Logo
>

China Incar Investor Superkaya di Negaranya: Termasuk Penunggak!

Ditulis oleh Pramirvan Datu
China Incar Investor Superkaya di Negaranya: Termasuk Penunggak!

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - China telah mulai menerapkan pajak yang selama ini diabaikan atas keuntungan investasi luar negeri bagi orang-orang superkaya di negara tersebut, menurut sumber yang mengetahui situasi ini.

    Beberapa orang kaya di kota-kota besar dipanggil oleh otoritas pajak untuk melakukan penilaian sendiri atau menghadiri pertemuan guna mengevaluasi pembayaran yang tertunggak dari tahun-tahun sebelumnya.

    Langkah ini mencerminkan upaya pemerintah untuk memperluas pendapatan di tengah perlambatan ekonomi dan penurunan penjualan tanah, sejalan dengan kampanye "kemakmuran bersama" Presiden Xi Jinping.

    Orang-orang yang dihubungi menghadapi pajak hingga 20 persen atas keuntungan investasi mereka, dan beberapa juga dikenai denda atas keterlambatan pembayaran. Penegakan pajak ini semakin kuat setelah penerapan Standar Pelaporan Umum (CRS) pada 2018, yang memungkinkan pertukaran informasi otomatis dengan lebih dari 150 yurisdiksi global untuk mencegah penghindaran pajak.

    Banyak dari orang kaya yang menjadi sasaran memiliki aset luar negeri senilai setidaknya USD 10 juta, termasuk pemegang saham perusahaan yang terdaftar di Hong Kong dan AS. Penegakan ini diprediksi akan lebih ketat ke depannya, terutama terhadap individu berpenghasilan tinggi yang memiliki pendapatan luar negeri.

    Pendapatan fiskal Tiongkok terus menurun, dengan penghasilan dari penjualan tanah pemerintah turun 25 persen dan pajak turun 5,3 persen pada periode Januari hingga Agustus 2024. Pemerintah telah mengumumkan langkah-langkah stimulus untuk memperbaiki kondisi ini, termasuk upaya memperbaiki utang pemerintah daerah.

    Keseimbangan Kemampuan Berbelanja

    Rencana China untuk mengeluarkan obligasi besar-besaran demi menyelamatkan perekonomiannya, mendapat perhatian besar dunia. Sebabnya, hingga saat ini tidak disebut secara pasti, berapa besaran stimulus kedua yang akan diputuskan.

    China menjadi salah satu patokan perekonomian dunia. China memiliki ekonomi terbesar kedua di dunia jika diukur dengan PDB nominal, dan yang terbesar di dunia sejak 2014 jika diukur dengan Keseimbangan Kemampuan Berbelanja (KKB).

    Namun, beberapa waktu ini perekonomian China menunjukkan suatu yang berbeda. Apalagi semenjak Uni Eropa membatasi pasar impor ke negara-negara anggotanya, pasar China terlihat kehilangan arah. Hal ini terkait keinginan Eropa untuk lepas dari ketergantungan produk-produk China.

    Walau begitu, pada Kamis, 10 Oktober 2024, pasar saham China tampak menguat, melanjutkan reli pada hari sebelumnya. CSI 300 memutuskan streak kemenangan selama 10 hari dengan penurunan 7 persen. Reli tersebut dipicu oleh serangkaian langkah stimulus pemerintah pada akhir September.

    Bank sentral China mengatakan telah mulai menerima aplikasi dari lembaga keuangan untuk bergabung dengan alat likuiditas yang baru dibuat — yang awalnya bernilai 500 miliar yuan (sekitar 70,7 miliar USD) — yang akan memberikan akses yang lebih mudah ke modal bagi pasar saham.

    Reli tersebut kemudian memacu China untuk mengeluarkan stimulus baru, obligasi besar-besaran yang diyakini mampu memulihkan perekonomiannya secara cepat.

    “Investor berharap akan adanya stimulus baru, disertai dengan angka-angka tertentu. Ada langkah-langkah penting yang diumumkan. Namun, dengan pasar yang berfokus pada berapa banyak daripada apa, mereka pasti kecewa dengan pengarahan ini,” jelas manajer portofolio Eastpring Investments di Singapura Rong Ren Goh.

    Pernyataan Goh disampaikan usai pemerintah China pada Sabtu, 12 Oktober 2024, mengumumkan bahwa pihaknya akan menambah penerbitan utang secara signifikan di tengah upaya menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi yang tersendat.

    Adapun dana yang didapatkan akan digunakan untuk menawarkan subsidi kepada orang-orang dengan pendapatan rendah, mendukung pasar properti, dan mengisi kembali modal bank-bank negara.

    Sayangnya, pemerintah China tidak memberikan angka pasti besaran stimulus fiskal yang sedang dipersiapkan. Menteri Keuangan China Lan Foan, hanya mengatakan akan ada lebih banyak tindakan kontra siklus.

    Pernyataan ‘setengah hati’ inilah yang kemudian membuat investor global menunggu-nunggu detail utama untuk mengukur keberlanjutan lonjakan saham China baru-baru ini.

    “Masih ada ruang yang relatif besar bagi China untuk menerbitkan utang dan meningkatkan defisit fiskal, kata Lan, kemarin.

    Rencana Utang untuk Mendorong Stimulus Fiskal

    Tanpa memberikan detail pasti mengenai besaran stimulus fiskal, Lan Foan menyatakan bahwa “masih ada ruang yang cukup besar bagi China untuk meningkatkan defisit fiskal dan menerbitkan lebih banyak utang.”

    Sinyal kuat mengenai langkah ini sudah muncul sejak pertemuan Politbiro Partai Komunis China pada September 2024. Pertemuan tersebut menunjukkan urgensi untuk segera mengambil tindakan guna menghadapi tantangan ekonomi, termasuk tekanan deflasi dan lemahnya kepercayaan konsumen, yang sangat dirasakan di sektor properti.

    Pemerintah China dilaporkan berencana menerbitkan obligasi khusus senilai sekitar 2 triliun yuan (setara dengan USD284,43 miliar atau Rp4.428,3 triliun) pada akhir tahun ini. Setengah dari dana tersebut akan digunakan untuk membantu pemerintah daerah yang mengalami masalah utang, sementara sisanya akan dialokasikan untuk subsidi pembelian peralatan rumah tangga dan pemberian tunjangan kepada keluarga dengan dua anak atau lebih.

    Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi domestik, yang selama ini menjadi titik lemah dalam struktur perekonomian China.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.