Logo
>

Bukalapak Menutup Layanan E-Commerce, ini kata Pakar Ekonomi Digital

Ditulis oleh Cicilia Ocha
Bukalapak Menutup Layanan E-Commerce, ini kata Pakar Ekonomi Digital

Poin Penting :

    KABARBURSA.COMSalah satu pemain besar dalam dunia e-commerce Indonesia, PT Bukalapak.com Tbk, mengumumkan penutupan layanannya di sektor e-commerce dan beralih ke bisnis virtual di marketplace. Keputusan ini ramai diperbincangkan karena Bukalapak sebagai salah satu pionir di industri e-commerce Indonesia yang berdiri sejak 2010.

    Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, menilai bahwa ada dua faktor utama yang menyebabkan emiten berkode BUKA itu kesulitan bertahan di pasar. Pertama, persaingan ketat di industri e-commerce yang didominasi oleh pemain besar seperti Shopee dan Tokopedia TikTok shop. Kedua, keterbatasan Bukalapak dalam bersaing dalam segi inovasi dan penerapan strategi "bakar uang".

    "Apa yang terjadi di Bukalapak, semakin mengidikasikan inovasi dan bakar uang yang dilakukan oleh e-commerce (hampir di semua industri digital) itu bisa menjadi alat bertahan," ujar Huda kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Sabtu 11 Januari 2025.

    Persaingan Ketat Ekosistem E-Commerce

    Menurut Huda, peta e-commerce di Indonesia terbagi menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama didominasi oleh Shopee dan Tokopedia - TikTokshop, yang terus memimpin pasar dengan inovasi seperti live shopping dan strategi promosi yang agresif. "Merger antara Tokopedia dan Tiktok membuat persaingan cukup sengit dengan Shopee. Terlebih mereka juga masih cukup kuat untuk bakar uang," kata Huda.

    Adapun, Bukalapak berada di lapisan kedua bersama Blibi dan Lazada. Sementara itu, di layer ketiga diduduki oleh platform e-commerce lokal.

    Huda menjelaskan bahwa Shopee dan Tokopedia TikTok saat ini berfokus dalam dua aspek utama, yakni inovasi dan pengeluaran besar-besaran (bakar uang). Salah satu bentuk inovasi yang mereka kembangkan adalah fitur belanja langsung (live shopping). Shopee, khususnya, telah mengembangkan fitur ini secara masif.

    "Sedangkan Tokopedia sangat terbantu dengan ekosistem live streaming TikTok sebagai media sosial. Terbaru Shopee masuk dalam ekosistem YouTube yang memudahkan mereka memasarkan produknya melalui video ataupun live streaming di YouTube. Mereka [Shopee dan Tokopedia] juga masih membakar uang guna menarik konsumen lebih banyak," jelasnya.

    Huda juga menekankan bahwa konsumen di Indonesia masih sangat berorientasi pada harga (price oriented consumer). "Tidak bisa dipungkiri, konsumen kita masih price oriented consumer. Harga menjadi daya tarik utama dalam berbelanja via digital," tambahnya.

    Adapun, setelah melantai di bursa (IPO), menurut Huda, Bukalapak tidak lagi mendapatkan pendanaan segar yang signifikan. Selain itu, fokus Bukalapak dalam beberapa tahun terakhir lebih tertuju pada pengembangan mitra Bukalapak. "Mereka lebih fokus ke pengembangan mitra bukalapak dalam beberapa tahun terakhir. Mereka akhirnya memilih menutup layanan e-commerce-nya," pungkas Huda.

    Bukalapak Sebut Pendapatan Tetap Aman

    Sebelumnya diberitakan Kabarbursa.com, PT Bukalapak.com Tbk memastikan pendapatan perusahaan tetap stabil meskipun menghentikan penjualan produk fisik dan beralih ke bisnis virtual di marketplace.

    Head of Media & Communications Bukalapak, Dimas Bayu, mengatakan penghentian layanan tersebut tidak berdampak signifikan terhadap pendapatan perusahaan.

    “Penjualan produk fisik di platform Bukalapak memiliki kontribusi sekitar 3 persen terhadap total pendapatan perusahaan,” ujar dia dalam keterangannya kepada Kabarbursa.com dikutip, Sabtu, 11 Januari 2025.

    Sebaliknya, kata Dimas, langkah ini mendukung upaya perusahaan untuk mencapai EBITDA positif dan memastikan keberlanjutan bisnis yang sehat dan menguntungkan. Dengan berfokus pada layanan produk virtual, Bukalapak dapat memperkuat posisinya dalam ekosistem digital serta memberikan layanan terbaik kepada pengguna.

    “Langkah ini adalah bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk terus relevan dan kompetitif di industri,” ungkapnya.

    Di sisi lain, Bukalapak memiliki kondisi keuangan yang kuat dengan posisi kas dan setara kas yang solid. Menurut laporan keuangan kuartal III 2024, perusahaan mencatatkan kas, setara kas, dan investasi yang likuid sebesar Rp19 triliun.

    “Dana ini akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan perseroan dan entitas anak perusahaan, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi para pemangku kepentingan, terutama pemegang saham,” Kata Dimas.

    Penghentian Produk Fisik Bukalapak

    Dimas menyampaikan jika Bukalapak akan menghentikan penjualan produk fisik di platform, secara bertahap yang akan dimulai pada Februari 2025.

    Dia menegaskan bahwa perubahan ini adalah langkah yang diperlukan untuk fokus pada lini bisnis yang telah kami kembangkan dan yang memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar.

    Sejak 2021, lanjut Dimas Bukalapak  telah melakukan transformasi untuk mengembangkan bisnis produk virtual, gaming, retail, investment serta Mitra Bukalapak.

    “Perubahan dinamika pasar dan persaingan di industri terkait mendorong kami untuk melakukan penyesuaian strategi jangka panjang demi menjaga keberlanjutan dan relevansi perusahaan di masa depan,” ungkapnya. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Cicilia Ocha

    Seorang jurnalis muda yang bergabung dengan Kabar Bursa pada Desember 2024. Menyukai isu Makro Keuangan, Ekonomi Global, dan Energi. 

    Pernah menjadi bagian dalam desk Nasional - Politik, Hukum Kriminal, dan Ekonomi. Saat ini aktif menulis untuk isu Makro ekonomi dan Ekonomi Hijau di Kabar Bursa.