KABARBURSA.COM - CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Rosan Roeslani, menegaskan rencana penggabungan PT Pelita Air Service dengan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) belum final. Menurutnya, kajian komprehensif masih berlangsung demi memastikan efisiensi serta arah strategis yang jelas.
“Segala sesuatunya masih dalam kajian,” ujar Rosan di Istana Merdeka. Ia berharap langkah ini dapat mendorong Garuda lebih produktif, sekaligus mengoptimalkan aset yang dimiliki, baik dari sisi jam terbang maupun ketersediaan suku cadang pesawat.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, juga menegaskan pihaknya masih dalam tahap penjajakan awal. “Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak. Setiap perkembangan signifikan akan kami sampaikan,” ungkapnya dalam keterangan resmi.
Wamildan menambahkan, saat ini manajemen Garuda tengah berkonsentrasi memperbaiki ekuitas melalui berbagai langkah. Restorasi armada, pemulihan ekosistem usaha, dan peningkatan trafik penumpang menjadi tiga pilar utama. Ia menekankan, dampak dari potensi merger baru bisa dievaluasi setelah kajian lebih mendalam dilakukan bersama pihak terkait.
Dalam laporan kinerja kuartal I-2025, Garuda mencatat pendapatan operasional konsolidasi USD723,56 juta, naik 1,63 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Sepanjang periode tersebut, maskapai melayani 5,12 juta penumpang. Peningkatan signifikan terlihat pada segmen pesawat charter yang melonjak 93 persen. Keberhasilan ini membuat rugi bersih Garuda menyusut 12,5 persen, atau sekitar USD75,9 juta.
Selain rencana merger, Garuda juga mengonfirmasi komunikasi intensif dengan Boeing terkait rencana pembelian 50 unit pesawat baru. Langkah ini disebut sebagai bagian dari transformasi jangka panjang, untuk memperkuat jaringan penerbangan sekaligus mendukung ekspansi lima tahun ke depan.
Rencana akuisisi armada tersebut telah memperoleh restu dari Menteri BUMN Erick Thohir dan Presiden Prabowo Subianto pada Juni 2025. “Transformasi ini tidak hanya memperkuat jaringan rute yang profitable, tetapi juga memastikan ekspansi armada sesuai kebutuhan pasar,” ujar Wamildan.
Ia menambahkan, perusahaan tengah menjajaki opsi pendanaan dari berbagai pihak untuk merealisasikan pembelian tersebut. Meski begitu, manajemen menekankan pentingnya menjaga efisiensi biaya operasional agar pendapatan tetap optimal.
Komunikasi intensif dengan Boeing kini berlanjut pada detail spesifikasi armada, termasuk waktu pengiriman pesawat. Pertimbangan juga diarahkan pada kesiapan Boeing menyediakan tipe pesawat sesuai kebutuhan strategis Garuda.
Dengan dua agenda besar sekaligus—kajian merger dengan Pelita Air dan rencana pembelian armada Boeing—Garuda menegaskan fokus pada transformasi fundamental. Strategi ini diyakini menjadi pijakan penting untuk mengokohkan kembali posisi maskapai pelat merah tersebut di industri penerbangan nasional maupun global.(*)