Logo
>

Bursa Asia Kehilangan Momentum: Pasar Wait and See Jelang Rapat Fed

Bursa Asia bergerak hati-hati jelang keputusan The Fed dan rilis inflasi China, sementara IHSG bertahan di zona 8.700 meski aliran dana asing masih fluktuatif.

Ditulis oleh Yunila Wati
Bursa Asia Kehilangan Momentum: Pasar Wait and See Jelang Rapat Fed
Ilustrasi aktifitasi bursa Asia membuka perdagangan hari ini dengan ceria. Foto: AI untuk KabarBursa.

KABARBURSA.COM – Perdagangan saham di bursa Asia pada Rabu, 10 Desember 2025, terombang-ambing isu global. Sempat dibuka dengan nada optimis, namun momentum itu seketika hilang karena terseret arah pasar global yang membuat Sebagian indeks berbalik melemah.

Saat ini, pelaku pasar sedang berada dalam mode wait and see. Mayoritas enggan mengambil posisi agresif menjelang Keputusan Federal Reserve yang akan dirilis hari ini. Mayoritas proyeksi mengarah pada pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Di pasar Australia, indeks ASX 200 sempat menguat 0,2 persen pada pembukaan, namun cepat terkoreksi dan bergerak negatif 0,17 persen ke posisi 8.571,20. 

Pola serupa terlihat di Korea Selatan. Kospi dibuka naik 0,22 persen, sementara Kosdaq sempat melemah 0,19 persen. Tidak lama berselang, Kospi justru berbalik turun 0,26 persen ke level 4.132,80. Kondisi ini menandakan bahwa minat beli masih rapuh di tengah sensitivitas pasar terhadap kebijakan moneter global.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 memulai perdagangan dengan penguatan cukup kuat 0,82 persen, sebelum akhirnya hanya bertahan naik tipis 0,18 persen di posisi 50.743,91. Topix masih mencatat kenaikan stabil 0,65 persen, namun performanya pun terpantau berhati-hati. 

Pasar Jepang saat ini tidak hanya menunggu keputusan The Fed, tetapi juga data inflasi China yang dirilis hari ini. Kedua hal tersebut merupakan indikator penting bagi prospek permintaan kawasan dan pergerakan harga komoditas.

IHSG Masih di Level 8.700-an

Sementara itu, pasar Indonesia menunjukkan dinamika yang berbeda. Setelah mengalami tekanan profit taking pada sesi sebelumnya, IHSG mampu membuka perdagangan dengan penguatan 0,65 persen ke level 8.713,71. 

Kenaikan ini muncul setelah IHSG mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level 8.749 pada perdagangan kemarin, sebelum ditutup melemah 0,61 persen. 

Di sisi lain, investor global belum sepenuhnya yakin dengan arah pasar Indonesia. Hal ini tercermin dari penurunan harga ETF iShares MSCI Indonesia (EIDO) yang anjlok 1,27 persen menjadi USD18,68 di New York.

Aksi transaksi di sesi pembukaan IHSG cukup ramai dengan volume 6,36 juta lot dan nilai perdagangan Rp398,42 miliar. Data aliran dana menunjukkan pergeseran yang menarik. Secara total, investor asing mencatat net sell Rp226,34 miliar, namun di pasar reguler justru mencatat net buy sebesar Rp68,92 miliar. 

Tekanan asing mayoritas terjadi di pasar tunai dan negosiasi, mencapai net sell Rp295,27 miliar. Komposisi ini menegaskan bahwa investor domestik tetap menjadi penggerak utama pasar, menguasai 75,19 persen aktivitas perdagangan, sementara porsi asing masih berada di bawah 25 persen.

Sektor properti menjadi motor penguatan IHSG dengan lonjakan 1,88 persen. Ini menunjukkan bahwa ekspektasi pelonggaran moneter global, termasuk kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed, memberikan energi positif pada sektor-sektor sensitif suku bunga. 

Sektor industrial, basic industry, transportasi, dan infrastruktur juga turut menopang kenaikan IHSG. Namun tidak semua sektor bergerak positif. Sektor kesehatan, non-cyclical, teknologi, energi, keuangan, dan cyclical masih melemah, menandakan bahwa rotasi sektor tengah berlangsung di tengah ketidakpastian makro.

Secara keseluruhan, pasar Asia berada pada fase yang serba hati-hati. Indeks-indeks utama tampak ingin menguat, tetapi tekanan global, terutama dari Wall Street dan Eropa yang melemah tipis semalam, membuat sesi perdagangan pagi ini lebih berfluktuasi daripada biasanya. 

Sentimen terhadap inflasi China dan keputusan Federal Reserve akan menjadi penentu arah pasar dalam jangka pendek. Hingga keputusan tersebut dirilis, pasar Asia kemungkinan akan tetap bergerak dalam pola wait-and-see, dengan volatilitas yang meningkat namun tanpa arah tren yang tegas.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79