Logo
>

BTN Perluas Kredit untuk Developer dan Masyarakat, Bunga Rendah?

Ditulis oleh Yunila Wati
BTN Perluas Kredit untuk Developer dan Masyarakat, Bunga Rendah?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) memperluas kredit konstruksi untuk developer dan konsumen. Perluasan kredit ini terkait dengan rencana 3 juta rumah yang dicanangkan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto.

    BTN dengan kode saham BBTN mengaku telah menyiapkan strategi komprehensif untuk mendukung program 3 juta rumah itu. Tujuannya, untuk mendorong sektor perumahan sebagai penggerak ekonomi nasional dengan target kontribusi sektor properti mencapai 25 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Diketahui, saat ini kontribusi sektor properti baru mencapai sekitar 3 persen, meskipun memiliki keterkaitan dengan 185 sektor industri lain.

    Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, menyatakan bahwa BTN terus berkoordinasi intensif dengan Satuan Tugas (Satgas) Perumahan Pemerintahan Prabowo untuk menyusun strategi yang menyeluruh dalam memenuhi kebutuhan perumahan nasional, baik dari sisi suplai (supply) maupun permintaan (demand).

    BTN siap menjadi mitra utama dalam mewujudkan program ini, dengan memberikan kontribusi nyata dalam menyusun strategi yang tidak hanya mencakup pendanaan, tetapi juga pemenuhan kebutuhan rumah secara keseluruhan.

    Kredit Konstruksi Developer

    Sementara itu, dalam mendukung sisi suplai, BTN menawarkan kredit konstruksi kepada developer untuk pembangunan rumah tapak (landed house) dan hunian vertikal (high rise). Sementara itu, di sisi permintaan, BTN memberikan kredit kepada konsumen untuk pembelian rumah, pembangunan di lahan yang sudah ada, serta renovasi rumah.

    BTN berkomitmen untuk memastikan ketersediaan rumah yang terjangkau bagi masyarakat luas, termasuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Masyarakat Berpenghasilan Tanggung (MBT).

    Namun, ada salah satu tantangan utama di sisi suplai. Menurut Nixon, tantangan itu terkait masalah tata ruang, sertifikasi tanah, dan rumah yang selama ini terhambat oleh tumpang tindih regulasi dan berbagai institusi. BTN juga menyarankan edukasi terus-menerus kepada masyarakat bahwa memiliki rumah tidak harus berupa rumah tapak, tetapi juga dapat berupa hunian vertikal yang lebih efisien di kota-kota besar.

    Usulan lainnya adalah terkait skema pembiayaan subsidi yang baru kepada Satgas Perumahan. Skema ini diharapkan bisa lebih tepat sasaran dan efisien dalam alokasi subsidi untuk MBR dan MBT, sehingga tidak membebani keuangan negara.

    Apalagi diketahui, dalam program 3 juta rumah ini, pemerintahan Prabowo memprioritaskan pembangunan di pedesaan untuk menggerakkan perekonomian desa dan menciptakan lapangan kerja lokal. Dua juta unit rumah akan dibangun di pedesaan, sementara satu juta unit apartemen akan dibangun di perkotaan.

    Transformasi Bisnis Berkelanjutan

    BTN telah mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan program ini melalui transformasi bisnis yang berkelanjutan. Menurut Direktur Consumer BTN Hirwandi Gafar, pihaknya telah memiliki pangsa pasar sekitar 80 persen dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi di Indonesia, yang berjumlah sekitar 300.000-400.000 unit per tahun.

    Untuk mendukung program 3 Juta Rumah, BTN melakukan penguatan infrastruktur teknologi agar proses kredit lebih cepat dan efisien, dengan penggunaan sistem otomatis dalam pengambilan keputusan kredit.

    Dari sisi pendanaan, BTN juga berencana mencari sumber dana dari dalam negeri maupun luar negeri, termasuk melalui sekuritisasi aset KPR. Hirwandi mengungkapkan bahwa sekuritisasi KPR di Indonesia masih sangat kecil, namun dengan program ini diharapkan akan lebih banyak sekuritisasi yang memungkinkan tersedianya dana jangka panjang yang murah. BTN juga mendukung rencana pemerintah untuk menggalakkan dana investasi berkelanjutan yang akan sangat membantu pelaksanaan program ini.

    Dengan pengalaman sebagai tulang punggung program Satu Juta Rumah di bawah pemerintahan sebelumnya, BTN optimistis dapat menjadi mitra utama pemerintah dalam mewujudkan program 3 Juta Rumah. Strategi yang solid dan dukungan menyeluruh dari BTN diharapkan dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama melalui sektor perumahan yang memiliki efek berantai pada ratusan sektor lainnya.

    Laba BTN Rp1,81 Triliun

    BTN melaporkan kinerja keuangan hingga Agustus 2024. Untuk laba bersih tahun berjalan hingga Agustus 2024, BTN mencatat penghasilan sebesar Rp1,81 triliun. Angka ini turun sebesar Rp19 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,00 triliun.

    Ada sejumlah faktor yang mendorong tren minoe ini, yaitu:

    1. Pendapatan bunga bersih terperosok 11,01 persen menjadi Rp7,87 triliun pada Agustus 2024. Hal ini dipengaruhi pendapatan yang tumbuh melambat serta beban bunga yang naik. Sebagai gambaran, pendapatan bunga BTN pada Agustus naik 8,61 persen atau lebih rendah dari Juli yang sebesar 9,80 persen. Di saat yang sama, laju beban bunga sebesar 27,01 persen atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yaitu 26,79 persen.
    2. Sejumlah upaya perbaikan dan beberapa pendapatan alternatif belum mampu mendongkrak laba. Pendapatan komisi naik 7,96 persen menjadi Rp989,15 miliar. Pendapatan lainnya ikut terkerek 35,99 persen menjadi Rp891,70 miliar. Keberhasilan BTN menekan cukup dalam biaya provisi sampai 49,09 persen menjadi Rp1,31 triliun pada Agustus 2024 tidak cukup untuk mendongkrak laba operasional yang hasilnya masih susut 8,65 persen menjadi Rp2,29 triliun.
    3. Perlambatan kredit juga terjadi, di mana total kredit dan pembiayaan syariah meningkat 13,05 persen menjadi Rp355,26 triliun pada Agustus 2024, lebih rendah dibandingkan Juli 2024 di mana kredit dan pembiayaan meningkat 14,39 persen year on year.

    Mengekor dari sisi demand, sisi supply atau pendanaan juga menunjukkan tren pelemahan. Dana pihak ketiga (DPK) memang masih tumbuh tinggi, yaitu 16,49 persen menjadi 373,88 triliun pada delapan bulan tahun ini. Tapi dalam perkembangannya, pertumbuhan itu justru melemah dari posisi pertumbuhan Juli sebesar 17,54 persen.

    Penghimpunan dana instrumen tabungan juga turun 3,94 persen menjadi Rp39,54 triliun. Giro naik 12,69 persen menjadi Rp141,43 triliun. Sedangkan deposito masih berlanjut tumbuh dalam kisaran tinggi, yaitu 25,04 persen menjadi Rp192,89 triliun.

    Dengan perlambatan ini, dana murah atau current account saving account (CASA) yang terkumpul hanya terdongkrak 8,58 persen menjadi Rp180,98 triliun. Ini mengikuti rasio CASA yang juga susut secara yoy dari posisi 51,93 persen menjadi 48,41 persen.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79