Logo
>

Ekonom Sebut Danantara Lahir di Tengah Himpitan Utang

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Ekonom Sebut Danantara Lahir di Tengah Himpitan Utang

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Wihana Kirana Jaya, menilai pembentukan Danantara sebagai langkah yang diperlukan dalam menghadapi dinamika ekosistem investasi global. Ia menyoroti tekanan dari berbagai isu global yang menuntut perubahan organisasi guna mendukung investasi.

    "Memang betul lembaga ini (Danantara) harus dilahirkan pada saat ekosistem investasi menghadapi berbagai tantangan, seperti geopolitics race, economy race, sustainability race, technology race, hingga perubahan-perubahan yang menuntut organisasi ini untuk beradaptasi. Tekanan dari isu global nyata adanya, dan organisasi yang dipilih memang untuk mendukung investasi," ujar Wihana kepada Kabarbursa.com, Jumat 8 Februari 2025.

    Lebih lanjut, Wihana menyoroti kondisi fiskal Indonesia yang tengah mengalami tekanan. Ruang fiskal yang menurun, pemotongan anggaran kementerian dan lembaga, serta jatuh tempo obligasi pemerintah menjadi tantangan besar dalam jangka pendek.

    "Kalau kita melihat secara empiris, dalam jangka pendek, bukan hanya ruang fiskal kita yang menurun, tapi juga banyak kementerian dan lembaga yang anggarannya dipotong. Jatuh tempo obligasi pemerintah juga menjadi beban, ditambah lagi suku bunga obligasi kita yang kurang kompetitif dibandingkan negara lain seperti Thailand dan Vietnam," jelasnya.

    Meski demikian, ia menekankan bahwa kehadiran Danantara sangat bergantung pada momentum yang tepat. “Timing-nya sangat penting dalam jangka pendek. Kita butuh organisasi ini untuk membangun ekosistem investasi yang lebih besar dan menjawab gejala-gejala yang muncul di sektor keuangan kita,” tambahnya.

    Kendati demikian, Ketegangan perang dagang yang sudah berlangsung antara Amerika Serikat dengan China menjadi sorotan utama di panggung global saat ini. Tidak hanya Amerika yang terdampak, negara tetangga seperti Kanada dan Meksiko juga merasakan imbasnya.

    Ketua Bidang Ekonomi Partai NasDem, Millie Lukito mempertanyakan bagaimana Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan memposisikan dirinya dalam menghadapi tantangan global dan internal yang semakin kompleks.

    Ketidakpastian Ekonomi Internasional

    Menurut Millie, meskipun Danantara dipersiapkan sebagai alat pembiayaan ekonomi Indonesia, tantangan global, seperti perang dagang yang semakin memanas, semakin mempertegas pentingnya kesiapan Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi internasional. Millie mengingatkan bahwa Indonesia juga harus menyelesaikan masalah internal yang belum terjawab, yang jika tidak ditangani dengan tepat dapat menghambat potensi Danantara.

    “Kami ingin mempertanyakan juga bagaimana Danantara ini memposisikan dirinya menghadapi semua tantangan ini, mengingat tantangan kita yang internal saja masih sangat banyak,” ujar Millie dalam diskusi virtual, Kamis 6 Februari 2025.

    Melihat kompleksitas tantangan ini, Millie mengajukan beberapa rekomendasi agar Danantara dapat beroperasi secara lebih optimal. Ia menekankan pentingnya Dewan Independen yang profesional untuk memastikan bahwa Danantara dapat memperoleh kredibilitas global yang diperlukan. Hal ini sangat krusial, terutama pada fase awal, mengingat Danantara harus segera membangun reputasi yang kuat di mata dunia internasional.

    “Yang diperlukan dari Danantara pada fase pertama ini adalah kredibilitas global. Dan itu kredibilitas global harus dibangun dengan segera,” tambahnya.

    Selain itu, Millie juga mengingatkan pentingnya transparansi dalam investasi dan kepatuhan terhadap standar investasi internasional, sebagai langkah untuk membangun kredibilitas dan kepercayaan investor global terhadap Danantara. Ia menilai bahwa untuk mencapai keberhasilan, Danantara harus memiliki manajemen yang jelas dan pemisahan yang tegas antara kepentingan negara dan politik.

    “Harus ada pemisahan yang jelas. Ada manajemen yang jelas antara keinginan negara kita untuk mengontrol dan kemudian of letting go. Dan apakah kita bisa mengontrol dan let go kepentingan politik yang seringkali suka tercampur aduk di Indonesia ini,” ujar Millie.

    Selain itu, Millie juga menyampaikan bahwa dialog publik yang lebih intensif antara pemerintah, sektor swasta, dan pengusaha tentang Danantara sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan kolaborasi. Menurutnya, Indonesia perlu memperkuat komunikasi terkait Danantara agar dapat dipahami secara luas, termasuk oleh masyarakat umum.

    “Menurut kami sangat sedikit dialog publik di ruang publik, dan juga swasta, dan juga pengusaha soal Danantara ini. Sehingga tidak banyak pemahaman yang kita tahu,” jelas Millie.

    Millie mengibaratkan komunikasi terkait investasi seperti Danantara dengan model yang berhasil di Singapura. Di sana, keberhasilan Temasek sebagai entitas investasi dapat dilihat dari sejauh mana masyarakat, bahkan sopir taksi, memahami dan mengenal lembaga tersebut.

    “Kadang-kadang saya suka tanya, sorry, taxi driver, have you ever heard of Temasek? Mereka selalu bilang yes. Jadi itulah hebatnya Singapura, mereka bisa mengkomunikasikan superholding atau investasi ini dengan sampai down to the taxi driver,” tandas Millie.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.