Logo
>

Ekspor Mobil China Diprediksi Melambat Tahun ini

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Ekspor Mobil China Diprediksi Melambat Tahun ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ekspor mobil China diperkirakan akan melambat signifikan tahun ini setelah mempertahankan gelar sebagai pengekspor mobil terbesar dunia selama dua tahun berturut-turut hingga 2024. Bahkan, ekspor kendaraan listrik diprediksi tidak mengalami pertumbuhan sama sekali.

    Berdasarkan data China Passenger Car Association (CPCA), ekspor mobil China naik 25 persen menjadi 4,8 juta unit pada 2024. Capaian ini menempatkan China tetap unggul di atas Jepang sebagai pengekspor mobil terbesar dunia, meskipun Uni Eropa menerapkan tarif tambahan untuk kendaraan listrik buatan China sejak akhir Oktober.

    Sebagai perbandingan, menurut data Japan Automobile Manufacturers Association, ekspor mobil Jepang turun 4,3 persen menjadi 3,82 juta unit dalam 11 bulan pertama tahun 2024. Namun, pertumbuhan ekspor China tahun ini diperkirakan hanya akan mencapai 10 persen.

    “Penurunan pengiriman ke Rusia yang menjadi salah satu pasar utama, turut menambah tekanan akibat tarif di Eropa,” kata Sekretaris Jenderal CPCA, Cui Dongshu, dikutip dari Reuters, Kamis, 9 Januari 2025.

    Pada 2024, ekspor kendaraan listrik dan plug-in hybrid, yang digolongkan sebagai new energy vehicles (NEV), meningkat 24,3 persen menjadi 1,29 juta unit. Namun, investigasi subsidi yang dilakukan Uni Eropa selama setahun terakhir membebani ekspor ke kawasan tersebut. Pertumbuhan ekspor ke Uni Eropa hanya 10 persen pada awal 2024—jauh di bawah kenaikan 36 persen pada 2023.

    Selama 11 bulan pertama 2024, Rusia, Meksiko, dan Uni Emirat Arab menjadi tiga pasar terbesar mobil buatan China. Di sisi lain, ekspor ke Thailand, Australia, dan Inggris justru mengalami penurunan.

    Analis riset di Rho Motion, Charles Lester, mengatakan meski tarif Uni Eropa membatasi penjualan kendaraan listrik China dalam jangka pendek, pembangunan fasilitas produksi di Eropa, seperti yang dilakukan BYD di Hungaria, dinilai dapat memperkuat pangsa pasar produsen mobil China dalam jangka panjang.

    [caption id="attachment_111973" align="alignnone" width="1991"] Penjualan mobil bulanan di China dari 2021 hingga Desember 2024, termasuk rincian penjualan kendaraan energi baru (NEV) dan jenis mobil berbahan bakar lainnya.[/caption]

    Perang Harga di Industri Otomotif China

    Pasar domestik China, yang merupakan pasar mobil terbesar di dunia, terus menunjukkan pertumbuhan pada 2024. Penjualan kendaraan listrik (EV) dan plug-in hybrid mencatatkan rekor baru karena didorong program subsidi trade-in kendaraan lama dengan model yang lebih ramah lingkungan. Meski berlangsung di tengah perang harga yang sengit, permintaan kendaraan jenis ini tetap tinggi.

    Pertumbuhan luar biasa ini menjadi kabar baik bagi para pemimpin industri otomotif lokal seperti BYD, Geely, dan Xiaomi, yang memperkuat dominasi mereka di pasar. Selain itu, Tesla juga mencatatkan penjualan tertinggi di China selama 2024, meskipun penjualan global perusahaan asal AS ini justru mengalami penurunan.

    Namun, pabrikan asing lainnya seperti General Motors, Toyota, dan Volkswagen justru terus kehilangan pangsa pasar, terutama karena sulitnya menjaga kapasitas produksi yang optimal di pabrik-pabrik mereka di China.

