KABARBURSA.COM - Wall Street kembali menorehkan catatan manis pada Kamis waktu setempat, atau Jumat dinihari WIB, 5 September 2025, dengan ketiga indeks utama kompak menguat dan S&P 500 bahkan menutup perdagangan di rekor tertinggi baru.
Euforia investor kali ini tidak lepas dari keyakinan bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga, meski data tenaga kerja terbaru menunjukkan sinyal pelemahan. Pasar seakan menunggu konfirmasi lebih lanjut lewat laporan ketenagakerjaan bulanan yang akan dirilis keesokan harinya.
Indeks Dow Jones ditutup menanjak 0,77 persen ke level 45.621,29, sementara S&P 500 naik 0,83 persen hingga menembus 6.502,08, sebuah pencapaian tertinggi sepanjang masa. Nasdaq pun tidak ketinggalan, bertambah 0,98 persen ke posisi 21.707,69, dengan saham-saham teknologi besar menjadi motor penggerak utama.
Amazon melonjak lebih dari 4 persen berkat optimisme bisnis konsumsi non-pokok dan kerja sama baru anak usahanya, Project Kuiper, dengan JetBlue Airways. Broadcom juga menjadi sorotan dengan kenaikan lebih dari 1 persen sebelum laporan kinerja kuartalan, lalu melanjutkan reli pasca perdagangan setelah memproyeksikan pendapatan di atas perkiraan analis.
Meta menambah warna positif dengan kenaikan 1,6 persen.
Namun tidak semua saham bernasib sama. Salesforce menjadi penekan terbesar dengan penurunan hampir 5 persen akibat proyeksi pendapatan yang lebih rendah dari ekspektasi, menimbulkan tanda tanya mengenai kecepatan monetisasi layanan berbasis AI miliknya.
Saham lain seperti Amgen dan Coca-Cola juga ikut tertekan, meski koreksinya relatif terbatas.
Sentimen pasar pada dasarnya terbagi dua. Di satu sisi, data klaim tunjangan pengangguran yang naik dan perekrutan swasta yang melambat pada Agustus menegaskan pelemahan tenaga kerja.
Namun, alih-alih memicu kekhawatiran, kabar itu justru memperkuat pandangan bahwa The Fed hampir pasti memangkas suku bunga pada pertemuan September. Probabilitas pemangkasan sebesar 25 basis poin kini mencapai 95 persen menurut FedWatch Tool, selaras dengan sikap dovish Jerome Powell.
Para pelaku pasar menilai hanya data tenaga kerja yang benar-benar jauh dari perkiraan yang bisa menggagalkan rencana tersebut.
Di tengah sentimen optimistis itu, pasar juga memperhatikan tren musiman. September kerap menjadi bulan yang sulit, dengan catatan historis S&P 500 rata-rata turun 1,5 persen sejak tahun 2000. Sementara saham-saham berbasis AI yang sempat menjadi bintang tahun lalu menunjukkan tanda-tanda kehilangan momentum.
Nvidia misalnya, terkoreksi tajam pekan lalu karena ketidakpastian perdagangan AS–China. Meski begitu, sektor lain masih menampilkan kejutan positif, seperti American Eagle Outfitters yang meroket hampir 40 persen berkat proyeksi penjualan yang lebih baik dari perkiraan.
Dengan breadth pasar yang kuat — jumlah saham naik jauh melebihi yang turun baik di NYSE maupun Nasdaq — serta volume perdagangan yang hanya sedikit di bawah rata-rata, sesi Kamis memperlihatkan optimisme investor masih dominan.
Kesimpulannya, Wall Street jelas ditutup menguat, didorong oleh kombinasi keyakinan pemangkasan suku bunga, reli saham teknologi besar, dan sentimen positif dari kinerja beberapa emiten ritel. Meski demikian, awan kewaspadaan tetap menggantung menjelang rilis data ketenagakerjaan yang berpotensi menjadi katalis berikutnya.(*)
 
      