KABARBURSA.COM - Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia kini menghadapi tantangan baru dalam persaingan tenaga kerja, terutama dengan meningkatnya preferensi masyarakat untuk pekerjaan yang fleksibel. Kondisi ini sangat disayangkan oleh Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia Hermawati Setyorinny.
Menurut Hermawati, persaingan tenaga kerja lebih menyasar masyarakat yang tidak berwirausaha. Mereka akan mencari peluang di tempat lain ketika lapangan pekerjaan semakin sulit.
"Situasi ini semakin memperberat beban yang sudah dialami oleh UMKM, yang saat ini sedang berjuang di tengah lonjakan harga dan ongkos produksi,” kata Hermawati kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Senin, 30 September 2024.
Dia juga menyoroti kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, seperti sertifikasi halal dan pengenalan cukai baru pada makanan dan minuman, yang belum sepenuhnya tersosialisasikan dengan baik.
“Hal ini menyebabkan kepanikan di kalangan pelaku UMKM, bahkan sebelum mereka tahu dampak sebenarnya,” jelasnya.
Karenanya, Hermawati menekankan pentingnya pelaksanaan kebijakan secara bertahap dan merata agar pelaku UMKM dapat beradaptasi tanpa merasa terbebani.
“Jika setiap kebijakan dilakukan secara bertahap dan dengan sosialisasi yang baik, diharapkan pelaku UMKM bisa lebih siap menghadapinya,” ucap dia.
Hermawati juga menyoroti tentang pentingnya legalitas bagi UMKM. Dengan adanya NIP (Nomor Induk Perusahaan), diharapkan identitas perusahaan UMKM dapat terdaftar dengan baik, sehingga proses mendapatkan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dan sertifikasi halal dapat berjalan lebih lancar.
“Kita perlu memastikan bahwa semua lapisan UMKM, mulai dari ultramikro hingga kecil, memiliki akses yang sama terhadap program pemerintah,” tegasnya.
Namun, dengan perubahan dalam klasifikasi UMKM yang mengubah batasan omset dari undang-undang sebelumnya, Hermawati merasa bahwa hal ini justru menambah kesulitan bagi pelaku usaha mikro.
“Ketika UMKM kecil masuk dalam kategori mikro, mereka akan semakin sulit menjangkau manfaat dari program pemerintah yang ada,” ungkapnya.
Dengan tantangan yang terus bertambah, Hermawati menyerukan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku UMKM untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.
“Kami berharap pemerintah mendengarkan aspirasi kami dan bersama-sama kita bisa mengatasi tantangan yang ada,” tutupnya.
Strategi Persaingan
Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia Hermawati Setyorinny mengatakan, agar UMKM mampu bersaing, ada beberapa strategi yang perlu diterapkan secara efektif.
Pertama, penting bagi UMKM untuk memahami teknologi digital itu sendiri. Ini adalah langkah dasar yang harus diambil, karena dunia digital membuka banyak peluang baru untuk memperluas jangkauan pasar. Namun, pemahaman ini juga harus diikuti dengan kesadaran akan keunggulan produk yang dimiliki.
“UMKM harus paham kelebihan produknya sendiri. Ini penting untuk menciptakan diferensiasi di tengah persaingan yang semakin ketat,” jelas Hermawati kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Senin, 30 September 2024.
Lebih lanjut, Hermawati mengungkap persaingan tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari produk-produk luar negeri yang seringkali dijual dengan harga lebih murah. Tantangan utama bagi UMKM lokal adalah tingginya biaya produksi di Indonesia, termasuk harga bahan baku yang tinggi.
“Di luar negeri, banyak kebijakan pemerintah yang mendorong ekspor dengan mempermudah proses dan memangkas biaya, termasuk pajak. Ini tantangan berat bagi UMKM di Indonesia,” tambahnya.
Untuk itu, pelaku UMKM perlu memahami strategi pricing atau strategi penetapan harga yang kompetitif. Selain itu, penting bagi mereka untuk memanfaatkan berbagai fitur dan kebijakan dari platform marketplace.
“Promo dan program di marketplace bisa membantu UMKM bersaing. Mereka harus aktif menanyakan dan memanfaatkan program yang ditawarkan,” jelasnya.
Marketplace juga dinilai sebagai platform yang paling menguntungkan untuk perputaran uang, mengingat pembayaran yang lebih cepat dibandingkan mekanisme belanja negara.
“Marketplace memungkinkan pembayaran dalam hitungan minggu, sementara belanja negara bisa memakan waktu hingga 3 bulan,” ujarnya.
Yang terakhir, Hermawati juga menyoroti pentingnya aliran kas yang cepat bagi keberlangsungan UMKM.
Akhirnya, inovasi menjadi kunci keberhasilan UMKM di era digital. Selain marketplace, UMKM juga harus cerdas memanfaatkan platform digital lain seperti Instagram, WhatsApp, Facebook, dan TikTok.
“Digital marketing tidak hanya di marketplace. UMKM harus pintar-pintar memasarkan produknya di berbagai kanal,” tutupnya.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang teknologi, strategi harga yang tepat, dan inovasi berkelanjutan, UMKM diharapkan dapat terus bersaing dan berkembang di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompleks.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan UMKM lokal dapat bersaing dengan mudah dan perputaran uang dapat dengan cepat terjadi.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.