KABARBURSA.COM - Pasar saham Eropa ditutup melemah pada Rabu waktu setempat, memperpanjang tren penurunan yang kini memasuki hari keempat berturut-turut.
Kombinasi kabar negatif dari sektor teknologi, laporan keuangan yang mengecewakan, dan rumor politik dari Amerika Serikat menjadi bahan bakar utama pelemahan kali ini.
Indeks STOXX 600, yang menjadi acuan bursa di kawasan, ditutup turun 0,57 persen ke level 541,84. Penurunan ini sejalan dengan koreksi yang juga terjadi di sejumlah bursa utama Eropa. DAX Jerman melemah 0,21 persen ke 24.009,38.
Sementara itu, indeks FTSE 100 Inggris turun 0,13 persen ke 8.926,55, dan CAC 40 Prancis terpangkas 0,57 persen ke 7.722,09.
Salah satu sentimen yang mengguncang pasar datang dari Washington. Menjelang penutupan perdagangan, Bloomberg melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan untuk memecat Ketua The Fed Jerome Powell. Meskipun Trump kemudian membantahnya, kekhawatiran sempat merembet ke pelaku pasar.
“Pasar tidak ingin drama baru di bank sentral, terutama saat ketidakpastian ekonomi sedang tinggi,” ujar Joe Saluzzi dari Themis Trading.
Dari sisi korporasi, penurunan tajam dipicu oleh saham-saham teknologi, khususnya ASML. Perusahaan semikonduktor asal Belanda itu ambles hingga 11,4 persen, menjadi penurunan harian terburuk dalam sembilan bulan terakhir.
Padahal, pesanan kuartal kedua ASML berhasil melampaui ekspektasi. Namun pernyataan manajemen bahwa target pertumbuhan hingga 2026 kemungkinan besar tak tercapai langsung membuat investor berpikir ulang.
Efek dari ASML menular ke saham semikonduktor lain seperti BE Semiconductor, ASM International, dan STMicroelectronics yang juga ikut terseret turun di kisaran 2–5 persen. Kinerja sektor teknologi yang biasanya menjadi penopang pasar, kali ini justru menjadi beban.
Sektor otomotif juga tidak luput dari tekanan. Saham Renault jeblok hingga 18,5 persen setelah perusahaan mengeluarkan peringatan laba yang mengejutkan. Penurunan tajam ini membuat indeks sektor otomotif Eropa terkoreksi hingga 1,8 persen.
Tak hanya itu, Fuchs, perusahaan pelumas asal Jerman, ikut tenggelam hampir 13 persen usai merevisi turun proyeksi laba dan melaporkan kinerja kuartalan yang lebih lemah dari perkiraan analis.
Di tengah musim laporan keuangan, kekhawatiran investor meningkat. Banyak yang menilai perusahaan-perusahaan Eropa menghadapi tekanan berlapis, dari ketidakpastian ekonomi global, efek lanjutan dari perang tarif, hingga tekanan margin akibat penumpukan stok.
“Eropa kemungkinan akan menjadi kawasan yang paling terdampak dalam periode ini,” kata Anthi Tsouvali dari UBS Global Wealth Management.
Dari sisi kebijakan, Uni Eropa juga tengah bersiap menghadapi ancaman tarif baru dari AS. Kepala Perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, terbang ke Washington untuk membuka jalur diplomasi dan dijadwalkan bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick serta perwakilan dagang Jamieson Greer.
Langkah ini menunjukkan bahwa ketegangan dagang lintas Atlantik belum sepenuhnya mereda.
Meski tekanan cukup merata, beberapa saham masih mampu memberikan napas segar bagi pasar. Saham Partners Group melonjak 5,1 persen setelah merilis data aset kelolaan yang melebihi ekspektasi serta mengonfirmasi target kinerja tahunannya.
Saham Diageo juga sempat menguat hingga 4,5 persen sebelum akhirnya ditutup naik tipis 0,6 persen. Perusahaan ini mengumumkan bahwa CEO Debra Crew akan mengundurkan diri setelah dua tahun memimpin.
Dari Inggris, kejutan datang dari rilis data inflasi. Angka inflasi konsumen tahunan melonjak ke 3,6 persen pada Juni, naik dari 3,4 persen di bulan sebelumnya.
Ini merupakan level tertinggi dalam lebih dari satu tahun, dan berpotensi menahan Bank of England untuk segera melonggarkan kebijakan moneternya.
Secara keseluruhan, hari Rabu menjadi cerminan kompleksitas pasar saat ini. Tekanan datang dari berbagai arah, yaitu geopolitik, korporasi, dan makroekonomi.
Para pelaku pasar kini harus bersiap menghadapi periode yang tidak hanya volatil, tetapi juga penuh kejutan yang bisa datang dari luar maupun dalam kawasan.(*)
 
      