KABARBURSA.COM - Harga emas kembali menjadi sorotan utama pada perdagangan Rabu waktu Asia, 17 September 2025, setelah logam mulia ini terkoreksi hampir 1 persen dan mundur dari rekor tertinggi yang sempat disentuh di awal sesi.
Emas spot ditutup di USD3.658,25 per ons pada pukul 02.11 WIB, setelah sebelumnya mencapai puncak baru USD3.707,40. Meski turun, kinerja emas sepanjang September masih impresif dengan kenaikan mendekati 6 persen, sementara sepanjang tahun 2025 reli emas sudah mencatat lonjakan hampir 40 persen.
Pelemahan harga emas terjadi tidak lama setelah Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran baru, sebuah langkah yang sudah diantisipasi pelaku pasar.
Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang menekankan pendekatan “rapat demi rapat” dalam kebijakan moneter membuat sebagian investor memilih melakukan aksi ambil untung. Powell menyebut langkah kali ini sebagai pemangkasan berbasis manajemen risiko, bukan sinyal awal pelonggaran agresif, sehingga ekspektasi investor yang sempat melambung akhirnya terkoreksi.
Menurut analis logam Tai Wong, koreksi kali ini justru sehat karena terjadi setelah reli tajam. Ia menegaskan, tren naik emas dalam jangka pendek tetap terjaga selama harga tidak menembus level support penting di USD3.550 per ons.
Dengan kata lain, meski aksi jual muncul, momentum bullish emas masih kuat ditopang oleh kombinasi faktor fundamental dan teknikal.
Dorongan utama reli emas tahun ini datang dari pembelian berkelanjutan oleh bank sentral, yang terus menambah cadangan emas untuk diversifikasi aset dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Selain itu, permintaan terhadap aset aman meningkat di tengah ketegangan geopolitik dan risiko perdagangan global. Pelemahan dolar AS juga membuat emas lebih menarik bagi investor internasional.
Faktor-faktor tersebut memberi fondasi kokoh bagi harga emas untuk bertahan di jalur naik, meskipun sesekali terkoreksi. Bahkan, Deutsche Bank menaikkan proyeksi rata-rata harga emas untuk tahun depan menjadi USD4.000 per ons, dari perkiraan sebelumnya USD3.700, sejalan dengan momentum kuat yang sudah terbentuk.
Tidak hanya emas, logam mulia lain juga ikut merosot. Perak jatuh 2,4 persen ke USD41,51 per ons, platinum terkoreksi 2,2 persen ke USD1.360 per ons, sementara paladium anjlok 2,6 persen menjadi USD1.145,44.
Penurunan ini menunjukkan adanya tekanan umum pada sektor logam mulia, terutama akibat aksi ambil untung setelah reli panjang, serta ketidakpastian arah kebijakan moneter global.
Namun, seperti emas, prospek jangka menengah hingga panjang logam mulia masih cukup positif, terutama karena faktor diversifikasi aset, potensi pelemahan mata uang utama, serta permintaan industri yang stabil.
Koreksi harga emas hari ini mencerminkan dinamika pasar yang bergerak cepat dalam merespons sinyal kebijakan The Fed. Meski tekanan jangka pendek mungkin berlanjut, pondasi reli emas tampak belum tergoyahkan, didukung permintaan fundamental yang kuat, tren pembelian bank sentral, dan narasi aset aman di tengah ketidakpastian global.
Dengan latar belakang tersebut, emas masih berada dalam lintasan naik yang solid, bahkan menuju target lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.(*)