Logo
>

Ekspor Farmasi RI Tumbuh, LPEI Salurkan Rp524 Miliar

Ditulis oleh Cicilia Ocha
Ekspor Farmasi RI Tumbuh, LPEI Salurkan Rp524 Miliar
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mendorong program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) Farmasi dan Alat Kesehatan. (Foto: Freepik)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM —  Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mendorong program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) Farmasi dan Alat Kesehatan.

    Program ini dibuat untuk meningkatkan ekspor produk farmasi dan alat kesehatan guna memperkuat posisi industri strategis Indonesia di kancah global. Selain meningkatkan ekspor, program ini merupakan upaya LPEI mendorong daya saing industri farmasi Indonesia di pasar internasional.

    Sepanjang tahun 2024 hingga Januari 2025, LPEI telah menyalurkan pembiayaan dengan total limit mencapai Rp524 miliar kepada pelaku industri farmasi. Dana tersebut dialokasikan untuk mendukung ekspor berbagai produk farmasi, termasuk vaksin, obat-obatan, serta alat kesehatan seperti jarum suntik.

    Plt. Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI, Maqin U. Norhadi menegaskan, program ini merupakan bentuk nyata dukungan pemerintah dalam meningkatkan daya saing industri farmasi nasional.

    "PKE Farmasi dan Alat Kesehatan menjadi langkah konkret dalam memperkuat kemandirian industri farmasi Indonesia agar mampu bersaing dengan negara lain dan mendorong pertumbuhan ekspor nasional," ujarnya melalui pernyataan resmi yang dikutip, Selasa, 25 Maret 2025.

    Selama tahun 2024, LPEI telah menyalurkan fasilitas pembiayaan kepada sejumlah perusahaan farmasi, termasuk kredit modal kerja ekspor bagi BUMN farmasi. Fasilitas ini digunakan untuk mendukung produksi vaksin yang telah diekspor ke lebih dari 160 negara.

    Selain itu, pada akhir Desember 2024, LPEI juga menyalurkan PKE kepada salah satu perusahaan farmasi nasional guna memperluas ekspor obat-obatan ke berbagai wilayah, seperti Asia, Afrika, Amerika Utara, dan Australia.

    Memasuki awal tahun 2025, LPEI kembali menunjukkan dukungannya dengan memberikan fasilitas kredit modal kerja ekspor serta kredit investasi ekspor kepada produsen jarum suntik di Cikarang.

    Dana ini akan digunakan untuk membangun fasilitas produksi baru, memperkuat modal kerja, serta mendukung operasional perusahaan. Pabrik tersebut akan menjadi pusat produksi jarum suntik ekspor yang akan dikirim ke lebih dari 30 negara di Asia, Timur Tengah, Afrika, Eropa, hingga Amerika Serikat.

    Potensi industri farmasi Indonesia semakin diperkuat oleh data dari Kementerian Perindustrian yang mencatat nilai ekspor industri farmasi dan obat bahan alam mencapai USD 639,42 juta atau sekitar Rp9,9 triliun sepanjang Januari hingga September 2024. Angka ini mencerminkan pertumbuhan signifikan serta peluang besar bagi ekspansi pasar internasional.

    Maqin menambahkan bahwa program PKE merupakan bagian dari strategi diplomasi ekonomi Indonesia untuk memperluas pangsa pasar ekspor.

    "LPEI berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan industri farmasi nasional agar dapat memberikan kontribusi lebih besar terhadap perekonomian Indonesia serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

    Raih Laba Bersih Rp232,5 Miliar

    Sebelumnya, LPEI menutup tahun 2024 dengan membukukan kinerja keuangan positif, mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp232,5 miliar. Pencapaian ini merupakan hasil dari upaya penyehatan yang dilakukan secara konsisten sejak 2020, termasuk proses transformasi untuk perbaikan proses bisnis dan penguatan di seluruh aspek lembaga.

    Pelaksana Tugas Ketua Dewan Direktur merangkap Direktur Eksekutif LPEI, Yon Arsal, mengatakan, LPEI terus berupaya meningkatkan pertumbuhan bisnis yang prudent dan berkelanjutan, tercermin dalam pencapaian positif sepanjang 2024.

    "LPEI berhasil mencetak pertumbuhan laba, perbaikan kualitas aset, serta rasio modal yang kuat,” kata Yon melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, 12 Februari 2025.

    Sepanjang 2024, LPEI fokus memperbaiki kinerja keuangan yang tercermin dalam rasio keuangan, antara lain meningkatnya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) menjadi 34,25 persen dari 17,82 persen pada tahun sebelumnya.

    Selain itu, recovery asset collection mencapai Rp2,8 triliun dengan Non-Performing Financing (NPF) net sebesar 4,52 persen, masih dalam batas yang dapat diterima industri keuangan. Return on Equity (ROE) meningkat signifikan menjadi 2,51 persen dari -71,71 persen di tahun sebelumnya. Dari sisi kualitas aset produktif, pertumbuhan pembiayaan difokuskan pada portofolio terpilih yang tumbuh 2 persen menjadi Rp30,2 triliun.

    Manajemen LPEI telah melaksanakan berbagai langkah strategis dalam lima tahun terakhir untuk menyehatkan lembaga, antara lain penerapan strategi bisnis yang selektif, penguatan manajemen risiko melalui perbaikan proses, sistem, dan kebijakan.

    Selain itu, LPEI juga fokus pada pemulihan serta pengelolaan aset bermasalah, penguatan sumber daya manusia, teknologi informasi, serta pengelolaan biaya operasional yang disiplin.

    Sebagai bagian dari pelaksanaan mandat Undang-Undang No. 2 Tahun 2009 tentang LPEI, lembaga ini turut mendukung pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) berorientasi ekspor melalui jasa konsultasi.

    Sepanjang 2024, LPEI bekerja sama dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Bank Indonesia, serta berbagai pemerintah daerah. Kolaborasi ini berhasil mendorong tumbuhnya 1.097 eksportir baru dan pembangunan 928 Desa Devisa, sehingga total Desa Devisa mencapai 1.845 desa secara akumulatif.

    Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Pemerintah, LPEI mencatat penyaluran pembiayaan melalui program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) mencapai lebih dari Rp7,2 triliun di tahun 2024, dan lebih dari Rp20 triliun sejak 2020. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Cicilia Ocha

    Seorang jurnalis muda yang bergabung dengan Kabar Bursa pada Desember 2024. Menyukai isu Makro Keuangan, Ekonomi Global, dan Energi. 

    Pernah menjadi bagian dalam desk Nasional - Politik, Hukum Kriminal, dan Ekonomi. Saat ini aktif menulis untuk isu Makro ekonomi dan Ekonomi Hijau di Kabar Bursa.