Logo
>

Brent Melesat, Kilau Emas tak Kunjung Bersinar

Ditulis oleh Yunila Wati
Brent Melesat, Kilau Emas tak Kunjung Bersinar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada perdagangan Senin, 9 September 2024, harga minyak mentah melonjak lebih dari 1 persen. Minyak mentah berjangka, Brent, patokan internasional, melesat 81 sen atau 1,14 persen menjadi USD71,87 per barel pada pukul 13.54 WIB.

    Dilaporkan Reuters dari Beijing, sistem badai yang berpotensi mendekati Pantai Teluk Amerika dan pulihnya pasar dari aksi jual menyusul data ketenagakerjaan AS yang terus melemah dari ekspektasi, menjadi penyebab naiknya harga minyak global.

    Tidak hanya Brent, minyak berjangka patokan Amerika Serikat seperti West Texas Intermediate (WTI) juga bertambah 82 sen atau naik 1,21 persen menjadi USD68,49 per barel. Harga ini melejit sebanyak USD1 di awal sesi perdagangan Asia, sebelum akhirnya bergerak mundur.

    Menurut National Hurricane Center AS pada Minggu, 8 September 2024, Pantai Teluk AS menyumbang sekitar 60 persen dari kapasitas penyulingan Amerika.

    Pada penutupan Jumat, 6 September 2024, Brent dijual turun 10 persen dalam sepekan. Penurunan itu merupakan yang terendah sejak Desember 2021. Begitu pula dengan WTI yang merosot 8 persen ke penutupan terendah sejak Juni 2023 karena data ketenagakerjaa AS yang semakin suram. Berdasarkan laporan, data tersebut sangat dinanti-nantikan menunjukkan non-farm payrolls yang meningkat lebih sedikit dari perkiraan pengamat pasar pada Agustus kemarin.

    Peningkatan ini naik 142.000 dan angka di Juli direvisi naik sebesar 89.000, namun masih merupakan kenaikan terkecil sejak penurunan pada Desember 2020. Begitu pula dengan penurunan tingkat pengangguran menunjukkan Federal Reserve memangkas suku bunga hanya 25 basis poin di bulan ini, dari pada pemotongan setengah poin.

    Faktor lain yang meningkatkan permintaan minyak adalah suku bunga yang rendah dengan memacu pertumbuhan ekonomi dan membuat minyak dengan memacu pertumbuhan ekonomi dan membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang non-dolar. Sayangnya, permintaan yang lemah terus membatasi kenaikan harga.

    Sementara, pelemahan yang terjadi di China didorong perlambatan ekonomi dan penurunan persediaan. Begitu disampaikan Chief Strategy Officer Carlyle Group Jeff Currie, pada konferensi energi APPEC di Singapura, Senin, 9 September 2024.

    Lebih lanjut Currie menjelaskan, margin penyulingan di Asia melorot ke level musiman terendah sejak empat tahun lalu, karena lemahnya permintaan dari dua ekonomi terbesar tersebut. Sementara ekspor bahan bakar minyak ke Pantai Teluk AS tersungkur ke level terendah sejak Januari 2019, karena margin penyulingan yang lebih rendah.

    Kilau Emas Meredup

    Harga emas mengalami pelemahan pada hari ini, saat para investor menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat yang diperkirakan akan memperkuat spekulasi terkait kemungkinan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.

    Harga emas spot turun 0,3 persen ke level USD2.489,88 per ons pada pukul 14.14 WIB, sementara emas berjangka AS terkoreksi 0,24 persen ke USD2.518,50, menurut laporan Reuters dari Bengaluru.

    Fokus utama pasar minggu ini adalah data inflasi Amerika, termasuk Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Agustus yang akan dirilis pada hari Rabu, diikuti oleh data Indeks Harga Produsen (PPI) sehari setelahnya. Data ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed.

    Menurut Tim Waterer, Kepala Analis di KCM Trade, harga emas saat ini bergerak mendekati level kunci USD2.500, menantikan data inflasi AS.

    "Jika data CPI menunjukkan hasil di bawah ekspektasi, ini bisa menjadi kabar baik bagi harga emas," ujarnya.

    Ia juga menambahkan bahwa level support di kisaran USD2.470-2.480 akan menjadi area penting untuk diperhatikan jika ada tekanan jual yang lebih besar pada emas.

    Penurunan suku bunga cenderung meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven, karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil.

    Saat ini, para trader memprediksi peluang 71 persen untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan The Fed pada 17-18 September, dengan kemungkinan 29 persen untuk penurunan lebih tajam sebesar 50 basis poin, berdasarkan FedWatch Tool CME Group.

    Data tenaga kerja AS yang dirilis pada Jumat lalu menunjukkan bahwa pertumbuhan lapangan kerja pada Agustus lebih lemah dari perkiraan. Meski begitu, penurunan tingkat pengangguran menjadi 4,2 persen tetap dianggap cukup untuk mendukung penurunan suku bunga setengah poin oleh The Fed.

    Sementara itu, China, sebagai salah satu konsumen terbesar logam, menahan diri dari membeli emas untuk cadangannya selama empat bulan berturut-turut hingga Agustus, menurut data resmi yang dirilis pada Sabtu. Pada saat yang sama, inflasi konsumen di China terus meningkat sepanjang Agustus, sementara deflasi harga produsen semakin memburuk di tengah upaya pemerintah untuk menghidupkan kembali permintaan domestik.

    Selain emas, harga perak spot juga turun 0,5 persen menjadi USD27,81 per ons. Sementara itu, platinum naik 0,9 persen menjadi USD929,65, dan paladium menguat 0,5 persen ke USD914,73.

    Pergerakan harga ini mencerminkan dinamika global yang kompleks, dengan investor yang terus memantau perkembangan ekonomi utama untuk menentukan langkah berikutnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79