Logo
>

Bursa Asia Bergerak Variatif, Terdorong Buruknya Data Konsumen AS

Ditulis oleh Yunila Wati
Bursa Asia Bergerak Variatif, Terdorong Buruknya Data Konsumen AS
Ilustrasi Bursa Asia-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampak menghijau. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar saham Asia mengalami pergerakan yang bervariasi pada Rabu sore, 26 Februari 2025, setelah laporan terbaru menunjukkan melemahnya keyakinan konsumen di Amerika Serikat. Data yang dirilis pada hari sebelumnya mencatat penurunan kepercayaan konsumen AS pada Februari dengan laju paling tajam dalam tiga setengah tahun terakhir.

    Survei terbaru ini semakin menegaskan bahwa ketidakpastian kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan Trump telah mengguncang baik pelaku bisnis maupun masyarakat luas.

    Menurut Joseph Capurso, Kepala Ekonomi Internasional dan Berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia (CBA), hasil survei ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan, tetapi waktu kemunculannya yang lebih awal dari dugaan menjadi perhatian tersendiri.

    "Kami tidak terkejut dengan data kepercayaan konsumen yang lemah ini. Namun, yang mengejutkan adalah kemunculannya sebelum dampak tarif benar-benar dirasakan oleh konsumen," ujarnya dalam wawancara yang dikutip oleh Reuters.

    Di tengah sentimen negatif dari AS, pergerakan saham Asia masih menunjukkan optimisme di beberapa sektor. Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang mencatat kenaikan sebesar 1,1 persen, didorong oleh lonjakan saham-saham di pasar Tiongkok. Reli ini terjadi dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah terobosan teknologi kecerdasan buatan (AI) dari DeepSeek yang berhasil menghidupkan kembali kepercayaan investor terhadap inovasi teknologi di Tiongkok.

    Namun, reli tersebut menghadapi hambatan setelah munculnya berita bahwa pemerintahan Trump berencana memperketat pembatasan pada industri semikonduktor Tiongkok. Keputusan ini semakin diperkuat dengan penandatanganan memorandum oleh Presiden AS, yang menginstruksikan Komite Investasi Asing di Amerika Serikat untuk membatasi investasi Tiongkok di sektor-sektor strategis.

    Vishnu Varathan, Kepala Penelitian Makro untuk Asia (kecuali Jepang) di Mizuho, menilai bahwa langkah ini tidak bisa dianggap sebagai sekadar gertakan politik.

    "Mengabaikan ancaman tarif dari AS sebagai strategi negosiasi adalah tindakan ceroboh, terutama dalam kasus Tiongkok. Faktanya, AS memang berniat untuk menciptakan hambatan industri yang besar dengan mengorbankan keunggulan teknologi serta kapasitas manufaktur Tiongkok," jelasnya.

    Pasar Keuangan Asia Bergejolak

    Indeks saham utama di Jepang, yaitu Nikkei 225 dan Topix, mengalami koreksi masing-masing sebesar 0,25 persen dan 0,30 persen. Sementara itu, bursa saham Tiongkok bergerak positif dengan Shanghai Composite naik 1,02 persen ke level 3.380, Shenzhen Component menguat 0,93 persen ke 10.955, dan CSI 300 naik 0,87 persen ke 3.959. 

    Sentimen positif di pasar Tiongkok sebagian besar didorong oleh optimisme investor terhadap sektor teknologi yang terus mendapatkan perhatian, terutama setelah terobosan dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) di negara tersebut.

    Sementara itu, Hang Seng di Hong Kong mencatat kenaikan signifikan sebesar 3,27 persen ke level 23.787, mencerminkan minat beli yang kuat di pasar tersebut. Di Korea Selatan, indeks Kospi juga mengalami kenaikan 0,41 persen ke 2.641, sedangkan indeks Taiex di Taiwan menguat 0,50 persen ke 23.402.

    Di Australia, indeks ASX 200 mengalami penurunan tipis sebesar 0,14 persen ke 8.240, mencerminkan tekanan dari sektor komoditas dan keuangan.

    Di pasar mata uang Asia, pergerakan nilai tukar terhadap dolar AS cukup bervariasi. Yen Jepang (USD-JPY) melemah ke 149,37 dengan kenaikan 0,23 persen untuk dolar AS. Sementara itu, dolar Singapura (USD-SGD) sedikit melemah ke 1,3371, sedangkan dolar Australia (AUD-USD) turun 0,17 persen ke 0,6333. 

    Rupiah Indonesia (USD-IDR) juga melemah ke 16.380 dengan kenaikan 0,06 persen pada dolar AS. Rupee India (USD-INR) turun ke 87,2088 dengan kenaikan 0,58 persen, sementara yuan Tiongkok (USD-CNY) turun ke 7,2548 dengan kenaikan 0,05 persen untuk dolar AS. Mata uang Malaysia, ringgit (USD-MYR), melemah ke 4,4268 dengan kenaikan 0,08%, sedangkan baht Thailand (USD-THB) justru menguat ke 33,7430, mencatat penurunan 0,12 persen terhadap dolar AS.

    Bursa Eropa Menguat

    Di Eropa, pasar saham dibuka lebih tinggi pada perdagangan Rabu, didorong oleh optimisme investor terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan besar. Indeks utama di kawasan ini menunjukkan tren positif, dengan indeks Stoxx 600 naik 0,6 persen tak lama setelah bel pembukaan. 

    Sektor pertambangan serta makanan dan minuman menjadi sektor yang mencatatkan kenaikan terbesar. Di Jerman, indeks DAX naik 0,83 persen ke level 22.595, sementara FTSE 100 di Inggris menguat 0,63 persen ke 8.723. Indeks CAC di Prancis juga mengalami kenaikan 0,73 persen, berada di level 8.109.

    Di pasar komoditas, harga minyak mentah mencatat kenaikan tipis setelah mengalami tekanan di sesi sebelumnya. Minyak mentah Brent naik 24 sen menjadi USD73,26 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 23 sen atau sekitar 0,3% menjadi USD69,16 per barel. 

    Kenaikan harga ini terjadi setelah laporan dari American Petroleum Institute (API) mengungkapkan bahwa stok minyak mentah AS turun sebesar 640.000 barel dalam pekan yang berakhir pada 21 Februari. Data resmi stok minyak dari pemerintah AS dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu, yang kemungkinan akan menjadi katalis pergerakan harga minyak lebih lanjut.

    Secara keseluruhan, pergerakan pasar saham dan mata uang Asia mencerminkan kombinasi dari faktor global, termasuk kebijakan moneter, perkembangan teknologi, serta dinamika perdagangan internasional. Di Eropa, optimisme investor terhadap laporan keuangan perusahaan besar menopang pasar, sementara di sektor komoditas, pasar minyak masih menghadapi volatilitas terkait stok minyak AS dan ketidakpastian geopolitik.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79