KABARBURSA.COM - Harga emas kembali mencetak rekor baru pada perdagangan Rabu, didorong kombinasi pelemahan data ketenagakerjaan Amerika Serikat dan meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve bulan ini.
Logam mulia itu semakin mempertegas posisinya sebagai aset lindung nilai utama di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik yang kian kental.
Harga emas spot melonjak 1,2 persen ke USD3.576,59 per ons setelah sempat menyentuh rekor USD3.578,50, sementara kontrak emas berjangka AS ditutup menguat ke USD3.635,50 per ons.
Lonjakan ini terjadi sesaat setelah Departemen Tenaga Kerja melaporkan penurunan jumlah lowongan kerja pada Juli yang lebih besar dari perkiraan. Hal ini menjadi sebuah sinyal melemahnya pasar tenaga kerja.
Kondisi tersebut juga menambah keyakinan bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga, dan mempercepat pergeseran kebijakan moneter yang sudah lama dinanti investor.
Fawad Razaqzada, analis di City Index, menegaskan bahwa emas sejatinya sudah diperdagangkan di wilayah rekor sebelum data tersebut dirilis. Angka ketenagakerjaan yang lebih lemah justru memberi pijakan baru, dengan target harga berikutnya mengarah ke USD3.600 per ons.
Probabilitas Pemangkasan The Fed Kian Kuat
Proyeksi ini diperkuat oleh FedWatch Tool dari CME Group, yang menunjukkan probabilitas pemangkasan 25 basis poin pada pertemuan 16-17 September melonjak menjadi 98 persen, naik dari 92 persen hanya sehari sebelumnya.
Sentimen dovish The Fed makin jelas ketika Gubernur Christopher Waller menyuarakan kembali dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga bulan ini. Ia menegaskan bahwa arah kebijakan setelah pertemuan September akan sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi berikutnya.
Di sisi lain, pernyataan Gubernur Fed Lisa Cook yang menyinggung tekanan politik dari Presiden Donald Trump untuk mencopotnya, serta kritik berulang Trump terhadap Jerome Powell, menambah lapisan ketidakpastian politik mengenai independensi bank sentral.
Situasi ini pada gilirannya mendorong investor semakin agresif mencari perlindungan pada aset-aset aman, dengan emas di barisan terdepan.
Peter Grant, Vice President Zaner Metals, memperkirakan reli emas masih akan berlanjut, dengan target jangka pendek hingga menengah di kisaran USD3.600 hingga USD3.800, bahkan berpotensi menembus USD4.000 pada kuartal pertama tahun depan.
Prospek itu terlihat semakin realistis mengingat momentum bullish emas saat ini diperkuat oleh lemahnya fundamental ekonomi AS dan keresahan pasar terhadap dinamika politik.
Kenaikan harga emas juga menyeret logam mulia lainnya ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Perak naik 1,1 persen ke USD41,34 per ons, menyentuh puncak sejak September 2011.
Platinum melompat 2,2 persen ke USD1.434,17, sementara paladium menguat 1,8 persen menjadi USD1.155,05.
Pergerakan ini menandakan reli yang lebih luas di pasar logam mulia, dengan investor yang semakin yakin bahwa fase pelonggaran moneter global akan membuka ruang kenaikan harga lebih panjang.
Dengan kombinasi data tenaga kerja yang melemah, sinyal pemangkasan suku bunga yang kian solid, serta ketidakpastian politik di Washington, emas tampak semakin kokoh di jalur reli historisnya.
Pasar kini menantikan data klaim pengangguran mingguan, laporan ketenagakerjaan ADP, hingga nonfarm payrolls sebagai konfirmasi arah berikutnya, yang kemungkinan besar akan menentukan apakah reli emas benar-benar siap menembus rekor baru lagi dalam waktu dekat.(*)
 
      