KABARBURSA.COM – Industri fesyen nasional kembali menggeliat di tengah upaya peningkatan daya saing sektor padat karya. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, nilai ekspor produk tekstil dan pakaian jadi pada 2024 mencapai USD 11,96 miliar, atau tumbuh 2,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengklaim, peningkatan ini menunjukkan bahwa industri fesyen Indonesia mampu bertahan dan mulai memulihkan kapasitas produksinya.
“Capaian positif ini menunjukkan bahwa industri fesyen Indonesia berdaya saing di kancah internasional. Masih ada peluang besar untuk memperkuat posisi di pasar global,” ujar Agus dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 23 Oktober 2025.
Agus menegaskan, sektor fesyen memiliki rantai nilai yang panjang dari hulu ke hilir, sehingga penguatan di setiap mata rantainya menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan industri. Ia menilai, kolaborasi lintas pemangku kepentingan, mulai dari desainer, pelaku industri kecil dan menengah (IKM), akademisi, lembaga pembiayaan hingga pemerintah, perlu diperkuat.
Hal ini bertujuan agar sektor ini mampu menghadapi tekanan global dan menjaga pertumbuhan ekspor.
“Sektor fesyen yang beririsan dengan industri tekstil dan produk pakaian jadi merupakan salah satu sektor andalan dalam memperkuat perekonomian nasional,” ujar Menperin.
Untuk memperluas dampak ekonomi sektor ini, Kemenperin mendorong peningkatan nilai tambah produk, penguatan ekosistem inovasi, serta pengembangan kewirausahaan di bidang fesyen. Pemerintah juga berkomitmen menghadirkan berbagai kebijakan yang berpihak kepada pelaku industri, termasuk dukungan teknologi, pembiayaan, dan promosi produk baik di tingkat nasional maupun global.
Pendirian Balai Pemberdayaan Industri Fesyen
Langkah penguatan juga dilakukan melalui pendirian Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) di Bali pada 2024. Unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) itu diharapkan menjadi penghubung lintas sektor dalam pengembangan industri fesyen dan kriya nasional.
Sementara itu, Direktur Jenderal IKMA Reni Yanita menjelaskan, BPIFK mengusung konsep 3C – Create, Connect, dan Catalyze. “Create” menjadi wadah belajar dan pengasahan keterampilan, “Connect” berperan menghubungkan pelaku IKM dengan ekosistem industri yang lebih luas, sedangkan “Catalyze” berfungsi mempercepat pelaku usaha untuk naik kelas.
Menurut Reni, rantai nilai industri fesyen yang mencakup bahan baku, desain, produksi, hingga pemasaran harus diperkuat dengan dukungan dari lembaga pendidikan, riset, pembiayaan, sertifikasi, dan logistik.
“Seluruh tahapan ini perlu dijalankan secara terintegrasi agar industri fesyen nasional semakin berdaya saing,” ujarnya.
Lebih jauh, Kemenperin juga menjalankan program Restrukturisasi Mesin dan Peralatan yang memberikan penggantian sebagian harga pembelian mesin hingga 40 persen untuk produk dalam negeri dan 25 persen untuk produk luar negeri, dengan nilai maksimal Rp500 juta per perusahaan per tahun. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 9 Tahun 2022.
“Program ini menjadi salah satu instrumen strategis untuk meningkatkan kapasitas produksi IKM. Dengan mesin baru yang lebih efisien, kualitas produk dan daya saing IKM fesyen akan semakin meningkat,” kata Reni.
Proses pengajuan program dilakukan secara daring melalui portal SIINas, mencakup tahapan verifikasi dokumen, survei lapangan, hingga penetapan hasil pengajuan. Para penerima bantuan diwajibkan melaporkan perkembangan usahanya setiap tahun selama tiga tahun berturut-turut.
Sementara itu, kegiatan Bali Fashion Network 2025 di Badung menjadi contoh nyata penerapan kolaborasi lintas pemangku kepentingan. Ajang ini tak hanya menjadi pameran karya, tetapi juga wadah untuk memperluas jejaring usaha dan memperkuat konektivitas rantai pasok industri fesyen nasional.
Dengan capaian ekspor yang terus tumbuh dan dukungan kebijakan yang mengarah pada peningkatan efisiensi serta inovasi, industri fesyen nasional mulai memperlihatkan arah pemulihan. Namun, tantangan untuk menjaga momentum pertumbuhan dan memperluas penetrasi pasar global tetap menjadi pekerjaan bersama seluruh pelaku industri.(*)