KABARBURSA.COM - Bursa Eropa berhasil mencetak rekot meski dihantui ketidakpastian politik Prancis. Namun, bursa Asia begitu terguncang karena drama politik yang sedang dimainkan Korea.
Bursa ekuitas Eropa mencapai puncak tertinggi dalam sebulan terakhir pada perdagangan Rabu waktu setempat, 4 Desember 2024. Bursa Jerman melonjak signifikan dan sektor ritel memimpin kenaikan di tengah ketidakpastian politik yang melanda Prancis.
Indeks STOXX 600, yang mencakup saham-saham utama di Eropa, berhasil mencatatkan kenaikan beruntun selama lima hari, mencerminkan optimisme pasar yang terus membayangi kekhawatiran global.
Di Jerman, indeks DAX mencetak tonggak sejarah dengan melampaui angka 20.000 untuk pertama kalinya. Saham-saham unggulan seperti SAP menunjukkan performa cemerlang, sementara momentum ini menegaskan keyakinan investor terhadap stabilitas ekonomi negara tersebut.
Kinerja bursa Jerman yang semakin solid memberikan dukungan bagi pasar Eropa secara keseluruhan, meskipun beberapa sektor tertentu mengalami tekanan.
Namun, situasi di Prancis memberikan nuansa yang berbeda. Pemerintahan Perdana Menteri Michel Barnier berada di ujung tanduk akibat ancaman mosi tidak percaya di parlemen, yang hampir pasti akan menggulingkan kabinetnya yang baru berumur tiga bulan.
Kondisi ini menjadi ujian besar bagi Presiden Emmanuel Macron, yang telah bersiap untuk menunjuk perdana menteri baru guna menjaga stabilitas politik dan ekonomi.
Ketidakpastian tersebut menciptakan tantangan besar bagi pasar Prancis, terutama di tengah upaya negara untuk mengatasi defisit anggaran yang membengkak.
Sementara itu, sektor bisnis zona euro secara keseluruhan menghadapi tekanan, dengan data menunjukkan aktivitas bisnis yang melambat. Ketegangan politik di Prancis juga membayangi euro, yang terus tertekan di pasar mata uang.
Di sisi lain, sektor otomotif menjadi salah satu yang menonjol, didukung oleh kabar seputar kandidat CEO baru di salah satu pabrikan besar, meskipun berita tersebut kemudian dibantah.
Tidak semua kabar dari bursa Eropa berisi optimisme. Beberapa perusahaan besar, seperti Vestas dan Signify, mengalami penurunan signifikan akibat perubahan manajemen dan revisi peringkat dari lembaga keuangan.
Meski demikian, saham sektor ritel seperti Hugo Boss berhasil mencuri perhatian dengan lonjakan signifikan setelah mendapatkan peringkat positif dari analis.
Ketika pasar global menghadapi tantangan dari berbagai sisi, dinamika bursa Eropa mencerminkan keberagaman sentimen investor. Di satu sisi, ada optimisme yang terlihat dari pencapaian indeks-indeks besar seperti DAX.
Di sisi lain, ketidakpastian politik dan tekanan sektor tertentu menunjukkan bahwa jalur pemulihan ekonomi di kawasan ini masih dipenuhi berbagai hambatan.
Dengan ketidakpastian politik yang masih membayangi di beberapa negara, arah pasar dalam beberapa pekan mendatang kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan dan sentimen global.
Namun untuk saat ini, capaian di bursa Eropa memberikan secercah harapan bahwa pasar tetap mampu menavigasi ketidakpastian dengan soliditas dan ketahanan.
Bursa Asia Terguncang
Jika Bursa Eropa tengah mencetak rekor, tidak halnya dengan Bursa Asia. Pada penutupan perdagangan kemarin sore, Bursa Asia terguncang hebar akibat ketegangan politik yang terjadi di Korea Selatan.
Indeks Kospi misalnya, terperosok sebanyak 1,44 persen ke level 2.464. Begitu pula dengan indeks Kosdaq yang turun dalam sebesasr 1,98 persen ke level 677,15.
Apa yang terjadi di Korea Selatan memang membawa dampak yang luar biasa. Pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol oleh parlemen Korea Selatan, menjadi permulaan.
Pemakzulan inilah yang kemudian menyulut Yoon untuk menerapkan darurat militer, meski beberapa jam setelah itu statusnya dicabut. Namun, situasi kembali memanas saat sejumlah pejabat penting di kabinet Yoon mengundurkan diri.
Pengunduran diri dilakukan oleh kepala staf dan sekretaris senior, dan hal ini dikonfirmasi oleh kantor kepresidenan Korea Selatan. Inilah yang kemudian memicu kepanikan pasar dan membuat nilai tukar won terus tertekan.
Tertekannya Won disampaikan oleh Bank of Korea, yang kemudian mengambil langkah untuk meningkatkan likuiditas jangka pendek. Bank sentral juga bersiap mengambil langka stabilisasi di pasar valuta asing. Sebagai antisipasi, regulator keuangan Korsel menyiapkan dana stabilisasi pasar saham sebesar 10 triliun won (USD7,07 miliar), yang akan digunakan bila diperlukan.
Ketegangan yang terjadi di Korsel ini berimbas luas. Tidak hanya menyentuh pasar Korea Selatan, indeks Nikkei 255 pun ikut terguncang. Dilaporkan, bursa Jepang ini bahkan tidak bergerak sama sekali, stagnan di level 39.276,39. Pun dengan indeks Topix yang turun sebesar 0,47 persen ke level 2.740,6.
Di Tiongkok, indeks CSI 300 juga melemah, turun sebanyak 0,54 persen ke level 3.930,56. Hang Seng di Hong Kong mengikuti, turun tipis 0,1 persen ke level 19.730.
Bursa lainnya mengalami hal serupa. Indesk S&P/ASX 200 Australia turun 0,38 persen ke level 8.462,6. Ini adalah penurunan terendah setelah rilis data PDB kuartal ketiga diluncurkan.
Di Korea sendiri, ketegangan mempengaruhi ETFiShares MSCI South Korea (EWY) yang merupakan kumpulan saham-saham besar di sana. ETF ini turun 7 persen, terperosok ke level terendah dalam setahun sebelum akhirnya memangkas kerugiannya menjadi -1,6 persen para penutupan perdagangan kemarin sore waktu setempat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.