KABARBURSA.COM - Dolar Amerika Serikat menutup perdagangan dengan nada perkasa pada Senin waktu setempat atau Selasa WIB, 19 Agustus 2025. Keperkasaan dolar AS ditopang kombinasi faktor geopolitik dan kebijakan moneter yang membuat investor kembali merapat ke aset berbasis dolar.
Tidak hanya itu, pasar keuangan bereaksi terhadap langkah Presiden AS Donald Trump yang menjadi tuan rumah perundingan damai untuk mengakhiri perang Rusia–Ukraina, di mana sebelumnya ia bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy serta pemimpin Eropa dan NATO.
Di sini, Trump memberi sinyal keterlibatan AS dalam menjamin keamanan Ukraina, sembari membuka pintu pada kemungkinan pertemuan trilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Prospek diplomasi yang berbalik konstruktif ini dinilai mengurangi ketidakpastian politik global, dan secara tradisional mendorong arus modal ke dolar.
Di sisi kebijakan moneter, fokus investor bergeser pada penampilan Ketua Federal Reserve Jerome Powell di simposium Jackson Hole akhir pekan ini. Powell diperkirakan tetap berhati-hati menimbang arah suku bunga, terlebih setelah inflasi produsen naik lebih tinggi dari perkiraan pada Juli.
Walau begitu, pasar berjangka Fed funds masih menilai probabilitas pemangkasan suku bunga pada September berada di level 83 persen, meski turun dari ekspektasi penuh pada pekan sebelumnya. Pasar kini menunggu data Agustus sebelum bank sentral menentukan langkah final.
Komentar Powell yang menekankan kehati-hatian membuat spekulasi pelonggaran moneter berkurang, memberi ruang penguatan bagi dolar.
Data ekonomi domestik turut mempertegas posisi dolar. Indeks sentimen pengembang perumahan AS yang anjlok ke titik terendah dalam dua setengah tahun menambah nuansa kehati-hatian, tetapi pasar tenaga kerja yang masih solid memberi Powell alasan untuk bersikap tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Seperti dicatat analis DRW Trading Lou Brien, The Fed kerap bereaksi pada kelemahan pasar tenaga kerja, bukan semata-mata inflasi. Karena itu, investor kini lebih cenderung menahan posisi dan tetap menaruh bobot pada dolar.
Dari pasar valas, tren penguatan dolar terlihat jelas. Euro tergelincir 0,31 persen ke USD1,1661, yen melemah 0,41 persen ke 147,79 per dolar, sementara poundsterling susut 0,35 persen ke USD1,3504.
Data posisi investor yang dirilis Citigroup menunjukkan sikap pasar kini netral terhadap dolar setelah sebelumnya condong ke posisi jual, mencerminkan keraguan sekaligus potensi ruang penguatan baru.
Dengan latar diplomasi global yang mencair dan ekspektasi suku bunga yang dikalibrasi ulang, dolar menutup hari dengan pijakan yang lebih kuat, menegaskan citranya sebagai mata uang utama yang kembali diincar investor dalam ketidakpastian.(*)