen atau Rp180, menjadi Rp12.410 per kilogram.
Pada Maret 2024, persentase penduduk miskin di Indonesia tercatat menurun menjadi 9,03 persen. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 0,33 persen poin dibandingkan Maret 2023, dan penurunan sebesar 0,54 persen poin jika dibandingkan dengan September 2022.
Jumlah total penduduk miskin pada bulan Maret 2024 mencapai 25,22 juta orang. Ini menandakan penurunan sebesar 0,68 juta orang dibandingkan Maret 2023, dan penurunan 1,14 juta orang dibandingkan September 2022.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2024 adalah 7,09 persen, menurun dari 7,29 persen pada Maret 2023. Di sisi lain, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun menjadi 11,79 persen, dari 12,22 persen pada Maret 2023.
Jika dibandingkan Maret 2023, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2024 berkurang sebanyak 0,1 juta orang, dari 11,74 juta orang menjadi 11,64 juta orang. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan menurun sebanyak 0,58 juta orang, dari 14,16 juta orang menjadi 13,58 juta orang pada periode yang sama.
Garis Kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp582.932 per kapita per bulan, dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp433.906 (74,44 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp149.026 (25,56 persen).
Rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia pada Maret 2024 terdiri dari 4,78 anggota. Dengan demikian, besaran Garis Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah Rp2.786.415 per rumah tangga miskin per bulan. (*)