KABARBURSA.COM - Harga emas global kembali memangkas sebagian penguatannya pada penutupan perdagangan Jumat dinihari, 26 September 2025. Koreksi tipis ini terjadi setelah rilis data klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat turun secara tak terduga.
Di tengah koreksi tipis tersebut, sinyal teknikal harian memproyeksikan tren “sangat beli”. Artinya, logam mulia ini masih berada dalam fase bullish kuat menjelang publikasi data inflasi utama yang dapat menentukan arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Harga emas spot tercatat naik tipis 0,1 persen ke level USD3.739,42 per ons pada pukul 24.41 WIB, setelah sempat melonjak hingga 0,6 persen di awal perdagangan. Level ini masih berada dekat dengan rekor tertinggi USD3.790,82 yang dicapai pada Selasa kemarin.
Sementara itu, kontrak emas berjangka Desember di Comex ditutup menguat 0,1 persen menjadi USD3.771,1 per ons. Meski secara harian pergerakan emas terlihat terpangkas, tren jangka menengah hingga panjang masih berada pada jalur kenaikan yang solid.
Laporan Tunjangan Pengangguran Berikan Sinyal Hawkish
Dorongan koreksi kali ini dipicu oleh laporan Departemen Tenaga Kerja AS yang mencatat klaim awal tunjangan pengangguran turun menjadi 218.000, lebih baik dari perkiraan 235.000. Data ini memberi sinyal hawkish karena memperkuat ketahanan pasar tenaga kerja, sehingga berpotensi menahan ekspektasi pemangkasan suku bunga agresif.
Meski begitu, analis menilai momentum perekrutan kian melemah dan pertumbuhan ekonomi kuartal II yang lebih kuat dari perkiraan sebelumnya bisa memberikan ruang bagi The Fed untuk tetap melonggarkan kebijakan ke depan.
Pasar kini menanti rilis inflasi inti PCE untuk Agustus, yang diperkirakan naik 0,3% bulanan dan 2,7 persen tahunan. Jika data melampaui ekspektasi, dolar AS berpotensi menguat dan memberi tekanan sementara pada harga emas.
Namun, secara umum, lingkungan suku bunga rendah tetap menguntungkan bagi emas sebagai aset lindung nilai. FedWatch Tool mencatat probabilitas pemangkasan suku bunga Oktober sebesar 85 persen, turun tipis dari 90 persen sebelum data tenaga kerja dirilis.
Tren Bullish Terlihat Masih Sangat Kuat
Dari sisi teknikal, indikator harian menegaskan tren sangat bullish. Relative Strength Index (RSI) berada di atas level 70, menandakan momentum beli yang masih dominan. Hampir seluruh indikator lain, mulai dari MACD, ADX, CCI, hingga Bull/Bear Power, menunjukkan sinyal beli.
Dari total 11 indikator teknikal utama, 10 di antaranya mengarah ke posisi beli dengan hanya satu yang memberi sinyal jual. Moving average jangka pendek hingga jangka panjang juga seragam mengonfirmasi tren naik. MA5 hingga MA200 semuanya berada dalam kondisi beli.
Level pivot points memberikan gambaran area penting. Support terdekat berada di kisaran USD3.716–3.745, sementara resistance kuat terlihat di area USD3.808–3.841.
Jika emas mampu menembus di atas USD3.800, potensi uji ulang ke rekor tertinggi USD3.790 bahkan menuju USD3.841 terbuka lebar. Sebaliknya, pelemahan di bawah USD3.716 dapat memicu konsolidasi ke kisaran USD3.682.
Perak Melonjak, Platinum Menguat
Selain emas, pasar logam mulia lain juga bergerak impresif. Perak melonjak 2,2 persen ke level USD44,87 per ons, level tertinggi dalam lebih dari 14 tahun. Platinum menguat 3,5 persen ke USD1.524,15 per ons, tertinggi sejak September 2013.
Sementara, paladium naik 3,6 persen menjadi USD1.254,04. Kenaikan tajam logam lain ini menunjukkan sentimen investor terhadap sektor komoditas logam mulia masih sangat positif.
Jadi, kombinasi sentimen makro dan teknikal menegaskan bahwa harga emas masih berada dalam fase bullish, meski terkadang terganggu oleh data ekonomi jangka pendek. Jika inflasi PCE sesuai atau lebih rendah dari ekspektasi, peluang emas menembus kembali level rekor terbuka luas.
Namun, apabila data melampaui perkiraan dan memicu penguatan dolar, investor mungkin melihat koreksi singkat sebagai peluang akumulasi. Secara keseluruhan, tren besar masih mendukung skenario penguatan harga emas global dalam jangka menengah.(*)