KABARBURSA.COM - Bursa Asia menunjukkan tren positif pada awal perdagangan hari ini setelah mengalami penurunan tajam pada sesi perdagangan sebelumnya. Data ekonomi dari China dan Korea Selatan menjadi fokus utama yang memengaruhi pergerakan bursa Asia sepanjang hari ini.
Secara umum, pasar saham Asia menunjukkan perbaikan setelah mengalami penurunan signifikan pada perdagangan sebelumnya. Namun, Nikkei Jepang membuka perdagangan dengan penurunan, berbeda dengan bursa Asia lainnya yang cenderung menguat.
Di China, pertumbuhan aktivitas sektor jasa mengalami perlambatan pada bulan Agustus, meskipun periode perjalanan musim panas sedang mencapai puncaknya. Indeks Manajer Pembelian (PMI) Sektor Jasa Global Caixin/S&P turun menjadi 51,6 pada bulan Agustus, dari 52,1 pada bulan Juli. Meskipun angka ini masih berada di zona ekspansi, penurunan ini mencerminkan penurunan aktivitas dalam sektor jasa di China.
Untuk mengatasi situasi ini, Dewan Negara China, yang berfungsi sebagai kabinet, menerbitkan pemberitahuan pada hari Selasa untuk mendorong pengembangan perdagangan jasa berkualitas tinggi. Langkah-langkah tersebut termasuk memfasilitasi aliran bakat lintas batas dan meningkatkan kapasitas layanan transportasi internasional.
Meskipun angka PMI masih di bawah rata-rata historis, survei terbaru menunjukkan adanya peningkatan optimisme di kalangan pelaku bisnis. Survei resmi yang dirilis pada hari Sabtu lalu memperlihatkan gambaran yang optimis di sektor industri, dengan aktivitas layanan kembali menunjukkan pertumbuhan pada bulan lalu.
Namun, meskipun ada pertumbuhan dalam aktivitas bisnis, tidak terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah pekerjaan. Survei Caixin menunjukkan bahwa lapangan kerja mengalami penurunan pada bulan Agustus setelah sempat meningkat pada bulan Juli. Penurunan lapangan kerja ini dikaitkan dengan adanya pemutusan hubungan kerja akibat pengunduran diri dan pengurangan karyawan sebagai langkah untuk menurunkan biaya operasional.
Sementara itu, di Korea Selatan, data Produk Domestik Bruto (PDB) menunjukkan kontraksi sebesar 0,2 persen pada kuartal II tahun 2024, menurut data dari bank sentral Korea Selatan. Penurunan ini mencatatkan kontraksi triwulanan paling tajam sejak kuartal IV tahun 2022, ketika ekonomi mengalami penyusutan sebesar 0,5 persen. Secara tahunan, PDB Korea Selatan pada kuartal II 2024 tercatat sebesar 2,3 persen, turun dari angka 3,3 persen pada kuartal I 2024.
Di pasar saham Jepang, meskipun masih tertekan oleh aksi jual, bursa Asia pagi ini menunjukkan perbaikan relatif dibandingkan dengan kondisi pada hari Rabu. Indeks MSCI Asia Pasifik, yang mencerminkan performa pasar saham di kawasan ini, mengalami kenaikan sebesar 0,5 persen pada pagi hari ini setelah mengalami penurunan tajam sebesar 2 persen pada hari sebelumnya.
Di pasar obligasi, yield Treasury, yaitu imbal hasil surat utang AS, tampak stabil setelah mengalami penurunan signifikan sebanyak 8 basis poin kemarin. Penurunan ini terjadi setelah laporan mengenai rekrutmen tenaga kerja di sektor swasta AS menunjukkan angka terendah sejak tahun 2021, menambah kekhawatiran mengenai kesehatan pasar tenaga kerja.
Di pasar swap, para pedagang semakin meningkatkan taruhan mereka bahwa Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga dalam pertemuan FOMC bulan ini. Probabilitas pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin kini mencapai 44 persen, menunjukkan peningkatan signifikan. Sebaliknya, kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin menurun menjadi 56 persen, dari sebelumnya yang sempat mencapai 70 persen. Para pelaku pasar memperkirakan bahwa Fed fund rate pada akhir tahun ini akan berada di level 4,5 persen.
Data lowongan pekerjaan, yang dikenal sebagai JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey), menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan dan mencapai level terendah sejak tahun 2021. Angka ini memperkuat dugaan bahwa ekonomi AS mungkin mengalami pelemahan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, terutama setelah data manufaktur juga menunjukkan kontraksi selama lima bulan berturut-turut. Laporan ini menjadi sorotan awal sebelum rilis data pasar tenaga kerja, termasuk tingkat pengangguran untuk bulan Agustus, yang akan menjadi laporan terakhir sebelum pertemuan FOMC pada 18 September mendatang.
Chris Larkin dari E*Trade, bagian dari Morgan Stanley, mengungkapkan, "Pasar mungkin tidak secemas sebulan lalu, namun mereka masih mencari konfirmasi bahwa ekonomi tidak mengalami kemerosotan yang terlalu dalam."
Di sisi lain, aktivitas ekonomi di sebagian besar wilayah AS dalam beberapa pekan terakhir dilaporkan stagnan atau bahkan menurun, menurut hasil survei Beige Book yang dilakukan oleh Federal Reserve. Laporan yang dirilis pada Rabu, 4 September 2024, mencatat bahwa tingkat ketenagakerjaan umumnya tetap stabil atau mengalami sedikit peningkatan. Meskipun laporan mengenai pemutusan hubungan kerja jarang terjadi, beberapa perusahaan melaporkan pemotongan shift dan jam kerja, posisi yang tidak terisi, serta pengurangan jumlah karyawan melalui gesekan.
"Pengusaha menjadi lebih selektif dalam proses perekrutan dan kurang cenderung menambah jumlah karyawan, karena kekhawatiran terhadap permintaan serta prospek ekonomi yang tidak menentu," kata laporan tersebut. (*)