KABARBURSA.COM - Pemerintah China berencana melakukan transfer utang di luar neraca atau off-balance-sheet ke akun resmi. Jika benar dilakukan, ini menjadi langkah signifikan untuk meringankan beban keuangan yang sedang dihadapi pemerintah.
Off-balace-sheet bertujuan untuk menata kembali beban utang yang selama ini tersembunyi dari laporan keuangan dan memberikan fleksibilitas fiskal bagi pemerintah daerah untuk mendukung kebutuhan ekonomi domestik.
Mengutip BNNBloomberg, langkah ini sedang dibahas oleh Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China, yang pada 4 November 2024 memulai pertemuan selama empat hari. Salah satu agenda utama dalam pertemuan tersebut adalah rencana peningkatan batas utang pemerintah daerah, untuk memungkinkan penukaran atau swap utang tersembunyi yang selama ini tidak tercatat secara resmi.
Ya, selama beberapa dekade ini pemerintah daerah di China telah menggunakan local government financing vehicles (LGFV), yaitu sebuah entitas yang meminjam dana atas nama pemerintah daerah, untuk membiayai proyek infrastruktur besar-besaran.
Meski investasi ini mendorong pertumbuhan ekonomi, utang yang dihasilkan sebagian besar berada di luar neraca keuangan resmi, yang kini dikenal sebagai "utang tersembunyi" atau "hidden debt".
Berdasarkan estimasi Dana Moneter Internasional (IMF), pada akhir tahun lalu, total utang tersembunyi pemerintah daerah China mencapai sekitar 60 triliun yuan (sekitar USD8,5 triliun).
Utang ini menjadi beban berat di tengah perlambatan ekonomi China dan kemerosotan sektor properti, yang menyebabkan pendapatan daerah tergerus. Pemerintah daerah kesulitan untuk membiayai pengeluaran rutin, seperti gaji pegawai dan pembangunan infrastruktur baru.
Rencana Swap Utang Hingga 10 Triliun Yuan
Dalam upaya untuk mengatasi situasi ini, China sedang mempertimbangkan langkah untuk melakukan swap utang tersembunyi, dengan mengizinkan pemerintah daerah menerbitkan obligasi baru yang akan menggantikan utang luar neraca mereka. Diperkirakan langkah ini akan melibatkan penerbitan obligasi sebesar 6 hingga 10 triliun yuan selama beberapa tahun ke depan.
Langkah ini diisyaratkan oleh Menteri Keuangan Lan Fo’an, pada Oktober 2024, yang menyatakan bahwa upaya ini akan menjadi salah satu langkah terbesar China dalam beberapa tahun terakhir untuk menangani risiko utang daerah.
Bloomberg sebelumnya juga melaporkan bahwa China sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan pemerintah daerah menerbitkan hingga 6 triliun yuan obligasi hingga 2027 sebagai bagian dari upaya ini.
Swap utang ini dipercaya tidak hanya akan meningkatkan transparansi fiskal, tetapi juga memberikan ruang fiskal bagi pemerintah daerah. Dengan dana segar yang berasal dari obligasi, pemerintah daerah dapat membiayai proyek-proyek penting, seperti pembangunan infrastruktur, program perumahan, serta membayar gaji pegawai negeri yang sempat tertunda akibat keterbatasan anggaran.
Namun, ekonom Michelle Lam dari Societe Generale, mencatat bahwa meskipun swap utang merupakan langkah penting, tidak ada tanda-tanda bahwa pemerintah China akan mengambil langkah stimulus fiskal tambahan, seperti penerbitan obligasi negara baru untuk mendukung permintaan domestik.
Tanda-tanda Pemulihan?
Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk mengurangi volatilitas ekonomi, mengingat tantangan eksternal yang dihadapi China, seperti ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat dan dampak pemilihan presiden AS mendatang.
Menurut Xing Zhaopeng, ahli strategi senior di Australia & New Zealand Banking Group Ltd, fokus pada pengaturan kebijakan fiskal sejak awal akan membantu memperkuat ekspektasi pasar dan meminimalkan dampak faktor eksternal.
Namun, para ekonom juga menyatakan bahwa langkah ini mungkin tidak cukup untuk memenuhi tuntutan pasar akan stimulus fiskal yang lebih besar, terutama mengingat ada sedikit waktu tersisa hingga akhir tahun.
Meskipun langkah ini akan memberikan fleksibilitas fiskal bagi pemerintah daerah, beberapa pihak masih berharap adanya dukungan fiskal lebih besar dari pemerintah pusat, terutama untuk memacu permintaan konsumen dan investasi.
Sementara swap utang memberikan ruang fiskal baru, tantangan ekonomi China masih jauh dari selesai.
David Li Daokui, profesor ekonomi dari Universitas Tsinghua, memperkirakan bahwa pembayaran tertunda pemerintah daerah kepada perusahaan dan karyawan mencapai 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) China, atau sekitar 13 triliun yuan berdasarkan PDB tahun lalu.
Ini menunjukkan betapa besarnya masalah keuangan yang dihadapi pemerintah daerah dan dampaknya terhadap sektor swasta dan tenaga kerja.
Di tengah prospek pertumbuhan yang melemah, pasar properti yang stagnan dan tantangan eksternal, para investor kini menunggu langkah-langkah lebih lanjut dari pemerintah China terkait kebijakan fiskal tahun 2025.
Dukungan fiskal yang lemah pada tahun ini telah berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi, dan masih ada harapan bahwa pemerintah akan mengeluarkan kebijakan baru yang lebih progresif untuk mendorong pemulihan ekonomi pada tahun depan.
Dengan adanya rencana swap utang tersembunyi yang diperkirakan mencapai hingga 10 triliun yuan, China berupaya mengatasi masalah utang pemerintah daerah yang telah lama menghantui ekonomi negara tersebut.
Meskipun langkah ini dapat memberikan ruang fiskal yang sangat dibutuhkan, masih ada tantangan besar terkait pertumbuhan ekonomi dan tekanan keuangan yang harus dihadapi.
Pasar kini menunggu langkah-langkah tambahan dari pemerintah China, khususnya terkait kebijakan fiskal dan stimulus untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan di masa depan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.