KABARBURSA.COM - Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanat, mengatakan emiten rokok berpotensi bergairah usai kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada 2025 ditunda. Liza menyampaikan, kabar baik tersebut bisa memberikan dampak positif margin profit emiten rokok.
"Saya rasa, buat para emiten ini (rokok) adalah kabar baik ya karena dengan demikian margin profit mereka membaik," ujar Liza kepada Kabarbursa.com, Jumat, 27 September 2024.
Dia menyebut, profit emiten rokok selama ini agak terpinggirkan karena cukai yang tinggi. Dengan adanya penundaan kenaikan tarif cukai ini, dia berpandangan akan bisa menggugah pembeli rokok.
"Kalau pun tidak bermasalah dengan kompetitor atau produk lain, setidaknya para konsumen tidak ragu lagi untuk kembali ke rokok konvensional," ungkap dia.
Di sisi lain, cukai rokok merupakan pendapatan cukup krusial buat pemerintah, sehingga, isu cukai rokok ini kerap naik dan turun yang membuat harga saham emiten rokok bisa dipantau lebih jauh.
"Jadi ini membuat harga sahamnya patut dipantau lebih jauh lagi karena cukai rokok berkaitan dengan penerimaan negara," sarannya.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah sebelumnya berencana menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan, serta menyederhanakan tingkatan tarif cukai rokok.
Kebijakan ini tercantum dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM & PPKF) 2025. Adapun, kenaikan tarif cukai rokok rata-rata sebesar 10 persen telah diterapkan sejak tahun 2023 hingga 2024, dengan cukai rokok yang terdiri dari 8 layer tarif.
“Intensifikasi kebijakan tarif CHT melalui tarif bersifat multiyears, kenaikan tarif yang moderat, penyederhanaan layer, dan mendekatkan disparitas tarif antar layer,” tulis pemerintah dalam KEM PPKF 2025 yang dikutip KabarBursa.com, Rabu, 24 Juli 2024.
Namun, besaran tarif cukai rokok dan rokok elektrik di tahun 2025 masih akan dibahas lebih lanjut oleh pemerintah dan DPR RI. Kebijakan penyederhanaan layer cukai rokok ini dinilai justru bisa menggerus penerimaan negara. Akademisi Unpad Wawan Hermawan, berpendapat bahwa penyederhanaan layer cukai rokok akan meningkatkan peredaran rokok ilegal di Tanah Air.
Dalam konteks ekonomi, tekanan akibat kebijakan tersebut juga membuat masyarakat beralih ke rokok yang lebih murah, seperti rokok ilegal. Menurut Wawan, jumlah perokok di kalangan pendapatan rendah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perokok di kalangan penghasilan menengah tinggi.
Tak Muat Kenaikan Cukai Rokok
Pemerintah tidak mencantumkan rencana penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025. Sebelumnya, Kementerian Keuangan, khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sempat membahas potensi peningkatan penerimaan negara melalui penyesuaian tarif CHT.
Menurut Buku II Nota Keuangan RAPBN 2025, kebijakan kepabeanan dan cukai tahun 2025 terbagi menjadi tiga bagian: kebijakan teknis, kebijakan mendukung pengawasan, dan kebijakan untuk mendukung penerimaan. Namun, dalam ketiga arah kebijakan tersebut, tidak ada satu pun yang menyebutkan rencana kenaikan tarif CHT.
“Berdasarkan proyeksi ekonomi nasional yang menunjukkan perbaikan, keberlanjutan reformasi perpajakan, serta tantangan dan potensi yang ada, target penerimaan perpajakan untuk RAPBN 2025 diperkirakan mencapai Rp244,2 triliun,” tulis Kementerian Keuangan dalam dokumen tersebut.
Kementerian Keuangan hanya mengonfirmasi kebijakan ekstensifikasi cukai terbatas pada Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) dengan tujuan menjaga kesehatan masyarakat.
Dalam rapat kerja dengan Komisi XI pada Rabu, 28 Agustus 2024, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa cukai rokok dan cukai MBDK akan tetap diberlakukan. Namun, ia tidak menjelaskan apakah akan ada penyesuaian tarif cukai rokok atau hanya melanjutkan kebijakan yang sudah ada.
