KABARBURSA.COM – Pemangkasan suku Bungan acuan yang dilakukan oleh Federal Reserve, menakan dolar Amerika Serikat secara signifikan. Usai Keputusan yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, pasar langsung membaca sinyal bank sentral yang ternyata lebih dovish dibandingkan proyeksi resminya.
Ada dua faktor penting yang membuat greenback tersungkur. Yang pertama, pesan Ketua Federal Reserve Jerome Powell tentang peluang kenaikan suku bunga. Selanjutnya, terkait dengan ekspektasi pasar bahawa Fed akan menghentikan sementara siklus pelonggaran pada Januari mendatang.
Ketegasan ini menghilangkan salah satu risiko hawkish yang selama ini membayangi pasar valuta asing. Narasi Powell tentang melemahnya pasar tenaga kerja dianggap lebih penting, sehingga mendorong interpretasi yang lebih dovish.
Dolar pun melemah 0,8 persen terhadap franc Swiss, ke posisi 0,8000. Begitu pula terhadap yen Jepang, melemah 0,6 persen ke 155,92. Dan Euro, menguat 0,6 persen ke USD1,1691 dan menggambarkan penyesuaian cepat terhadap selisih imbah hasil yang semakin mengecil di antara kedua negara tersebut.
Indeks DXY pun turun 0,6 persen ke level 98,66. Analis Mesirow Currency Management Uto Shinohara mengatakan, situasi ini meerupakan reaksi terharap perubahan narasi yang memandu pasar. Selain itu, ada kekhawatiran terhadap kondisi tenaga kerja dan dampak tarif terhadap inflasi yang pada akhirnya membuat pasar menilai risiko terhadap dolar lebih besar dibandingkan peluang penguatannya.
Risiko Resesi Melemah
Di sisi lain, penurunan ekspektasi risiko resesi turut memperlemah dolar. Data ekonomi terbaru menunjukkan pelemahan di sektor tenaga kerja dan manufaktur, tetapi bukan dalam kondisi yang mengarah pada kontraksi besar.
Pembukaan lapangan kerja yang meningkat tipis pada Oktober memberi gambaran moderasi yang menahan Fed untuk bersikap terlalu agresif. Komentar Kevin Hassett mengenai “banyak ruang” untuk pemangkasan suku bunga, semakin memperkuat ekspektasi pelonggaran lanjutan. Walau begitu, ia juga mengingatkan bahwa inflasi tetap menjadi variabel penentu.
Gabungan dari perubahan ekspektasi suku bunga, moderasi ekonomi, dan perubahan narasi the Fed menjadikan dolar berada dalam tekanan struktural. Pelemahannya terhadap franc, yen, dan euro pada sesi ini menunjukkan bahwa pasar valuta asing telah kembali sensitif terhadap interpretasi kebijakan, bukan hanya keputusan angka suku bunga.
Selama ketidakpastian mengenai arah kebijakan tetap tinggi dan pasar tenaga kerja menunjukkan tanda pelemahan lebih lanjut, dolar kemungkinan tetap berada pada tren melemah secara bertahap.(*)