Logo
>

Dolar Menguat, Yen dan Euro Melemah di Tengah Ketidakpastian Global

Yen jatuh ke level terendah sejak Februari dan euro tertekan akibat krisis politik Prancis, sementara dolar AS menguat karena minimnya data ekonomi dan ekspektasi The Fed.

Ditulis oleh Yunila Wati
Dolar Menguat, Yen dan Euro Melemah di Tengah Ketidakpastian Global
Ilustrasi seorang petugas menghitung dolar. Foto: dok KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM - Nilai tukar dolar Amerika Serikat menguat tajam terhadap berbagai mata uang utama pada perdagangan Rabu waktu New York, 9 Oktober 2025. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi faktor yang memperkuat daya tarik greenback sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global. 

Sementara itu, yen Jepang anjlok ke posisi terlemah sejak pertengahan Februari. Begitu pula dengan euro yang tak berdaya di tengah gejolak politik di Prancis. Di sini, pasar mata uang global sedang beroperasi di bawah tekanan yang saling bertautan, yaitu ketidakpastian fiskal, pergeseran ekspektasi suku bunga, dan instabilitas politik di Eropa.

Kekuatan dolar kali ini muncul dari situasi yang tidak biasa, yaitu government shutdown yang justru mendukung stabilitas pasar. Ketiadaan data ekonomi resmi membuat volatilitas berkurang. Investor cenderung bertahan di dolar sebagai mata uang cadangan dunia.

Selain itu, risalah rapat Federal Reserve (FOMC) pada September kemarin memperlihatkan pandangan yang hati-hati. Sebagian pejabat mendukung pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir Oktober, namun masih menaruh kekhawatiran terhadap tekanan inflasi.

Inilah yang menyebabkan dolar tetap diminati, karena investor melihat adanya peluang pemangkasan terukur, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu dalam. Sehingga, tetap menjaga daya tarik imbal hasil aset berbasis dolar.

Yen Terpuruk di Tengah Spekulasi Stimulus Besar di Jepang

Di sisi lain, yen Jepang mencatat pelemahan tajam ke posisi 152,7 per dolar, setelah sempat menyentuh 152,99. Ini Adalah level terendah sejak 14 Februari. 

Kejatuhan yen dipicu oleh faktor politik domestic, yaitu kemenangan Sanae Takaichi dalam pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP). Kemenangan Takaichi menimbulkan ekspektasi bahwa pemerintahan baru akan melanjutkan warisan Abenomics. Sebuah kebijakan yang memusatkan pada fiskal ekspansif dan pelonggaran moneter agresif.

Pasar memandang langkah itu berpotensi meningkatkan defisit anggaran dan menekan imbal hasil obligasi Jepang, sehingga memperlemah yen lebih jauh. 

Menurut analis UBS Vassili Serebriakov, arah kebijakan Takaichi yang masih samar, sehingga menambah ketidakpastian di pasar valuta asing. 

“Pasar bereaksi dengan asumsi bahwa kebijakan fiskal besar-besaran akan ditempuh, namun belum ada kejelasan mengenai skala dan waktu pelaksanaannya,” ujarnya.

Kit Juckes dari Societe Generale menambahkan, yen akan terus melemah sampai pasar mendapatkan kejelasan mengenai kebijakan valuta asing dan penerbitan obligasi pemerintah Jepang. 

Dalam jangka pendek, tekanan terhadap yen kemungkinan masih berlanjut karena diferensial suku bunga antara AS dan Jepang tetap lebar. Sementara, bank sentral Jepang (BoJ) belum menunjukkan sinyal pengetatan yang berarti.

Euro Melemah Tertekan Krisis Politik Prancis

Hal serupa terjadi pada euro. Mata uang Eropa ini melemah terhadap dolar, turun 0,33 persen ke posisi USD1,1616 setelah sempat menyentuh USD1,1597. Pelemahan ini juga menjadi yang terendah sejak akhir Agustus. 

Kondisi euro saat ini bukan hanya refleksi dari kekuatan dolar, tetapi juga mencerminkan krisis politik di Prancis yang mengguncang stabilitas kawasan.

Penjabat Perdana Menteri Prancis Sebastien Lecornu, mengundurkan diri hanya beberapa jam setelah mengumumkan kabinet baru. Ketidakpastian politik tersebut menimbulkan keraguan terhadap kemampuan Prancis mencapai kesepakatan anggaran 2026, yang berpotensi mengganggu kredibilitas fiskal zona euro.

Meski Lecornu kemudian menyatakan bahwa Presiden Emmanuel Macron kemungkinan menunjuk pengganti dalam waktu 48 jam, keraguan pasar tetap tinggi. Ketegangan politik yang meningkat di jantung Eropa menekan minat terhadap euro, apalagi di tengah kondisi ekonomi kawasan yang stagnan dan risiko resesi ringan yang masih membayangi.

Dolar Masih Dominan, tapi Potensi Pembalikan Terbuka

Dalam jangka pendek, dolar kemungkinan masih akan mempertahankan momentumnya. Namun, para analis memperingatkan bahwa setiap tanda pelemahan ekonomi AS atau perubahan sinyal dari The Fed dapat menjadi pemicu pembalikan arah yang cepat. 

Jika data yang tertunda akibat penutupan pemerintahan menunjukkan penurunan aktivitas ekonomi, maka dolar bisa kehilangan sebagian daya tariknya.

Sementara yen berpeluang pulih apabila pemerintahan Takaichi menunjukkan kebijakan fiskal yang lebih disiplin atau jika Bank of Japan mulai mengisyaratkan penyesuaian kebijakan suku bunga. Sedangkan euro masih harus melewati ketidakpastian politik Prancis dan potensi tekanan dari sektor fiskal di Eropa Selatan.

Untuk saat ini, pasar valuta asing kembali berputar di orbit dolar AS, di mana setiap gejolak global justru memperkuat posisinya. Dalam bahasa sederhana, dunia kembali mencari perlindungan pada mata uang yang paling banyak mereka khawatirkan, namun juga paling mereka percayai.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79