“Kami akan terus menerapkan cukai rokok dan cukai MBDK sesuai dengan tujuan Kemenkes untuk mengurangi prevalensi diabetes, terutama di kalangan anak-anak,” kata Sri Mulyani.
Pergerakan Saham Emiten Rokok
Pergerakan saham emiten rokok untuk hari ini cukup beragam. Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengalami penurunan sebesar 0.15 persen dari harga penutupan sebelumnya. Meskipun saham ini dibuka dengan harga lebih tinggi (Rp16,275), ia tidak berhasil mempertahankan level tersebut dan turun ke harga terendah Rp15,950.
Terdapat volume transaksi yang cukup signifikan dengan nilai total transaksi mencapai Rp10.8 miliar. Meskipun volume pembelian (F Buy) sebesar Rp1.4 miliar, volume penjualan (F Sell) lebih tinggi, mencapai Rp1.5 miliar. Ini menunjukkan adanya tekanan jual yang lebih kuat dibandingkan dengan beli, yang berkontribusi pada penurunan harga saham.
Harga rata-rata Rp16,026 menunjukkan bahwa harga penutupan berada di atas rata-rata, tetapi tidak jauh. Ini menunjukkan bahwa mungkin ada sedikit ketidakpastian dalam pasar terkait saham GGRM.
ARA dan ARB menunjukkan batas maksimal dan minimal pergerakan harga saham dalam satu hari. Dengan batas atas yang jauh di atas harga saat ini dan batas bawah yang cukup rendah, GGRM memiliki ruang untuk pergerakan harga di masa depan, tetapi saat ini berada pada posisi yang lebih lemah.
Sementara itu, harga saham HM Sampoerna Tbk (HMSP) menunjukkan performa yang menarik di pasar saham, dengan harga sahamnya naik sebesar 1.32 persen menjadi Rp770 pada perdagangan terbaru. Kenaikan ini mengindikasikan adanya momentum positif di tengah ketidakpastian pasar yang mungkin disebabkan oleh faktor eksternal.
Harga saham HMSP dibuka pada Rp760 dan ditutup pada Rp770, mengalami lonjakan tertinggi hingga Rp775 dan terendah pada Rp745. Meskipun terjadi kenaikan, tekanan jual juga terlihat jelas, dengan total nilai jual mencapai Rp10.2 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan nilai beli sebesar Rp2.3 miliar.
Frekuensi transaksi mencapai 3,054 lot, menunjukkan minat investor yang signifikan dalam bertransaksi di saham ini. Dengan total lot transaksi mencapai 351,000, HMSP menjadi salah satu saham yang banyak diperhatikan oleh para investor.
Dengan nilai transaksi yang mencapai Rp26.7 miliar, HMSP menunjukkan likuiditas yang baik di pasar. Kenaikan harga yang konsisten meskipun ada lebih banyak penjualan daripada pembelian menunjukkan bahwa para investor masih memiliki minat untuk berinvestasi di perusahaan ini, meskipun mereka juga mengambil keuntungan dari kenaikan harga.
Kenaikan harga saham yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir dapat dilihat sebagai tanda bahwa investor mulai merespons positif terhadap kinerja perusahaan. Namun, dengan total jual yang lebih tinggi dibandingkan beli, ini juga dapat menjadi indikasi bahwa banyak investor yang merasa perlu untuk merealisasikan keuntungan mereka.
Bagi investor jangka pendek, analisis harga dan volume transaksi dapat memberikan wawasan penting untuk mengambil keputusan yang tepat. Investor disarankan untuk memantau tren pasar secara berkala, mengingat adanya volatilitas yang tinggi.
Sementara itu, bagi investor jangka panjang, HMSP dapat dianggap sebagai opsi menarik untuk dipertimbangkan. Meskipun ada tekanan jual, pertumbuhan harga yang konsisten menunjukkan potensi daya tarik yang perlu dianalisis lebih dalam.(*)