Logo
>

Data Industri China Juni bikin Investor Bingung: Produksi Turun, Impor Naik

Kinerja industri China di bulan Juni tunjukkan sinyal campuran: produksi baja turun tajam, tapi impor bijih besi justru melonjak.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Data Industri China Juni bikin Investor Bingung: Produksi Turun, Impor Naik
Pekerja di HBIS Group Shijiazhuang Iron and Steel mengangkat baja untuk diangkut di provinsi Hebei utara pada Januari 2025. Foto: Xinhua

KABARBURSA.COM – Data industri dan perdagangan China untuk bulan Juni 2025 menunjukkan gambaran yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, produksi baja melemah, sementara di sisi lain, impor bijih besi sebagai bahan bakunya justru melonjak ke level tertinggi tahun ini.

Kondisi ini mempertegas tantangan dalam membaca secara akurat kondisi ekonomi terbesar kedua dunia itu. Kinerja sektor energi dan logam dasar juga memunculkan sinyal beragam. Dilansir dari Reuters di Jakarta, Kamis, 17 Juli 2025, produksi batu bara naik 5 persen sepanjang semester pertama 2025 dibanding periode sama tahun lalu. Namun, pembangkitan listrik tenaga termal—yang mayoritas berbasis batu bara—malah turun 2,4 persen dalam periode yang sama.

Produksi aluminium naik 3,4 persen secara tahunan di Juni, sementara semen dan kaca, yang banyak digunakan untuk konstruksi, masing-masing turun 5 persen.

Penurunan produksi baja mentah China mencapai 3,9 persen dibanding Mei, dan anjlok 9,2 persen secara tahunan dibanding Juni 2024—terbesar sejak Agustus tahun lalu. Sepanjang paruh pertama 2025, total produksi baja mencapai 514,83 juta ton, turun 3 persen dari tahun lalu. Ini sejalan dengan lesunya sektor perumahan, yang hingga kini belum sepenuhnya pulih.

Namun, lonjakan impor bijih besi justru menunjukkan hal sebaliknya. Sebagai pembeli 75 persen bijih besi global, China mencatatkan impor sebesar 105,95 juta ton pada Juni, naik 8 persen dari Mei. Ini adalah volume bulanan tertinggi sepanjang 2025. Meski begitu, secara akumulatif sepanjang semester pertama, impor bijih besi turun 3 persen menjadi 592,21 juta ton.

Lonjakan impor bijih besi bisa dijelaskan lewat tren harga. Harga kontrak bijih besi di Bursa Singapura sempat menyentuh puncak tertinggi USD107,81 per ton pada 12 Februari, lalu turun ke titik terendah USD93,35 pada 1 Juli, sebelum naik lagi ke USD97,95 pada Rabu (16 Juli). Harapan terhadap stimulus dari Beijing menjadi faktor pendukung optimisme pasar.

Jika target produksi baja tahunan tetap dibatasi secara informal di angka sekitar 1 miliar ton, maka produksi paruh kedua tahun ini diperkirakan lebih lemah dibanding paruh pertama. Ini menyisakan ruang bagi China untuk menambah stok bijih besi. Stok pelabuhan, menurut pemantauan SteelHome, tercatat 131,9 juta ton pada pekan yang berakhir 11 Juli, turun dari 150 juta ton pada pekan yang sama tahun lalu.

Produksi Batu Bara Naik Meski Konsumsi Turun

Sinyal kontradiktif lainnya datang dari sektor batu bara. Produksi domestik mencapai 2,4 miliar ton sepanjang semester pertama, naik 5 persen dari tahun lalu. Namun, konsumsi listrik dari pembangkit berbasis batu bara justru menurun. Secara keseluruhan, pembangkitan listrik naik tipis 0,8 persen, sementara pembangkit tenaga air turun 2,9 persen. Ini menunjukkan kapasitas dari sumber energi baru seperti tenaga angin dan surya mulai mengambil porsi lebih besar.

Pertama, produksi yang tinggi menjaga harga domestik tetap rendah sehingga menekan biaya listrik di tengah ketidakpastian akibat perang dagang dengan Amerika Serikat. Harga batu bara termal di pelabuhan Qinhuangdao sempat menyentuh titik terendah empat tahun di 610 yuan (sekitar USD85) pada Juni. Meski sempat naik ke 625 yuan pada Rabu, harga tersebut masih 20 persen lebih rendah dari level tertinggi 2025 di Januari.

Kedua, meningkatnya produksi domestik mengurangi kebutuhan impor, yang otomatis menekan harga batu bara global. Sebagai importir batu bara terbesar dunia, langkah China ini berpengaruh langsung terhadap harga pasar internasional.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).