KABARBURSA.COM – Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia menunjukkan sinyal pemulihan pada April 2025. Namun, pemulihan ini dinilai belum cukup kuat untuk menepis kekhawatiran ekonomi di tengah ketidakpastian pasar tenaga kerja dan lesunya dorongan fiskal.
Senior Ekonom Fithra Faisal Hastiadi menilai tren positif IKK saat ini lebih mencerminkan stabilisasi jangka pendek ketimbang pemulihan struktural.
“Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia sedikit meningkat pada April 2025, naik tipis menjadi 121,7 dari sebelumnya 121,1 pada Maret. Ini mematahkan tren penurunan selama tiga bulan terakhir dan mengisyaratkan stabilisasi sementara dalam sentimen rumah tangga,” ujar Fithra dalam pernyataan resminya pada Minggu, 11 Mei 2025.
Ia menjelaskan, peningkatan indeks ditopang oleh persepsi yang lebih kuat terhadap kondisi ekonomi saat ini, seperti halnya persepsi pendapatan, serta pandangan terhadap ketersediaan lapangan kerja dibandingkan enam bulan lalu.
Secara rinci, persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini naik 3,1 poin ke level 113,7, persepsi pendapatan naik 4,1 poin ke 125,4, dan pandangan tentang ketersediaan lapangan kerja enam bulan lalu naik 1,3 poin ke 101,6.
Pemulihan ini, kata Fithra, belum merata dan masih dibayangi banyak risiko. Sub-indeks ketersediaan kerja secara keseluruhan justru menurun (-2,4 poin ke 123,5), begitu pula dengan pandangan terhadap prospek ekonomi (-1,9 poin ke 129,8). Dengan kata lain, ketidakpastian masih berlangsung karena kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja yang masih mengemuka.
Ia juga menyoroti perbedaan yang semakin besar antara sentimen konsumen saat ini dengan proyeksi ke depan. Menurutnya, kenaikan dalam persepsi pendapatan lebih disebabkan oleh faktor musiman seperti bonus dan peningkatan likuiditas rumah tangga usai Idul Fitri. Namun, penurunan indeks prospek ekonomi menunjukkan kewaspadaan masyarakat dalam memandang masa depan.
“Belanja rumah tangga selama Lebaran lebih rendah dari perkiraan, dan kinerja ritel belum sepenuhnya pulih. Hal ini memperkuat kekhawatiran bahwa pemulihan konsumsi rumah tangga masih dangkal dan tidak konsisten,” tambahnya.
Sentimen Konsumen Diprediksi Tetap Datar
Fithra memprediksi bahwa dalam jangka pendek, sentimen konsumen mungkin tetap datar atau sedikit positif. Faktor musiman seperti perbaikan pendapatan rumah tangga dan kemungkinan suntikan fiskal dari pemerintah bisa menjadi penopang.
Namun, sejumlah risiko seperti keterlambatan eksekusi anggaran akibat transisi politik, lemahnya penciptaan lapangan kerja formal, serta tekanan terhadap nilai tukar Rupiah masih membayangi.
“Meskipun pemulihan pada April memberikan sedikit kelegaan jangka pendek, diperlukan sinyal kebijakan yang lebih kuat dan konsisten—khususnya dalam hal ketenagakerjaan, pengendalian inflasi, dan belanja sosial—untuk benar-benar mendorong dan menopang keyakinan konsumen secara bermakna dan berkelanjutan,” tegas Fithra.
Ia mengingatkan bahwa konsumsi rumah tangga masih akan menjadi titik lemah dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2025, kecuali jika sentimen yang ada saat ini benar-benar mampu berubah menjadi peningkatan pengeluaran riil.
BI Klaim IKK di Zona Optimis
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan hasil Survei Konsumen untuk Januari 2025 yang mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level optimistis, yakni 127,2. Meskipun angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan posisi Desember 2024 yang mencapai 127,7, keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi masih tergolong kuat.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa ketahanan keyakinan konsumen ditopang oleh dua indikator utama, yakni Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE).
IEK bahkan mengalami peningkatan menjadi 140,8 dari 139,5 di bulan sebelumnya. Sementara itu, IKE tercatat sebesar 113,5, masih dalam kategori optimis meskipun sedikit menurun dari angka 116,0 pada akhir tahun lalu.
Distribusi Keyakinan Berdasarkan Pengeluaran dan Usia
Survei ini juga mengungkapkan bahwa keyakinan tetap kuat di seluruh kategori pengeluaran. Kelompok dengan pengeluaran bulanan Rp4,1 – 5 juta mencatat IKK tertinggi, yakni 131,8. Disusul oleh kelompok dengan pengeluaran di atas Rp5 juta (131,0) dan Rp2,1 – 3 juta (126,6).
Dari sisi usia, responden berusia 20–30 tahun menunjukkan keyakinan paling tinggi dengan IKK sebesar 133,5. Kelompok usia 31–40 tahun berada di posisi kedua dengan 126,9, diikuti kelompok 51–60 tahun di angka 125,6.
Secara geografis, peningkatan IKK terbesar tercatat di Banjarmasin yang melonjak 17 poin. Medan dan Mataram menyusul dengan kenaikan masing-masing 8,5 dan 8 poin.
Persepsi Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) pada Januari 2025 berada di level 113,5, yang menunjukkan sentimen positif masyarakat terhadap situasi ekonomi terkini, meski sedikit lebih rendah dari Desember 2024 yang mencatatkan angka 116,0. Adapun komponen pembentuk IKE mencakup Indeks Penghasilan Saat Ini (122,6), Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (107,7), serta Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (110,3).
“Secara spasial, peningkatan IKE terbesar terjadi di Banjarmasin (15,3 poin), Padang (6,7 poin), dan Banten (6,7 poin),” ujar Ramdan dalam pernyataan resmi pada Selasa, 11 Februari 2025.
Ia juga menambahkan bahwa keyakinan responden terhadap pendapatan saat ini tetap tinggi di semua kategori pengeluaran dan usia. Kelompok dengan pengeluaran di atas Rp5 juta mencatatkan indeks tertinggi sebesar 130,5, sementara responden berusia 20–30 tahun mencatat angka 131,9.
Sementara itu, persepsi terhadap ketersediaan lapangan kerja menunjukkan tren positif. Responden dengan latar belakang pendidikan pascasarjana mencatat indeks tertinggi sebesar 118,2. Jika dilihat dari segi usia, kelompok 20–30 tahun dan 51–60 tahun mencatat nilai masing-masing sebesar 113,8 dan 110,3.(*)