Logo
>

Eko Patrio: FTA RI–Rusia Harus Jadi Lompatan Ekspor

Ditulis oleh Dian Finka
Eko Patrio: FTA RI–Rusia Harus Jadi Lompatan Ekspor
Forum Bisnis Internasional Rusia–Indonesia yang digelar di Jakarta, 14 April 2025. Forum ini membahas peluang kerja sama dagang bilateral, termasuk rencana Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) antara kedua negara. Foto: KabarBursa/Dian Finka

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Eko Hendro Purnomo menilai, rencana perjanjian perdagangan bebas (FTA) antara Indonesia dan Rusia sebagai langkah strategis yang perlu dikawal secara cermat. 

    Pria yang akrab disapa Eko Patrio itu melihat peluang ekspor baru ke kawasan Eurasia di tengah tekanan global, termasuk kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    “Kami di Komisi VI DPR RI memandang bahwa rencana perjanjian perdagangan bebas atau FTA antara Indonesia dan Rusia merupakan langkah strategis yang relevan,” kata Eko kepada kabarbursa.com, di Jakarta, Rabu, 16 April 2025.

    Meski demikian, Eko menilai hubungan dagang Indonesia-Rusia belum menunjukkan performa maksimal. Berdasarkan data yang telah ia himpun, nilai ekspor Indonesia ke Rusia baru mencapai sekitar USD1,3 miliar, sementara neraca perdagangan masih defisit hingga USD925 juta.

    Jika dilihat dari data tersebut, lanjut Eko, potensi ekspor dari hubungan Indonesia-Rusia belum dimanfaatkan sepenuhnya. Ia juga menyoroti struktur ekspor Indonesia ke Rusia masih berkutat di komoditas kelapa sawit dan turunannya.

    Menurutnya, perlu ada strategi yang lebih agresif untuk mendorong produk bernilai tambah seperti kopi, cokelat, karet, tekstil, hingga alas kaki agar bisa menembus pasar Rusia.

    Lanjutnya, Eko menegaskan bahwa potensi pasar Rusia harus dimanfaatkan secara maksimal dalam rencana kerja sama perdagangan bebas (FTA) dengan Indonesia.

    “Total impor Rusia bisa mencapai lebih dari USD200 miliar per tahun. Ini artinya mereka punya pasar yang besar dan terbuka. Indonesia harus memanfaatkan celah ini untuk menggenjot ekspor nasional,” ujar Eko.

    Jajaki Peluang Lain

    Lebih dari sekadar perdagangan barang, Eko mendorong agar FTA ini dibingkai dalam kerja sama ekonomi yang lebih luas dan mendalam, termasuk sektor energi dan investasi jangka panjang.

    “Kerja sama tidak boleh berhenti di perdagangan saja. Kita juga harus aktif menjajaki peluang kemitraan dengan perusahaan energi besar Rusia seperti Gazprom, Novatek, Rosatom, hingga Rosneft,” katanya.

    Menurutnya, kemitraan strategis seperti ini dapat membuka arus investasi baru ke dalam negeri sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam jaringan ekonomi lintas kawasan, terutama di tengah dinamika geopolitik dan perdagangan global yang makin kompleks.

    Eko menegaskan, Komisi VI DPR RI akan terus mengawal proses FTA Indonesia–Rusia agar tidak sekadar bersifat simbolis, tapi benar-benar memberi nilai tambah konkret bagi perekonomian nasional.

    “Kerja sama dagang harus dikelola secara terarah dan strategis. Tujuannya jelas hubungan yang seimbang, saling menguntungkan, dan memperkuat daya saing Indonesia di kancah global,” ujarnya.

    Perdagangan Bebas Indonesia-Rusia, Peluang atau Ancaman?

    Sebelumnya, Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Alexey Gruzdev, menegaskan komitmen negaranya dalam memperkuat hubungan dagang dengan Indonesia melalui skema Perjanjian Perdagangan Bebas atau Free Trade Agreement (FTA).

    Menurut Gruzdev, Rusia siap menghapus berbagai hambatan perdagangan guna mempererat kemitraan bilateral. “Kami sangat ambisius terkait Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) ini, jadi kami berupaya sefleksibel mungkin dari kedua belah pihak,” ucapnya dalam Forum Bisnis Rusia-Indonesia yang berlangsung di Jakarta, Senin, 14 April 2025.

    Ia menjelaskan, bahwa tujuan utama dari kesepakatan tersebut adalah untuk menghapus sebagian besar kendala perdagangan yang ada. Namun, karena pembahasan masih berlangsung, rincian isi perjanjian belum dapat dipublikasikan.

    Ketika ditanya terkait tarif balasan dari Amerika Serikat dan apakah situasi tersebut akan dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat hubungan dagang dengan Indonesia, Gruzdev menegaskan bahwa hal itu merupakan isu terpisah.

    “Itu adalah hal yang seharusnya ditangani secara independen, tapi dalam hal ini, FTA (Perjanjian Perdagangan Bebas) justru bisa menjadi jaminan bagi perdagangan bilateral, terlepas dari semua tarif timbal balik,” jelasnya.

    “Kami akan memastikan bahwa setidaknya perdagangan bilateral kami tetap menjadi saluran yang terpisah," tambahnya.

    Ia juga menegaskan bahwa Rusia tidak akan mengambil keuntungan dari tekanan ekonomi yang dihadapi suatu negara akibat kebijakan negara lain. Menurutnya, pendekatan seperti itu bukan cara yang dipilih oleh pemerintah Rusia.

    Pernyataan tersebut menggambarkan sikap Rusia yang berhati-hati namun tetap strategis dalam mengembangkan kemitraan internasional, terutama di tengah situasi geopolitik yang dinamis dan tensi perdagangan yang meningkat secara global.

    Sementara itu, Pemerintah Indonesia dijadwalkan mengirim sejumlah menteri ke Washington DC pada 16 hingga 23 April mendatang. Kunjungan ini merupakan bagian dari strategi menghadapi kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS).

    Langkah tersebut merupakan penugasan langsung dari Presiden Prabowo Subianto dan mencerminkan keseriusan pemerintah dalam menjaga posisi Indonesia di tengah gejolak perdagangan dunia.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.