KABARBURSA.COM – Bursa saham Asia membuka perdagangan Jumat, 31 Oktober 2025, dengan nada optimistis. Setelah pekan yang diwarnai tekanan global akibat sinyal hawkish dari Federal Reserve dan koreksi di Wall Street serta Eropa, investor di kawasan mulai kembali masuk pasar. Investor menilai ada peluang stabilisasi dari sentimen geopolitik dan kebijakan moneter.
Katalis utama datang dari kabar gencatan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, yang disepakati Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dalam pertemuan di Korea Selatan. Kedua negara sepakat menurunkan tensi konflik terkait ekspor logam tanah jarang.
Diketahui, logam tanah jarang merupakan komoditas strategis yang sebelumnya memicu kekhawatiran perang dagang jilid baru.
Analis JPMorgan Asset Management Chaoping Zhu, menyebut kesepakatan ini belum menandai berakhirnya pertarungan dagang, namun memberi jeda penting yang memungkinkan kedua negara menata ulang strategi negosiasi.
“Kedua pihak tampaknya masih menjaga posisi tawar mereka dengan hati-hati, sambil memegang langkah ini sebagai kartu negosiasi untuk pembicaraan berikutnya,” ujar Zhu kepada CNBC.
Sentimen ini membantu mendorong bursa Asia keluar dari tekanan yang ditinggalkan pasar Eropa dan Amerika sehari sebelumnya.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 melonjak tajam 1,75 persen atau 899,85 poin ke 52.225,46, menembus rekor tertinggi baru. Reli saham teknologi dan eksportir menjadi penopang utama di tengah pelemahan yen yang biasanya memperkuat daya saing ekspor.
Indeks Topix juga naik 0,79 persen, mengonfirmasi momentum positif yang berlanjut dari sesi sebelumnya.
Kinerja berbeda terlihat di Korea Selatan. Kospi sempat dibuka melemah 0,19 persen, namun segera berbalik naik 0,37 persen ke 4.101,87. Kenaikan ditopang penguatan sektor semikonduktor dan saham otomotif.
Kosdaq, yang berisi saham-saham berkapitalisasi kecil, juga menguat 0,47 persen, mencerminkan kembalinya minat beli di saham pertumbuhan.
Di Australia, indeks ASX 200 naik 0,45 persen saat pembukaan dan berlanjut menguat 0,52 persen ke 8.931,40 pada pukul 08.15 WIB. Penguatan dipimpin sektor energi dan pertambangan yang diuntungkan oleh kenaikan harga logam industri.
Namun, tak semua kabar di kawasan bernada positif. Saham Panasonic Holdings di Jepang anjlok lebih dari 8 persen setelah perusahaan memangkas proyeksi laba operasional tahunannya sebesar 13,5 persen. Artinya, tekanan masih terasa di sektor manufaktur.
Di sisi lain, investor menunggu rilis indeks manajer pembelian (PMI) China untuk Oktober yang akan memberikan gambaran terbaru tentang aktivitas manufaktur dan jasa di negara ekonomi terbesar Asia itu. Data ini dinilai krusial untuk mengukur apakah momentum pemulihan ekonomi China mulai berlanjut setelah beberapa bulan stagnan.
IHSG Siap Tembus Level Psikologis 8.200: Rupiah Melemah
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan upaya menembus level psikologis 8.200 setelah sebelumnya ditutup menguat 0,22 persen ke 8.184. Penguatan indeks ini disokong oleh aliran dana asing yang masih mencatatkan net buy serta posisi teknikal yang kini berada di atas garis rata-rata 20 hari (MA20).
Analis memproyeksikan bahwa selama IHSG mampu bertahan di atas level 8.100, peluang untuk melanjutkan tren kenaikan tetap terbuka. Meski begitu, investor masih menanti rilis laporan keuangan kuartal III emiten besar hari ini, yang akan menjadi katalis utama arah pasar domestik menjelang November.
Dari sisi global makro, penguatan dolar AS menjadi variabel lain yang membentuk dinamika pembukaan bursa Asia pagi ini. Indeks Dolar AS (DXY) naik 0,38 persen ke 99,51 setelah pernyataan Jerome Powell yang menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember belum tentu dilakukan. Sikap hati-hati The Fed tersebut menahan optimisme pasar terhadap pelonggaran moneter global.
Di sisi lain, yen Jepang melemah ke level terendah sejak Februari, setelah Bank of Japan mempertahankan suku bunga tanpa memberikan panduan waktu yang jelas untuk kenaikan berikutnya. Euro dan poundsterling juga melemah, sementara rupiah terdepresiasi tipis ke Rp16.636 per dolar AS.
Secara keseluruhan, pembukaan perdagangan Asia pagi ini memperlihatkan fase rebound selektif. Investor mulai memanfaatkan stabilisasi geopolitik untuk menguji kembali posisi beli, meski tetap waspada terhadap risiko kebijakan moneter dan pelemahan ekonomi global.
Dengan Nikkei mencetak rekor baru dan IHSG bertahan di atas level teknikal penting, pasar regional tampak berupaya menutup Oktober dengan nada positif, meskipun bayang-bayang ketidakpastian global belum sepenuhnya sirna.(*)
 
      