Logo
>

Data CPI AS Dorong Wall Street Ceria di Akhir Pekan

Wall Street cetak rekor baru setelah data inflasi AS lebih rendah dari perkiraan dan laba korporasi menguat, menandakan ekonomi menuju soft landing yang stabil.

Ditulis oleh Yunila Wati
Data CPI AS Dorong Wall Street Ceria di Akhir Pekan
Kondisi Wall Street. Foto: Juliene Schaer/New York City.

KABARBURSA.COM - Wall Street menutup pekan dengan catatan gemilang setelah ketiga indeks utamanya, Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq, sama-sama mencetak rekor penutupan tertinggi baru pada Jumat waktu setempat. 

Euforia pasar ini dipicu oleh kombinasi kabar positif dari data inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari perkiraan dan hasil kinerja keuangan emiten besar yang melampaui ekspektasi. 

Secara kinerja, indeks Dow Jones Industrial Average melesat 472,51 poin atau 1,01 persen ke level 47.207,12 dan menjadikannya rekor tertinggi baru yang memperpanjang tren kenaikan tahunan. 

S&P 500 menanjak 0,79 persen ke 6.791,69, sementara Nasdaq Composite melonjak 1,15 persen ke 23.204,87. Kenaikan keduanya didorong oleh lonjakan saham-saham teknologi besar. 

Baik Dow, Nasdaq dan S&P 500 tidak hanya mencetak rekor harian, tetapi juga mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Agustus untuk S&P dan Nasdaq. Sementara untuk Dow merupakan lonjakan Jumat-ke-Jumat paling kuat sejak Juni.

Momentum ini memperkuat optimisme bahwa perekonomian AS tengah bergerak menuju keseimbangan antara pertumbuhan yang solid dan tekanan harga yang mulai terkendali. Ini menjadi sebuah kondisi ideal bagi pasar saham untuk terus reli.

Data inflasi menjadi katalis utama di balik lonjakan indeks. Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,3 persen pada bulan September. Angka ini sedikit di bawah perkiraan 0,4 persen, setelah kenaikan 0,4 persen di bulan sebelumnya. 

Kenaikan harga yang lebih moderat ini menandakan bahwa inflasi mulai terkendali tanpa mengorbankan aktivitas ekonomi secara signifikan. Pasar merespons positif karena data ini memperkuat keyakinan bahwa Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga acuannya pada pertemuan kebijakan, 28–29 Oktober mendatang.

Pada pertemuan itu, ekspektasi pasar adalah pemangkasan lanjutan pada Desember. Bagi investor ekuitas, kebijakan moneter yang lebih longgar berarti biaya pinjaman yang lebih rendah, valuasi saham yang lebih tinggi, dan peluang pertumbuhan laba yang lebih luas bagi korporasi.

Kepala Strategi Pasar di Ritholtz Wealth Management Callie Cox, menggambarkan situasi ini sebagai bukan lagi masa krisis seperti tahun 2022. Ia menilai inflasi kini tumbuh dalam laju yang terkendali, sehingga memberikan ruang bagi The Fed untuk melanjutkan siklus penurunan suku bunga tanpa menimbulkan risiko overheating ekonomi. 

Narasi ini memperkuat sentimen bullish di Wall Street, mendorong investor untuk kembali mengambil posisi pada aset berisiko, terutama saham-saham teknologi dan sektor siklikal.

Dorongan tambahan datang dari laporan keuangan korporasi yang kuat. Ford Motor menjadi sorotan setelah sahamnya melonjak 12,2 persen karena mencatat laba kuartal ketiga jauh di atas ekspektasi. 

Secara keseluruhan, analis kini memperkirakan pertumbuhan laba S&P 500 kuartal ketiga mencapai 10,4 persen secara tahunan. Angka ini naik dari perkiraan awal 8,8 persen di awal bulan. Kenaikan proyeksi ini menjadi sinyal bahwa profitabilitas korporasi tetap tangguh di tengah ketidakpastian makroekonomi.

Bursa Eropa Cerah, Dolar Turun Tipis

Selain faktor domestik, sentimen global turut memperkuat optimisme pasar. Indeks MSCI All-Country World, yang mencerminkan pergerakan saham global, naik 0,63 persen ke level tertinggi sepanjang masa di 1.002,96. 

Di Eropa, indeks STOXX 600 juga mencetak rekor penutupan baru, didukung oleh data inflasi AS yang mereda dan aktivitas bisnis zona euro yang tumbuh lebih cepat dari perkiraan. 

Meski dolar AS relatif datar dengan indeks dolar turun tipis 0,02 persen ke 98,92, pergerakan mata uang global menunjukkan keseimbangan yang hati-hati. Euro menguat 0,1 persen ke USD1,1629, sementara yen Jepang melemah tipis 0,14 persen ke 152,8 per dolar. 

Imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury yield) juga bergerak stabil. Yield tenor 10 tahun naik sedikit ke 4,00 persen, yang artinya pasar obligasi belum sepenuhnya meninggalkan ekspektasi inflasi, meskipun tren empat pekan terakhir menunjukkan penurunan yang konsisten.

Harga Minyak Global Melemah

Namun, di tengah optimisme pasar ekuitas, komoditas justru menunjukkan arah berbeda. Harga minyak yang sempat melonjak lima persen sehari sebelumnya akibat sanksi AS terhadap perusahaan minyak besar Rusia, terkoreksi tipis. Koreksi terjadi di tengah keraguan atas komitmen Washington terhadap sanksi tersebut. 

Minyak mentah WTI ditutup melemah 29 sen ke USD61,50 per barel, sementara Brent turun 5 sen ke USD65,94. Sementara itu, harga emas spot kembali melemah 0,57 persen ke USD4.101,29 per ons. Kondisi ini menandakan investor mulai meninggalkan aset lindung nilai untuk mengejar potensi keuntungan di pasar saham.

Keseluruhan dinamika pekan ini menunjukkan bahwa Wall Street tengah menikmati “soft landing” yang diimpikan banyak pelaku pasar. Inflasi yang melandai tanpa resesi, kebijakan moneter yang berpotensi lebih akomodatif, dan fundamental korporasi yang tetap kuat. 

Sentimen positif ini bisa terus berlanjut, setidaknya hingga laporan keuangan raksasa teknologi, seperti Apple dan Microsoft, dirilis pekan depan. 

Namun di balik euforia ini, sebagian analis mulai memperingatkan tanda-tanda gelembung pasar, terutama di sektor teknologi, yang menjadi pusat ledakan investasi berbasis kecerdasan buatan. 

Dengan keseimbangan antara optimisme dan kewaspadaan ini, pasar saham global tampak melangkah ke fase baru, yaitu pertumbuhan yang disertai kehati-hatian, di mana setiap data ekonomi menjadi penentu arah euforia berikutnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79