Logo
>

Efektivitas Kebijakan Moneter Dinilai Semakin Terbatas

Guru Besar Universitas Airlangga, Rahma Gafmi, menjelaskan bahwa pemerintah kerap menyampaikan inflasi sebagai stabil, namun kondisi tersebut menyimpan paradoks karena ekonomi kering yang terjadi lebih menyerupai gejala deflasi.

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Efektivitas Kebijakan Moneter Dinilai Semakin Terbatas
Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Guru Besar Universitas Airlangga, Rahma Gafmi, menilai efektivitas kebijakan moneter saat ini semakin terbatas di tengah melemahnya sektor riil dan gejala ekonomi kering. Menurutnya, tekanan utama ekonomi justru berasal dari sisi fiskal, bukan moneter seperti yang sering diasumsikan pemerintah.

    “Hemat saya untuk saat ini, apa pun yang akan dilakukan otoritas moneter nggak ngaruh sama sekali. Moneter udah nggak punya gigi. Karena yang bermasalah sesungguhnya terjadi di fiskal,” ujar Rahma dalam keterangannya, Minggu 7 Desember 2025.

    Rahma menjelaskan bahwa pemerintah kerap menyampaikan inflasi sebagai stabil, namun kondisi tersebut menyimpan paradoks karena ekonomi kering yang terjadi lebih menyerupai gejala deflasi.

    Ia mencontohkan bagaimana konsumsi dan investasi yang melambat drastis membuat upah dan harga turun sehingga menciptakan ekspektasi negatif di masyarakat.

    “Inflasi disampaikan selalu stabil padahal terjadi paradoks dengan ekonomi kering yang sering diartikan sebagai kondisi deflasi yang parah, di mana konsumsi dan investasi melambat drastis. Upah dan harga turun, ekspektasi negatif, konsumsi ditunda,” tegasnya.

    Rahma juga memaparkan mekanisme penolakan hipotesis atau self-rejecting mechanism dalam dinamika ekonomi kering.

    Jika pelaku ekonomi memperkirakan harga-harga terus turun, mereka akan menunda konsumsi maupun investasi, menyebabkan permintaan merosot dan harga terus menurun lebih dalam, sehingga memperburuk spiral deflasi.

    “Jika pelaku ekonomi percaya harga akan terus turun, mereka menunda konsumsi dan investasi. Permintaan turun dan harga semakin turun. Ini membuat hipotesa ‘ekonomi kering’ tidak stabil karena semakin parah jika tidak ada intervensi,” jelasnya.

    Di sisi lain, Rahma menilai ruang kebijakan moneter sudah sangat terbatas karena suku bunga acuan berada di level rendah. Situasi tersebut membuat bank sentral kehilangan instrumen untuk menahan perlambatan ketika tekanan deflasi muncul.

    “Batasan kebijakan moneter saat ini adalah suku bunga acuan yang sudah rendah, 4,75 persen. Misalnya jika deflasi terjadi, bunga riil naik dan menghambat kredit serta investasi. Bank sentral kehilangan alat karena suku bunga tidak bisa negatif,” tuturnya.

    Rahma menambahkan bahwa intervensi fiskal biasanya menjadi penopang untuk memutus lingkaran pelemahan ekonomi melalui belanja ekspansif, seperti proyek infrastruktur atau bantuan sosial, yang bertujuan meningkatkan permintaan agregat.

    “Pemerintah biasanya merespons dengan anggaran ekspansif untuk meningkatkan permintaan. Jika stimulus berhasil, deflasi berubah menjadi inflasi ringan dan hipotesa ‘kering’ terbantah,” ujarnya.

    Meski begitu, Rahma mengingatkan bahwa kondisi Indonesia saat ini belum masuk ke fase deflasi. Inflasi tahun 2025 masih berada di 2,72 persen, sehingga tekanan ekonomi kering tidak sepenuhnya sejalan dengan karakteristik deflasi.

    “Data Indonesia 2025 inflasi 2,72 persen, masih positif, tidak deflasi,” ujarnya.

    Rahma menegaskan bahwa secara teori, hipotesa ekonomi kering memang dapat tertolak dengan sendirinya karena deflasi menimbulkan lingkaran pelemahan yang berkelanjutan tanpa intervensi fiskal dan moneter yang memadai.

    “Secara teori, deflasi menciptakan lingkaran setan. Konsumsi turun, produksi turun, upah turun, dan konsumsi turun lagi,” ujarnya.(*) 
     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.