KABARBURSA.COM - Pada perdagangan yang bergejolak Rabu, 18 September 2024, dolar AS mengalami penurunan signifikan setelah Federal Reserve mengambil langkah besar dengan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin. Keputusan ini memicu pergeseran tajam menuju kebijakan moneter yang lebih longgar dan mengakibatkan penurunan nilai dolar terhadap beberapa mata uang utama dunia.
Ekspektasi pasar sebagian besar telah mengarah pada keputusan dovish dari Federal Reserve sebelum pengumuman tersebut, dengan pasar uang memperkirakan sekitar 65 persen peluang adanya pemangkasan sebesar 50 basis poin. Namun, banyak ekonom yang disurvei oleh Reuters awalnya mengantisipasi pemotongan hanya sebesar 25 basis poin.
Langkah mengejutkan dari The Fed ini belum memberikan dampak besar pada dolar sebagaimana yang diperkirakan.
"Hal yang menarik adalah pemangkasan setengah poin ini belum benar-benar memberikan dampak tambahan pada dolar, yang cukup mengejutkan," kata Joseph Trevisani, analis dari FXStreet, New York, Jumat, 20 September 2024 WIB.
Setelah keputusan tersebut, Indeks Dolar AS (Indeks DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama dunia, turun sebesar 0,38 persen menjadi 100,64. Penurunan ini mengikuti pembalikan dari keuntungan yang sebelumnya diperoleh selama perdagangan awal. Pada sesi sebelumnya, indeks ini sempat mencapai titik terendah dalam lebih dari setahun di 100,21.
Penguatan Mata Uang Utama Lainnya
Sebagai imbas dari pelemahan dolar, mata uang lainnya seperti euro dan yen menunjukkan penguatan. Euro naik 0,4 persen menjadi USD1,1163, sementara yen Jepang bergerak menguat terhadap dolar dengan kenaikan 0,33 persen, mencapai 142,73 yen per dolar.
Para pelaku pasar memprediksi bahwa Bank of Japan akan mempertahankan kebijakan suku bunga tidak berubah dalam pertemuan berikutnya, yang dijadwalkan pada hari Jumat.
Sementara itu, dolar juga mengalami penurunan 0,08 persen terhadap franc Swiss menjadi 0,847, serta melemah 0,34 persen terhadap yuan China di pasar offshore menjadi 7,070.
Dampak Global dari Kebijakan Moneter The Fed
Pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve juga mempengaruhi kebijakan moneter di berbagai negara.
"Menurut saya, keputusan ini memberi lampu hijau bagi bank sentral lainnya di seluruh dunia, beberapa di antaranya sudah mulai memangkas suku bunga, untuk melanjutkan langkah pemotongan suku bunga mereka," ungkap Trevisani.
Pasar uang sekarang memperkirakan akan ada penurunan suku bunga tambahan sebesar 72 basis poin pada 2024, dan sebanyak 192 basis poin hingga September 2025. Perkiraan ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter global dapat semakin longgar di masa mendatang, yang akan berdampak pada pelemahan lebih lanjut bagi dolar.
Kurva Imbal Hasil US Treasury
Selain itu, kurva imbal hasil surat utang pemerintah AS, yang sering digunakan sebagai indikator ekspektasi ekonomi, meningkat tajam. Kurva ini mengukur selisih antara imbal hasil surat utang bertenor dua tahun dan 10 tahun. Kenaikannya ke titik tertinggi sejak Juni 2022, pada level positif 13,4 basis poin, menunjukkan bahwa pelaku pasar memproyeksikan penurunan suku bunga lebih lanjut di masa depan.
Data Pengangguran AS dan Dampaknya terhadap Pasar
Data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat turut memperkuat narasi dovish dari kebijakan moneter. Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa klaim awal tunjangan pengangguran turun secara tak terduga sebesar 12.000 menjadi 219.000 pada pekan lalu. Angka ini jauh di bawah perkiraan analis, yang mencerminkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih berada dalam kondisi kuat meskipun ada tantangan global.
Rabu kemarin, 18 September 2024, perumus kebijakan Federal Reserve memperkirakan bahwa suku bunga acuan akan kembali turun setengah poin persentase pada akhir tahun ini, satu poin persentase pada 2025, dan setengah poin persentase lagi pada tahun 2026. Perkiraan ini semakin memperkuat harapan akan kebijakan moneter longgar dalam jangka panjang.
Penguatan Sterling dan Mata Uang Lainnya
Sementara itu, pound sterling Inggris mencapai titik tertinggi sejak Maret 2022 terhadap dolar AS, setelah Komite Kebijakan Moneter Bank of England memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada level saat ini. Keputusan ini diambil dengan suara mayoritas 8-1 dalam rapat kebijakan moneter. Sterling naik sebesar 0,5 persen terhadap greenback, diperdagangkan di USD1,3278 setelah sempat mencapai USD1,3314.
Di belahan dunia lainnya, dolar Australia dan Selandia Baru mengalami kenaikan signifikan, didukung oleh data ekonomi domestik yang kuat. Laporan ketenagakerjaan Australia, misalnya, menunjukkan hasil yang melebihi ekspektasi untuk bulan ketiga berturut-turut pada Agustus, mendorong Aussie naik 0,77 persen menjadi USD0,6815. Kiwi Selandia Baru juga naik 0,58 persen menjadi USD0,6244 setelah data menunjukkan ekonomi negara itu berkontraksi 0,2 persen pada kuartal kedua.
Secara keseluruhan, anjloknya dolar AS mencerminkan respon pasar terhadap langkah agresif Federal Reserve dalam memangkas suku bunga, serta kekhawatiran akan dampak global dari kebijakan moneter ini. Seiring dengan perkembangan geopolitik dan data ekonomi terbaru, pasar global akan terus mencermati pergerakan mata uang utama dan bagaimana keputusan bank sentral lainnya memengaruhi stabilitas ekonomi di masa mendatang.(*)