Logo
>

Data Ekonomi AS Tekan Rupiah: Pertumbuhan Kuartal II Memicu Pelemahan

Ditulis oleh Yunila Wati
Data Ekonomi AS Tekan Rupiah: Pertumbuhan Kuartal II Memicu Pelemahan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Data revisi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat untuk Kuartal II 2024 menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan, yang berdampak pada penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada Jumat, 30 Agustus 2024 pukul 11.48 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp15.458 per dolar AS, melemah 35 poin atau 0,22 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan Kamis, 29 Agustus 2024, sore yang berada di level Rp15.423 per dolar AS.

    Christopher Rusli, analis dari PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah dipicu oleh data pertumbuhan ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan.

    "PDB AS tumbuh 3 persen pada kuartal kedua, melampaui ekspektasi," ungkap Christopher.

    Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa perekonomian AS mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 3 persen untuk Kuartal II. Pengeluaran konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga perekonomian, meningkat dengan tingkat pertumbuhan yang direvisi naik menjadi 2,9 persen, dari sebelumnya 2,3 persen.

    Kenaikan ini sebagian didorong oleh peningkatan upah, meskipun penurunan investasi bisnis, terutama di sektor perangkat lunak, serta penurunan ekspor dan investasi inventaris swasta turut mempengaruhi.

    Selain itu, klaim tunjangan pengangguran tercatat mencapai 231.000, sedikit di bawah perkiraan. Di sektor teknologi, NVIDIA melaporkan laba yang kuat dan rencana pembelian kembali saham senilai USD50 miliar. Namun, proyeksi pertumbuhan NVIDIA yang melambat menjadi sekitar 80 persen YoY mengecewakan pasar, menambah tekanan pada nilai tukar rupiah.

    Pada perdagangan tadi pagi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) memang diprediksi mengalami pelemahan tipis. Rupiah spot tercatat melemah sebesar 0,01 persen ke level Rp15.423 per dolar AS pada penutupan perdagangan. Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) justru mengalami penguatan sebesar 0,43 persen ke posisi Rp15.409 per dolar AS.

    Fenomena ini mencerminkan dinamika pasar yang kompleks, di mana faktor domestik dan internasional saling berinteraksi dalam menentukan nilai tukar. Para investor tampak berhati-hati menunggu rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang dijadwalkan pada akhir pekan ini. Ketidakpastian yang masih tinggi terkait prospek ekonomi global, terutama di tengah tanda-tanda perlambatan di negara-negara maju seperti AS, mempengaruhi suasana pasar.

    Mayoritas mata uang Asia, termasuk rupiah, menunjukkan penguatan pada hari tersebut, sejalan dengan pernyataan Raphael Bostic, salah satu petinggi The Fed, yang mengindikasikan peluang besar bagi The Fed untuk memangkas suku bunga pada bulan September mendatang. Pernyataan ini memberikan angin segar bagi aset-aset di pasar negara berkembang yang umumnya diuntungkan oleh kebijakan moneter yang lebih longgar di negara-negara maju.

    Namun, meskipun ada sentimen positif dari faktor eksternal, pasar keuangan domestik Indonesia masih cenderung diliputi oleh kewaspadaan. Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, mengungkapkan bahwa pergerakan rupiah yang cenderung datar mencerminkan sikap hati-hati investor terhadap berbagai risiko.

    “Pergerakan rupiah yang cenderung datar mencerminkan sikap hati-hati investor sejak pembukaan perdagangan,” ujarnya.

    Ini menunjukkan bahwa investor masih enggan mengambil posisi agresif di pasar, mengingat ketidakpastian yang melingkupi prospek ekonomi global dan regional.

    Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menilai bahwa meskipun rupiah mengalami pelemahan tipis pada Kamis, 29 Agustus 2024, ada potensi penguatan pada perdagangan hari Jumat, 30 Agustus 2024. Ia memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp15.350 hingga Rp15.450 per dolar AS.

    Ekspektasi ini didorong oleh kemungkinan revisi ke bawah dari data pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal kedua 2024. Jika data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang dirilis menunjukkan perlambatan yang lebih tajam dari perkiraan, dolar AS dapat mengalami tekanan. Tekanan ini berpotensi memberikan ruang bagi penguatan rupiah.

    Sentimen terkait kebijakan moneter The Fed menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan pasar pada bulan Agustus ini. Beberapa analis memperkirakan bahwa The Fed akan semakin dovish, mengingat tanda-tanda perlambatan ekonomi yang semakin nyata.

    Ketua The Fed telah memberikan indikasi bahwa bank sentral AS kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunga pada September 2024, dengan potensi penurunan sebesar 25 hingga 50 basis poin. Langkah ini sebagai respons terhadap data inflasi yang lebih lemah dari perkiraan serta tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja AS.

    Perubahan kebijakan moneter The Fed ini tidak hanya mempengaruhi pasar di AS, tetapi juga memiliki dampak luas terhadap pasar keuangan global. Dengan sentimen pasar yang terus berkembang, pergerakan nilai tukar rupiah dan mata uang lainnya akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan terbaru terkait kebijakan The Fed dan data ekonomi global.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79