Logo
>

China Diversifikasi Pasar: Asia dan Afrika Jadi Target Baru

Meski AS masih menjadi konsumen terbesar dunia dengan nilai impor barang dari China yang pernah menembus USD400 miliar per tahun

Ditulis oleh Pramirvan Datu
China Diversifikasi Pasar: Asia dan Afrika Jadi Target Baru
Ilustrasi perdagangan internasional. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pertumbuhan ekspor China mencatat lonjakan tajam pada September, menandakan kemampuan industri Negeri Tirai Bambu mengalihkan jangkauan pasarnya di tengah tensi perdagangan yang belum mereda dengan Amerika Serikat. Kesepakatan tarif dengan Presiden Donald Trump masih menggantung, namun mesin ekspor Beijing kembali berderu.

    Data terbaru dari Bea Cukai China, melalui survei Reuters, menunjukkan ekspor naik 8,3 persen secara tahunan, meningkat signifikan dari 4,4 persen pada Agustus dan jauh di atas perkiraan sebesar 6 persen. Impor pun melonjak 7,4 persen, jauh melampaui pertumbuhan 1,3 persen sebelumnya dan ekspektasi 1,5 persen.

    Meski AS masih menjadi konsumen terbesar dunia dengan nilai impor barang dari China yang pernah menembus USD400 miliar per tahun, Beijing kini memusatkan strategi ke kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Diversifikasi pasar ini menjadi kunci menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen di tengah ketidakpastian global.

    Menjelang pertemuan antara Trump dan Presiden Xi Jinping pada akhir bulan, China tampak memperkuat posisinya. Pemerintah memberlakukan kontrol ekspor baru atas unsur tanah jarang dan memperketat pengawasan terhadap industri semikonduktor—langkah strategis yang berpotensi mengguncang rantai pasok Amerika dan Eropa.

    Namun, surplus perdagangan China turun menjadi USD90,45 miliar pada September, dari USD102,33 miliar bulan sebelumnya, dan berada di bawah proyeksi USD98,96 miliar. Penurunan ini menunjukkan adanya tekanan pada neraca dagang, di tengah ekspansi pasar yang agresif.

    Sementara itu, permintaan domestik masih menunjukkan tanda-tanda lemah. Ekspor Korea Selatan ke China hanya naik tipis 0,5 persen, menjadi indikator dini bahwa impor Negeri Panda belum pulih sepenuhnya.

    Di penghujung September, sedikit harapan muncul. Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional mengumumkan alokasi dana 500 juta yuan (sekitar USD70 juta) untuk mempercepat proyek investasi, sebagai bagian dari stimulus ekonomi baru. Namun, kebijakan ini belum berdampak pada data bulan tersebut. Aktivitas manufaktur, penjualan ritel, dan output pabrik masih melambat—menandakan pemulihan ekonomi China belum benar-benar menguat.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.