KABARBURSA.COM – Pergerakan bursa Asia pada Kamis pagi, 4 Desember 2025, dibuka variative. Indeks kospi melemah, sementara ASX 200 dibuka stabil. Pasar sepertinya masih mencari pijakan setelah reli tipis Wall Street yang terjadi dinihari tadi.
Sentimen utama pergerakan bursa Asia hari ini tetap berkutat pada prospek kebijakan moneter Amerika Serikat, terutama setelah laporan ketenagakerjaan ADP menunjukkan pelemahan yang jauh lebih dalam dari perkiraan.
Laporan ini langsung meningkatkan probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan 9–10 Desember, menjadi 89 persen. Ketidakseimbangan data tersebut membentuk konteks yang hampir seluruh bursa Asia hadapi ketika membuka perdagangan hari ini.
Pasar Australia menjadi salah satu yang paling cepat merespons ketidakpastian tersebut. ASX 200 bergerak mendatar pada pembukaan dan kemudian turun tipis 0,08 persen ke 8.588,70. Sentimen di Australia cenderung berhati-hati karena pasar domestik masih menimbang dampak data tenaga kerja AS terhadap arus modal global dan harga komoditas yang menjadi penopang utama ekonomi negara tersebut.
Di Korea Selatan, tekanan terlihat lebih jelas. Kospi dibuka melemah 0,45 persen dan berlanjut turun 0,79 persen ke 4.004,46. Kosdaq justru berbalik naik 0,12 persen, yang menunjukkan bahwa rotasi ke saham pertumbuhan berkapitalisasi lebih kecil masih berlangsung.
Pasar Korea sejak awal pekan bergerak sensitif terhadap data global, terutama karena sektor teknologi dan semikonduktor yang menjadi tulang punggung ekonominya sangat terpengaruh perubahan ekspektasi suku bunga global.
Sementara itu, Jepang menjadi pengecualian positif di kawasan. Indeks Nikkei 225 dibuka menguat 0,3 persen, lalu memperluas kenaikan menjadi 0,84 persen ke 50.282,30. Penguatan ini mencerminkan kombinasi sentimen domestik yang lebih konstruktif serta respons pasar terhadap sinyal Bank of Japan yang semakin dekat dengan kemungkinan kenaikan suku bunga.
Berbeda dengan pasar lainnya yang terbebani ketidakpastian The Fed, Jepang justru masuk ke fase makro yang berbeda. Pelaku pasar melihatnya sebagai peluang bagi perbankan dan saham berbasis domestik untuk mencetak performa lebih baik.
iShares MSCI Indonesia ETF Anjlok
Di Indonesia, prospek IHSG tetap menjadi sorotan karena indeks domestik baru saja mencetak rekor tertinggi sepanjang Sejarah, sebelum akhirnya terkoreksi tipis 0,06 persen ke 8.611. Setelah terjadi aksi ambil untung, sejumlah analis melihat ruang untuk pemulihan.
Meski demikian, tekanan jual asing yang masih berlanjut membuat pergerakan intraday diperkirakan lebih terbatas dalam rentang 8.550–8.650.
Tekanan juga terlihat dari kinerja iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO) di New York, yang turun 0,42 persen menjadi USD18,83, menandakan bahwa investor global belum sepenuhnya agresif masuk kembali ke emerging market, termasuk Indonesia.
Meskipun terjadi koreksi, analis Indo Premier menilai performa IHSG masih memiliki ruang kenaikan tambahan jika dibandingkan indeks regional lainnya. Dengan kenaikan +22 persen year-to-date, IHSG sebenarnya berada sedikit di bawah MSCI Asia Pacific yang naik +23 persen.
Kesenjangan kecil ini menunjukkan bahwa Indonesia belum sepenuhnya mengejar reli Kawasan. Hal tersebut dapat menjadi argumen kuat bagi investor bahwa potensi upside masih terbuka, apalagi jika stabilitas makro dan aliran dana domestik tetap solid seperti beberapa bulan terakhir.
Secara keseluruhan, performa bursa Asia pagi ini memperlihatkan pasar yang masih bergerak dengan hati-hati, menunggu konfirmasi dari data ekonomi AS berikutnya sekaligus mencermati dinamika kebijakan bank sentral global.
Jepang tampil sebagai motor positif, sementara Australia dan Korea Selatan lebih defensif. IHSG berada di tengah fase transisi antara pengambilan keuntungan dan potensi rebound, bergantung pada kekuatan aliran dana asing dan respons investor lokal menjelang keputusan penting The Fed.(*)