Logo
>

Dolar Tertekan, Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga Bayangi Pasar Valas

Dolar AS melemah seiring ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed usai data tenaga kerja mengecewakan, sementara pasar mencermati arah kebijakan Trump di bank sentral.

Ditulis oleh Yunila Wati
Dolar Tertekan, Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga Bayangi Pasar Valas
Ilustrasi. Foto: Dok KabarBursa.

KABARBURSA.COM - Nilai tukar dolar Amerika Serikat kembali tergelincir pada perdagangan Rabu waktu setempat, 6 Agustus 2025. 

Koreksi ini melanjutkan pelemahan yang terjadi sejak akhir pekan lalu, menyusul rilis data ketenagakerjaan yang jauh di bawah ekspektasi dan memicu spekulasi kuat bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih dari yang sebelumnya diperkirakan.

Tanpa rilis data ekonomi utama hari ini, pasar masih mencerna laporan ketenagakerjaan AS yang dirilis Jumat lalu. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja sepanjang Juli melambat tajam. Lebih dari itu, angka dua bulan sebelumnya direvisi turun sebanyak 258.000 lapangan kerja. 

Revisi besar ini dianggap sebagai sinyal bahwa kekuatan pasar tenaga kerja AS tengah melemah secara signifikan dan berpotensi mengubah arah kebijakan moneter bank sentral.

Tekanan pada dolar tak terhindarkan. Indeks Dolar (DXY), yang mengukur performa greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,56 persen ke posisi 98,18, terendah sejak 28 Juli. 

Dalam sesi Jumat sebelumnya, indeks ini sudah sempat anjlok lebih dari 1,3 persen, mencatat penurunan harian terbesar dalam empat bulan terakhir.

“Sebelumnya, banyak yang percaya dolar akan tetap kuat di bawah periode kedua Trump. Tapi laporan pekerjaan kemarin seolah membalik semua asumsi itu,” kata Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex Marc Chandler. 

Ia menambahkan bahwa pasar kini tidak hanya memperkirakan pemangkasan suku bunga pada September, tetapi juga kemungkinan pemangkasan lanjutan hingga akhir tahun.

Data dari CME Group melalui FedWatch Tool menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga 25 basis poin bulan depan telah melesat menjadi 95 persen, naik hampir dua kali lipat dari posisi sepekan sebelumnya. 

Secara total, pasar memperkirakan penurunan suku bunga tahun ini bisa mencapai 62 basis poin.

Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, dalam pernyataannya Rabu, mengisyaratkan bahwa pelonggaran kebijakan memang bisa diperlukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. 

Meski demikian, ia juga menyoroti bahwa tekanan inflasi dari kebijakan tarif belum bisa diabaikan sepenuhnya.

Tarif untuk India Naik 25 Persen

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump kembali menarik perhatian pelaku pasar setelah mengeluarkan perintah eksekutif yang menetapkan tarif tambahan sebesar 25 persen untuk barang impor dari India. 

Langkah ini diambil karena India dinilai tetap berhubungan dagang dengan Rusia melalui impor energi. Tarif tersebut menambah daftar panjang kebijakan perdagangan yang berpotensi mendorong volatilitas di pasar global.

Mata uang lain pun langsung merespons. Euro menguat 0,76 persen ke level USD1,1662, tertinggi dalam lebih dari seminggu. Poundsterling juga menguat 0,47 persen, mendekati USD1,3362, menjelang pengumuman suku bunga dari Bank of England yang diperkirakan memangkas 25 basis poin. 

Yen Jepang ikut menguat, menekan dolar ke posisi 147,09 yen—melanjutkan tren setelah dolar sempat jatuh lebih dari 2 persen terhadap yen pada Jumat lalu.

Di Jepang, wacana kenaikan suku bunga kembali mencuat. Taro Kono, yang digadang-gadang menjadi calon perdana menteri berikutnya, menyuarakan pentingnya menaikkan suku bunga guna meredam kekhawatiran fiskal. 

Namun di sisi lain, Ken Saito, politisi senior dari partai penguasa, mengingatkan agar bank sentral tetap berhati-hati karena tekanan ekonomi global, termasuk dampak tarif AS, masih berpotensi mengganggu pemulihan.

Trump Segera Ganti Jerome Powell

Pasar juga menyoroti dinamika internal Federal Reserve. Trump dikabarkan segera menunjuk nama baru untuk menggantikan Gubernur Fed Adriana Kugler yang akan lengser akhir pekan ini. Tak hanya itu, ia juga disebut telah mempersempit daftar calon pengganti Jerome Powell sebagai Ketua Fed menjadi empat orang. 

Dari nama-nama yang beredar, Kevin Hassett dan Kevin Warsh mencuat sebagai kandidat terkuat, bersama Christopher Waller yang saat ini masih menjabat sebagai Gubernur Fed.

Menurut analis, siapa pun yang akhirnya ditunjuk akan berdampak langsung pada arah kebijakan moneter ke depan. Warsh dikenal sebagai sosok hawkish yang lebih condong menahan inflasi, sementara Waller berada di sisi dovish yang cenderung mendukung pemangkasan suku bunga. 

“Jika Waller yang dipilih, maka tekanan terhadap dolar bisa semakin dalam,” ujar Head of Market Strategy di Ebury Matthew Ryan.

Secara keseluruhan, kombinasi antara pelemahan data ekonomi, perubahan ekspektasi suku bunga, kebijakan perdagangan Trump, dan pergantian kepemimpinan di The Fed membuat pasar valuta asing berada dalam fase yang sangat sensitif. 

Untuk saat ini, tren pelemahan dolar tampaknya belum akan berbalik, dan pasar masih akan terus menunggu kejelasan arah dari Washington maupun The Fed.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79