    Menurut data China Passenger Car Association (CPCA), penjualan mobil penumpang meningkat 5,3 persen menjadi 23,1 juta unit pada 2024. Capaian ini menandai pertumbuhan selama empat tahun berturut-turut. Penjualan kendaraan energi baru (NEV) meningkat 40,7 persen dan menyumbang 47,2 persen dari total penjualan mobil tahun lalu, mendekati ambang 50 persen.

    Lebih dari 6,6 juta unit kendaraan yang terjual tahun lalu mendapat subsidi pemerintah hingga USD2.800 (Rp44,8 juta) untuk NEV dan USD2.000 (Rp32 juta) untuk kendaraan dengan mesin pembakaran internal yang lebih hemat bahan bakar. Data resmi menunjukkan lebih dari 60 persen pembelian bersubsidi tersebut dialokasikan untuk NEV. Beijing bahkan mengumumkan perpanjangan program subsidi trade-in kendaraan hingga 2025 sebagai bagian dari upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

    Analis Deutsche Bank, Bin Wang, memproyeksikan program ini akan meningkatkan permintaan kendaraan pada 2025 hingga 3 juta unit. CPCA memperkirakan penjualan mobil secara keseluruhan akan tumbuh 2 persen tahun ini, sementara penjualan NEV diperkirakan naik 20 persen dan menyumbang 57 persen dari total penjualan.

    Meskipun penjualan meningkat, profitabilitas industri otomotif China terus menurun. Margin keuntungan penjualan tercatat 4,4 persen dalam 11 bulan pertama 2024, turun dibandingkan 5 persen pada 2023 dan 6,2 persen pada 2020. Pemasok dan dealer juga merasakan dampak negatif dari perang harga yang memaksa mereka menurunkan harga komponen atau memberikan diskon besar.

    Penjualan Mobil Listrik di Indonesia

    [caption id="attachment_79737" align="alignnone" width="1648"] Pengunjung memperhatikan Mobil Listrik BYD yang di pamerkan di Kota Kasablanka (Kokas), Rabu (28/8/2024). foto: Kabar Bursa/abbas sandji[/caption]

    Industri otomotif Indonesia masih berusaha bangkit dari tekanan perlambatan ekonomi. Namun, di tengah tantangan tersebut, kendaraan listrik justru mencatatkan kinerja yang mengesankan. Menurut Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu, prioritas sektor ini pada 2024 adalah mendorong peningkatan signifikan dalam penjualan mobil listrik.

    “Penjualan mobil listrik meningkat signifikan, mencapai 51.831 unit dalam 10 bulan pertama,” kata Yannes kepada KabarBursa.com, Kamis, 26 Desember 2024.

    Peningkatan tersebut mencapai 322 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Yannes menilai lonjakan ini merupakan buah dari kolaborasi erat antara pemerintah dan pelaku industri otomotif.

    Salah satu wujud nyata kerja sama tersebut adalah pembangunan infrastruktur pendukung yang kian masif, mulai dari Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di berbagai kota besar hingga pertumbuhan pabrik baterai yang terus meningkat.

    “Pemerintah dan pelaku industri berkolaborasi membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, termasuk pengembangan infrastruktur SPKLU dan produksi baterai lokal yang tahun 2025-2030 ini akan berkembang semakin pesat,” jelasnya.

    Selain infrastruktur, Battery Electric Vehicle (BEV) sebagai tren baru di kalangan masyarakat juga menjadi sorotan. Tingginya minat terhadap BEV telah menarik banyak investor untuk masuk ke Indonesia sekaligus memacu peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor ini.

    “Banyak sekali para investor yang masuk serta bersiap untuk meningkatkan TKDN-nya hingga tahun 2030 nanti. Tahun 2025-2026 merupakan titk awal percepatan pertumbuhan seluruh ekosistem EV di Indonesia,” kata Yannes.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).