KABARBURSA.COM - Harga emas diperdagangkan relatif stabil pada Jumat ini, meskipun diperkirakan akan mengalami penurunan mingguan, dengan pasar kini menantikan sejumlah data ekonomi penting dari Amerika Serikat. Data tersebut diperkirakan akan mempengaruhi arah kebijakan moneter Federal Reserve dan berpotensi mengguncang permintaan terhadap emas batangan.
Pada pukul 00.06 GMT, harga emas spot tercatat turun 0,1 persen menjadi USD2.637,71 per ons, dengan penurunan hampir 3 persen selama pekan ini. Harga emas berjangka AS juga mengalami penurunan sebesar 0,1 persen, terpangkas menjadi USD2.636,80.
Minggu depan, pasar akan mengamati dengan cermat data ketenagakerjaan utama dari AS, yang meliputi laporan lowongan pekerjaan, laporan ketenagakerjaan ADP, serta data pengangguran yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Hari ini, pasar relatif sepi karena libur Thanksgiving di AS yang membuat perdagangan berkurang signifikan.
Sementara itu, data yang dirilis Rabu lalu menunjukkan bahwa penurunan inflasi AS telah menemui hambatan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan besar Federal Reserve akan melanjutkan pemangkasan suku bunga secara lebih hati-hati. Menurut alat FedWatch dari CME Group, peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember kini diperkirakan mencapai 62,8 persen.
Dari sisi geopolitik, ketegangan meningkat setelah militer Israel mengklaim berhasil menyerang fasilitas yang digunakan Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah di Lebanon selatan, pada Kamis. Serangan ini terjadi setelah kedua belah pihak saling menuduh melanggar gencatan senjata yang sudah berlangsung lebih dari setahun.
Di sisi lain, Rusia melancarkan serangan besar kedua terhadap infrastruktur energi Ukraina pada hari yang sama, yang menyebabkan pemadaman listrik massal di seluruh wilayah tersebut. Ketidakstabilan geopolitik seperti ini seringkali mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai aset yang lebih aman.
Sementara itu, harga perak spot turun 0,1 persen menjadi USD30,23 per ons, platinum mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,1 persen menjadi USD932,55, dan harga paladium stabil di USD975,68.
Alami Kenaikan Moderat
Harga emas dan perak mengalami kenaikan moderat pada sesi perdagangan yang sepi seiring pasar Amerika Serikat (AS) tutup untuk merayakan Thanksgiving.
Berdasarkan laporan Kitco, Jumat, 29 November 2024, harga emas di pasar spot terakhir tercatat USD 2.643,80 per ounce, sementara harga perak naik 0,53 persen menjadi USD 30,20 per ounce.
Logam mulia terus pulih dari aksi jual tajam yang terjadi pada perdagangan Senin, 25 November 2024. Namun, beberapa analis mengingatkan agar investor tidak terlalu mengandalkan pergerakan harga pada Kamis ini, karena likuiditas pasar sangat rendah.
Analis Senior OANDA Kelvin Wong mengatakan bahwa meskipun harga emas cenderung naik dalam jangka panjang, logam mulia tersebut sedang berada dalam siklus koreksi jangka menengah.
Wong menyebutkan bahwa pergerakan harga emas dipengaruhi oleh ekspektasi terhadap kebijakan moneter Federal Reserve (bank sentral AS), yang menjadi hambatan besar bagi pergerakan emas. Meskipun pasar berharap adanya penurunan suku bunga pada Desember 2024, kekhawatiran akan inflasi yang meningkat dapat memperpendek siklus pelonggaran tersebut.
Pada Rabu lalu, data inflasi inti dari Personal Consumption Expenditures (PCE) menunjukkan kenaikan harga 2,8 persen dalam 12 bulan hingga Oktober, yang masih jauh di atas target 2 persen yang ditetapkan oleh Federal Reserve.
Meskipun inflasi sulit diprediksi, alat CME FedWatch memperkirakan peluang 70 persen untuk penurunan suku bunga 25 basis poin pada Desember 2024.
Wong menambahkan, meskipun inflasi memberikan tekanan terhadap emas, ada faktor-faktor lain yang turut mendukung pasar.
Meski begitu, ungkap Kelvin Wong, tren kenaikan jangka panjang untuk emas tetap terjaga, didorong oleh defisit anggaran AS yang semakin besar akibat pemotongan pajak perusahaan yang dilakukan oleh Presiden Trump, serta potensi risiko stagflasi akibat kemungkinan perang dagang antara AS dan negara-negara lain.
Menurutnya, salah satu level support yang harus diperhatikan adalah USD2.484 hingga USD2.415, mengingat siklus koreksi jangka menengah yang dapat mempengaruhi harga emas meski berada dalam tren naik.
Momentum Bullish Jangka Pendek
Analis Trade Nation David Morrison menyatakan bahwa meskipun emas sempat menunjukkan momentum bullish jangka pendek, pasar tetap rentan karena harga masih berada di bawah USD2.660 per ounce.
Ia menambahkan, bahwa kunci berikutnya adalah apakah level USD2.600 dapat bertahan sebagai support.
“Jika harga menembus level ini, emas bisa kembali turun ke USD2.500, yang terakhir terlihat pada awal September. Penurunan ini bisa memperburuk sentimen bullish,” jelasnya.
Sementara itu, harga perak juga diperdagangkan pada posisi yang krusial, berhasil mempertahankan level support penting di atas USD30 per ounce.
Christopher Lewis, analis dari FXEmpire, mengatakan bahwa level kunci yang perlu dipantau adalah USD31,20 per ounce, yang berdekatan dengan exponential moving average (EMA) 50 hari.
Kebijakan moneter The Federal Reserve dan kekuatan dolar AS yang terus menguat tetap menjadi hambatan signifikan bagi pergerakan harga emas dan perak.
Banyak analis yang tetap optimistis terhadap dolar AS, memandang setiap koreksi harga sebagai peluang untuk membeli. Indeks dolar AS saat ini berhasil mempertahankan dukungan awal di level 106.(*)