KABARBURSA.COM – PT CRIF Lembanga Informasi Keuangan atau CLIK meluncurkan skor kredit terbaru yang diberi nama Clik Skor Kredit Akselerasi Inklusi (Clik Skay) di Jakarta, Minggu, 15 Desember 2024. Direktur Komersial CLIK, Jan Tjintjelaar, menjelaskan perhitungan kredit skor memanfaatkan dua jenis sumber data, yakni data internal dan eksternal di masing-masing debitur.
Menurutnya, saat ini biro kredit diklaim masih dominan untuk digunakan di sebagian besar model dan sistem penilaian. “Clik menyediakan model skor kredit terbaru yang dirancang khusus untuk pinjaman jangka pendek dengan tenor hingga enam bulan dan jumlah pinjaman maksimal Rp8 juta,” kata Jan Tjintjelaar dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, 15 Desember 2024.
Clik Skay dibuat untuk memberikan prediksi risiko gagal bayar pinjaman yang baru disalurkan sehingga mampu membuat pengambilan keputusan yang lebih akurat. Keunggulan dari model skor kredit terbaru ini adalah dilengkapi dengan teknologi artificial intelligence (AI), machine learning dan sumber data alternatif dalam menciptakan bureau scorecard baru yang lebih akurat.
Inovasi baru ini diciptakan untuk menyederhanakan proses di lembaga keuangan sehingga bisa lebih mudah menilai kelayakan kredit calon debitur sebelum memberikan pinjaman dengan minim risiko gagal bayar. Jan mengatakan akses data yang akurat berkat teknologi canggih merupakan salah satu cara pelaku industri di era digital dalam peniaian risiko kredit yang inovatif.
Menurut Jan, industri yang membutuhkan inovasi ini adalah perusahaan bank, peer-to-peer lending (P2P lending), penyedia jasa Buy Now Pay Later (BNPL), multifinance, dan penyedia jasa kredit lainnya. Melalui inovasi tersebut, perusahaan-perusahaan tersebut bisa lebih mudah mengolah data calon debitur dengan lebih komprehensif dan lebih tepat sasaran.
Inovasi ini juga memungkinkan perusahaan tersebut mampu memperkuat inklusi keuangan dan mendorong praktik pemberian pinjaman yang lebih akurat dan bertanggung jawab dalam menghadapi perkembangan pasar.
Perkuat Infrastruktur Kredit
CLIK sebelumnya bersama dua lembaga keuangan lainnya berkolaborasi mendirikan Asosiasi Informasi Kredit (APIIK). Ketua Umum APIIK Yohanes Arts Abimanyu, mengatakan pendirian APIIK bertujuan untuk mengatasi kesenjangan akses kredit bagi masyarakat yang masih besar.
Selain itu, membentukan asosiasi ini juga untuk memperkuat infrastruktur kredit di Indonesia dan menciptakan sistem keuangan inklusif dan efisien. “Pendirian APIIK merupakan langkah strategis untuk mengatasi kesenjangan ini dan mendukung transformasi lanskap kredit di Indonesia,” kata Yohanes dalam keterangannya, Selasa, 3 September 2024.
Yohanes mengatakan APIIK ingin meningkatkan kesadaran publik dan pemangku kepentingan yang terkait dengan peran penting biro kredit dalam menciptakan sistem keuangan yang lebih inklusif dan efsien. Dsar pendirian APIIK adalah karena rasio produk domestik bruto (PDB) terhadap utang rumah tangga di Indonesia masih berada di angka 16 persen atau rendah. Rasio tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan India dan Filipina yang angkanya mencapai 30 persen.
Mengacu data World Bank tahun 2021, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk unbanked atau penduduk cukup umur yang tidak punya rekening bank tertinggi ke-4 di dunia dengan jumlah mencapai 97,74 juta orang dewasa.
Situasi ini disebut sebagai indikator kesenjangan antara permintaan kredit dengan suku bunga. APIIK menilai kondisi ini sebagai inefisiensi dalam pemanfaatan data keuangan dan menunjukkan perlunya peningkatan evaluasi kelayakan kredit.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas APIIK Rizana Noor menyebut Indonesia masih banyak menghadapi tantangan di sektor kredit. Tantangan utama di sektor kredit, kata dia, adalah memastikan semua pihak yang terlibat memiliki akses yang setara dan transparan terhadap data kredit.
Hal ini penting untuk menciptakan sistem yang lebih inklusif, efisien, dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. “Perbaikan berkelanjutan dalam infrastruktur dan model akses berbagi data sangat penting untuk menyediakan akses data yang adil dan dapat diandalkan untuk PCB, serta untuk mengembangkan platform berbagi data yang aman dan mendorong inovasi,” jelasnya.
Rizana mengatakan APIIK berkomitmen untuk berkolaborasi dengan LJK, Non-LJK, penyedia data lain, dan regulator untuk mendukung adopsi sistem ganda ini. “APIIK yakin bahwa inovasi ini akan mendorong pergeseran dari inklusi keuangan ke pendalaman keuangan (financial deepening), yang memungkinkan lembaga keuangan untuk menawarkan layanan dan produk yang lebih luas kepada masyarakat,” ujarnya.(*)